uefau17.com

Gus Baha Kisahkan Perjuangan Mbah Moen, Tetap Mengajar Meski dalam Kondisi Memilukan - Islami

, Cilacap - Rais Syuriyah PBNU KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha mengisahkan keteguhan hati gurunya yakni KH Maemoen Zubair atau Mbah Moen.

Menurut Gus Baha, Mbah Moen tidak serta merta mengalami hidup berkecukupan. Dalam perjalanan hidupnya, Mbah Moen pernah merasakan hidup miskin.

Meski demikian, Mbah Moen tidak patah semangat. Beliau masih tetap mengajar meski dalam kondisi yang memilukan ini.

Gus Baha pun pernah melakoni kehidupan sebagaimana gurunya itu, yakni hidup miskin. Namun, sebagaimana yang dilakukan gurunya, beliau juga tetap mengajar. Simak kisahnya berikut ini.

 

Simak Video Pilihan Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Tetap Mengajar Meskipun Hidup Miskin

Kisah memilukan yang tentu saja dapat dipetik hikmahnya menurut Gus Baha berasal dari seseorang yang tidak ia sebut namanya.

Semangat Mbah Moen, sebagaimana dikisahkan Gus Baha ialah perihal dirinya dalam kondisi yang sangat memprihatinkan karena di rumah sama sekali tidak memiliki beras, namun beliau tetap mengajar santri-santrinya.

Selain Mbah Moen, adapula sosok kiai ikhlas yang tetap mengajar meskipun mengalami hal yang sama dengan Mbah moen yakni Mbah Dullah Salam.

Bahkan Mbah Dullah salam mengatakan bahwa tidak memiliki beras tidak ada hubungannya dengan mengajar. Artinya tidak boleh absen mengajar meskipun dalam kondisi miskin.

“Saya dapat cerita seperti ini, mulai Mbah Moen masih miskin, kalau istrinya bertanya karen tidak punya beras, beliau ya tetap mengajar, Mbah Dullah Salam diberitahu istrinya: “Pak tidak ada beras,” kisah Gus Baha dikutip dari tayangan YouTube @Pati_Unus, Minggu (19/05/2024).

“Apa hubungannya dengan saya mau mengajar,” kata ahli Al-Qur’an asal Rembang, Jawa Tengah ini.

Sebagaimana gurunya, Gus Baha pun pernah melakoni kehidupan miskin yang cukup lama ketika dirinya tinggal di Yogyakarta. Meski demikian, tidak lantas hidup miskin menyurutkan langkahnya untuk mengajar para santri.

“Saya Alhamdulillah pernah lama miskin ketika hidup di Yogya, saya juga tidak pernah berhenti mengajar, kalau waktunya mengajar, ya mengajar, menurut saya miskin dengan mengajar itu tidak ada hubungannya,” tuturnya.

“Lha orang-orang di bawah tol itu tidak pernah mengajar nyatanya ya miskin sekali,” imbuhnya.

3 dari 3 halaman

Keutamaan Menjadi Pengajar Perpektif Islam

Menukil NU Online, dalam Islam, profesi guru merupakan sosok yang sangat mulia. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Ibnu Mubarak dalam kitab dalam Tahzibil al Kamal, jilid XVI, halaman 20 yang menyebut bahwa setelah derajat kenabian, tidak ada derajat yang lebih tinggi daripada menyebarkan ilmu.

Hal ini karena ilmu adalah sumber kebaikan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Ilmu juga merupakan sarana untuk menegakkan kebenaran dan keadilan, serta untuk membimbing umat manusia menuju jalan yang diridhoi Allah SWT.

لاَ أَعْلَمُ بَعْدَ النُّبُوَّةِ دَرَجَةً أَفْضَلَ مِنْ بَثِّ الْعِلْمِ

Artinya; "Aku tidak mengetahui setelah kenabian ada derajat yang lebih utama dari menyebarkan ilmu."

Sementara itu dalam kitab Siyar A'lam An-Nubala, jilid VIII, halaman 387 diceritakan bahwa Abdullah bin Mubarak membagi-bagikan harta di berbagai negeri untuk membantu para ulama dan orang-orang yang belajar hadits.

Melihat aksinya, Ibnu Mubarak pun ditegur oleh beberapa orang karena khawatir harta tersebut akan habis. Namun, tetap mengacuhkannya, dan menjawab bahwa ia tidak menyesal membantu para ulama hadits. Menurutnya, para penuntut ilmu memiliki keutamaan dan kejujuran.

Para ahli ilmu telah menuntut ilmu hadits dengan baik, dan masyarakat luas membutuhkan ilmu mereka. Jika para ulama hadits tidak dibantu, maka ilmu mereka akan hilang. Sebaliknya, jika para ulama hadits dibantu, maka mereka akan menyebarkan ilmu kepada masyarakat luas.

Pada sisi lain, dalam sebuah hadits, Rasulullah bersabda bahwa beliau senantiasa duduk bersama orang-orang yang sedang belajar karena beliau diutus sebagai pengajar. Hal ini menunjukkan bahwa Rasulullah saw sangat memperhatikan pentingnya pendidikan dan pengajaran.

Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat