uefau17.com

Top 3 Islami: Hukum Panitia Memasak Daging Kurban sebelum Dibagikan Menurut UAH dan Buya Yahya, Alasan Gus Baha Masih Suka ke Pasar - Islami

, Jakarta - Umat Islam seluruh dunia baru saja merayakan Idul Adha, atau Idul Qurban. Satu hari besar di mana umat Islam beribadah Qurban.

Umumnya, BKM masjid membentuk panitia penyembelihan hewan kurban. Ada satu hal yang manarik karena lazim dilakukan, yakni boleh tidaknya panitia memasak daging kurban sebelum dibagikan kepada yang berhak.

Bahasan ini menarik karena seringkali panitia qurban mememasak untuk dikonsumsi orang yang terlibat dalam penyembelihan hingga pendistribusian daging kurban tersebut.

Daging kambing atau sapi kurban itu digoreng atau dibuat sate, dan olahan lainnya.

Ulasan Buya Yahya dan Ustadz Abdul Somad (UAS) menjadi artikel terpopuler di kanal Islami , Senin (17/6/2024).

Artikel kedua terpopuler yaitu cara menemukan kenikmatan dalam sholat, menurut Ustadz Adi Hidayat (UAH).

Sementara, artikel ketiga yang tak kalah menyita perhatian adalah alasan Gus Baha masih suka ke pasar.

Selengkapnya, mari simak Top 3 Islami.

 

Simak Video Pilihan Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

1. Bolehkah Panitia Ambil Daging Kurban dan Dimasak Sebelum Dibagikan? Ini Kata UAS dan Buya Yahya

Berkurban menjadi salah satu ibadah sunnah yang dilakukan saat Idul Adha. Berkurban adalah ibadah menyembelih hewan qurban. Binatang yang boleh dikurbankan adalah hewan ternak, yakni sapi, unta, kambing, atau domba.

Dalam pelaksanaannya, tidak semua shohibul qurban bisa menyembelih hewan kurban. Alhasil, orang yang berkurban minta bantuan kepada ahlinya. Dibentuklah panitia kurban untuk mengurus hewan kurban tersebut.

Panitia kurban bertugas memilih hewan terbaik, menyembelih, sampai membagikan kepada orang yang berhak. Dengan begitu, shohibul qurban tidak perlu repot mengurus kurbannya.

Namun demikian, ada saja panitia kurban yang mengambil daging kurban lebih dulu sebelum dibagikan. Bahkan, mereka juga memasaknya. Lantas, bagaimana hukumnya?

Terkait persoalan tersebut, dua ulama kharismatik Ustadz Abdul Somad (UAS) dan KH Yahya Zainul Ma’arif alias Buya Yahya menjelaskannya secara gamblang. Simak penjelasan UAS dan Buya Yahya berikut.

Selengkapnya baca di sini

3 dari 4 halaman

2. Tak Sekadar Gugurkan Kewajiban, Begini Cara Menemukan Kenikmatan dalam Sholat Menurut UAH

Pendakwah yang dikenal dengan ceramah yang menyejukkan, Ustadz Adi Hidayat (UAH) mengungkapkan sholat jangan hanya sekadar untuk gugurkan kewajiban.

Melalui unggahan di laman YouTube kanal @sadakwah01, UAH membagikan pandangannya tentang pentingnya menjalin hubungan yang mendalam dengan Allah SWT melalui ibadah sholat.

Baginya, sholat bukan hanya sekedar rutinitas ibadah, tetapi merupakan sarana untuk merasakan kehadiran dan kasih sayang-Nya secara langsung.

"Kalau mau sholat mau enak sholatnya, jangan sekedar sholat. Memang betul sudah selesai menuntaskan kewajiban, beban kewajibannya hilang tapi kenikmatannya dapat nggak? manfaatnya dapat nggak?," kata UAH.

Ustadz Adi menekankan bahwa untuk mencapai kekhusyu'an dalam sholat, perlu adanya istighfar secara konsisten.

"Kalau ingin menikmati sholat ingin dapat manfaatnya, dapat ketenangan terkoneksi dengan Allah, doanya cepat dijawab maka khusyuk dalam sholat," tambah UAH.

Selengkapnya baca di sini

4 dari 4 halaman

3. Alasan Gus Baha Masih Suka ke Pasar dan Naik Bus Umum, Bikin Terharu

Mustasyar PBNU Gus Baha tidak hanya dikenal karena keilmuannya yang mendalam tetapi juga karena kehidupan sederhana dan keterbukaannya dalam berbagi ilmu.

Meskipun memiliki reputasi sebagai seorang ulama terkemuka di Indonesia, ia tidak segan-segan untuk turun langsung ke pasar atau naik bus untuk berpergian, bukan semata-mata untuk tujuan dunia atau hiburan, melainkan untuk mencari ilmu.

"Saya sampai sekarang itu setiap minggu teng pasar, ini ga usah ditiru ini kebiasaan saya sejak kecil selalu ke pasar," ucap Gus Baha seperti yang diunggah laman Youtube kanal @SantriHightech.

Dalam pengakuannya, pemilik nama lengkap KH Ahmad Bahauddin Nursalim ini sering kali menekankan pentingnya kehidupan sederhana dan menghargai keberadaan di tengah masyarakat.

Meskipun bisa dikatakan sebagai figur publik yang berpengaruh, ia tidak melupakan akar kehidupannya yang sederhana, termasuk kegiatan sehari-hari seperti berbelanja di pasar atau menggunakan transportasi umum.

Selengkapnya baca di sini

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat