uefau17.com

Mengenal Empty Sella Syndrome, Penyakit Langka yang Dapat Pengaruhi Kesuburan - Hot

, Jakarta Empty Sella Syndrome (ESS) atau Sindrom Empty Sella merupakan suatu kondisi langka yang terjadi akibat adanya prolaps dari kelenjar pituitari ke dalam rongga sela turcica di tengkorak. Pada kondisi normal, sela turcica adalah tempat di mana kelenjar pituitari berada, tetapi pada penderita ESS, sela turcica tampak "kosong" atau tidak terisi dengan kelenjar pituitari yang seharusnya.

ESS sering kali terjadi tanpa gejala dan sering kali ditemukan secara tidak sengaja saat pemeriksaan diagnostik seperti CT scan atau MRI. Penyebab pasti ESS masih belum diketahui secara pasti, namun beberapa faktor yang dapat berperan termasuk trauma pada kepala, kelainan bawaan, atau peningkatan tekanan intrakranial.

Meskipun jarang terjadi, ESS dapat memiliki dampak yang signifikan terhadap kesehatan penderitanya. Karena kelenjar pituitari berperan dalam mengatur produksi hormon, seorang individu dengan ESS dapat mengalami disfungsi hormon yang berbeda-beda, tergantung pada area kelenjar pituitari yang terpengaruh. Ini dapat menyebabkan gejala-gejala seperti gangguan menstruasi, ketidaksuburan, gangguan pertumbuhan pada anak-anak, masalah tiroid, dan gangguan fungsi adrenal.

Untuk memahami lebih dalam tentang apakah itu kondisi Empty Sella Syndrome, sebagaimana telah dirangkum dari berbagai sumber, Senin (20/5/2024).

 

* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 9 halaman

Apa Itu apa itu Empty Sella Syndrome?

Empty Sella Syndrome adalah penyakit langka yang menggambarkan kondisi anatomi di mana sella turcica, yaitu struktur tulang di dasar otak yang menampung kelenjar pituitari, tampak kosong atau sebagian kosong pada pencitraan. Pada kondisi normal, sella turcica yang berbentuk seperti rongga seharusnya terisi oleh kelenjar pituitari. Namun, pada penderita Empty Sella Syndrome, sel ruang sella turcica tersebut terisi oleh cairan serebrospinal yang memasuki celah antara dinding dalam sella dan pituitari.

Penyebab pasti dari Empty Sella Syndrome belum diketahui dengan jelas. Namun, ada beberapa faktor yang diduga berperan, seperti trauma, penyakit hipertensi, tumor pituitari, atau gangguan pembuluh darah. Gejala yang mungkin timbul pada penderita Empty Sella Syndrome dapat bervariasi, tergantung pada tingkat keparahan penyakit dan dampak yang ditimbulkannya pada kelenjar pituitari.

Meskipun Empty Sella Syndrome jarang terjadi, diagnosa dapat dilakukan melalui pemeriksaan pencitraan seperti MRI atau CT scan. Pengobatan penyakit ini didasarkan pada pengendalian gejala yang muncul serta penanganan terhadap gangguan hormonal yang mungkin timbul akibat kerusakan atau disfungsi kelenjar pituitari.

Dalam kesimpulan, Empty Sella Syndrome adalah kondisi langka di mana sella turcica, yang seharusnya berisi kelenjar pituitari, terlihat kosong atau sebagian kosong pada pencitraan. Penyebab dan gejala pasti dari penyakit ini masih menjadi subjek penelitian lebih lanjut.

3 dari 9 halaman

Macam-Macam Empty Sella Syndrome

Empty Sella Syndrome adalah kondisi langka yang memengaruhi kelenjar hipofisis di otak. Istilah "Empty Sella" mengacu pada tampilan radiologi yang menunjukkan kavitas atau rongga kosong di dalam tubuh kelenjar hipofisis. Kondisi ini terbagi menjadi dua jenis, yaitu primer dan sekunder.

1. Empty Sella Syndrome Primer

Empty sella syndrome primer adalah kondisi langka yang disebabkan oleh kelainan struktur sella turcica sejak lahir. Sella turcica adalah kantung kecil di dasar tengkorak dimana kelenjar pituitari berada. Pada penderita empty sella syndrome primer, ada kebocoran cairan otak yang mengisi kantung sella turcica dan menekan kelenjar pituitari.

Penyebab kelainan ini masih belum diketahui secara pasti. Meskipun disebut sebagai kelainan bawaan, tetapi tidak ada bukti yang mengaitkan empty sella syndrome primer dengan faktor genetik. Beberapa faktor yang mungkin berperan dalam terjadinya kondisi ini adalah trauma, infeksi, atau masalah hormonal.

Gejala empty sella syndrome primer dapat bervariasi antara setiap individu. Beberapa penderita mungkin tidak mengalami gejala sama sekali, sementara yang lain dapat mengalami gangguan hormonal seperti hipotiroidisme, sindrom Cushing, atau gangguan reproduksi. Pada kasus yang lebih parah, tekanan pada kelenjar pituitari dapat menyebabkan gangguan penglihatan.

Meskipun empty sella syndrome primer tidak bisa disembuhkan, pengobatan ditujukan untuk meredakan gejala yang muncul. Terapi penggantian hormon dapat diberikan untuk mengatasi gangguan hormonal yang timbul. Penderita empty sella syndrome primer juga perlu menjalani pemeriksaan rutin untuk memantau kesehatan kelenjar pituitari, dan dapat direkomendasikan untuk menghindari trauma kepala yang lebih lanjut.

2. Empty Sella Syndrome Sekunder

Empty Sella Syndrome Sekunder adalah kondisi langka yang terjadi akibat beberapa kondisi atau penyakit yang menyebabkan gangguan pada kelenjar pituitari atau sella turcica. Kelenjar pituitari adalah kelenjar kecil yang terletak di dasar otak dan bertanggung jawab untuk mengatur fungsi-fungsi hormon dalam tubuh.

Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan Empty Sella Syndrome Sekunder antara lain tumor otak, terapi radiasi atau operasi di sekitar kelenjar pituitari, peningkatan tekanan di dalam otak (hipertensi intrakranial), tumor kelenjar hipofisis, cedera kepala atau cedera otak, serta kerusakan di kelenjar pituitari akibat komplikasi saat melahirkan (sindrom Sheehan).

Ketika terjadi Empty Sella Syndrome Sekunder, sella turcica yang merupakan rongga tempat kelenjar pituitari berada, mengalami pengecilan dan terisi dengan cairan serebrospinal atau jaringan ikat. Hal ini mengakibatkan penekanan dan gangguan pada kelenjar pituitari sehingga produksi hormon menjadi terganggu.

Gejala yang mungkin muncul pada penderita Empty Sella Syndrome Sekunder bervariasi tergantung pada hormon yang terpengaruh. Beberapa gejala yang umum adalah gangguan pada siklus menstruasi, gangguan pada pertumbuhan dan perkembangan anak, kelelahan, penurunan libido, dan masalah kesehatan lainnya yang terkait dengan gangguan hormon.

Pengobatan untuk Empty Sella Syndrome Sekunder ditujukan untuk mengatasi kondisi atau penyakit yang mendasarinya, serta mengelola gejala yang muncul. Tim medis yang terdiri dari dokter spesialis endokrin dan ahli bedah saraf akan bekerja sama dalam merencanakan pengobatan yang terbaik sesuai dengan kondisi masing-masing penderita.

 

4 dari 9 halaman

Penyebab Empty Sella Syndrome

Empty Sella Syndrome adalah sebuah kondisi langka yang melibatkan kelainan pada kelenjar pituitari di otak. Kelenjar pituitari adalah kelenjar kecil yang terletak di dasar otak dan berperan penting dalam mengatur berbagai fungsi hormonal dalam tubuh. Pada penderita Empty Sella Syndrome, struktur kelenjar pituitari mengalami pengecilan atau malformasi sehingga menimbulkan berbagai gejala yang mengganggu.

Penyebab pasti dari Empty Sella Syndrome masih belum diketahui dengan jelas. Namun, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengembangkan kondisi ini. Salah satu faktor utama adalah trauma pada daerah kepala, seperti cedera atau operasi di area tersebut. Selain itu, beberapa kondisi medis juga dapat berkontribusi terhadap timbulnya Empty Sella Syndrome, seperti obesitas, hipertensi, gangguan tiroid, dan gangguan hormonal lainnya. Faktor genetik juga diduga berperan dalam munculnya kondisi ini, meskipun penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk mengonfirmasinya.

Salah satu hal yang membedakan Empty Sella Syndrome adalah kekurangan gejala yang khas. Banyak penderita mungkin tidak menyadari adanya masalah hingga dilakukan pemeriksaan medis yang menyeluruh. Beberapa gejala yang mungkin muncul termasuk gangguan hormonal seperti gangguan menstruasi, penurunan libido, kenaikan berat badan yang tidak dijelaskan, serta gangguan tiroid. Penderita juga dapat mengalami sakit kepala, gangguan penglihatan, dan ketidakseimbangan hormonal lainnya.

Untuk mendiagnosis Empty Sella Syndrome, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan sejarah medis secara menyeluruh. Pemeriksaan penunjang seperti MRI (Magnetic Resonance Imaging) dapat membantu memvisualisasikan struktur kelenjar pituitari dan memastikan diagnosis. Setelah mendiagnosis kondisi ini, dokter akan merencanakan penanganan yang tepat sesuai dengan gejala yang dialami oleh penderita. Hal ini dapat meliputi pengobatan dengan obat-obatan hormonal, terapi penggantian hormon, atau tindakan bedah jika diperlukan.

Meskipun langka, Empty Sella Syndrome tetap perlu diwaspadai oleh semua orang. Penting untuk memahami gejala dan faktor risikonya agar dapat mengenali kondisi ini dengan segera dan mendapatkan penanganan yang tepat. Konsultasikanlah dengan dokter jika Anda mengalami gejala atau memiliki kekhawatiran mengenai kesehatan Anda.

 

5 dari 9 halaman

Gejala Empty Sella Syndrome

Empty Sella Syndrome adalah kondisi langka di mana rongga sella turcica, yang berfungsi sebagai tempat untuk menempatkan kelenjar pituitari di dalam tengkorak, terisi cairan dan jaringan yang melapisi rongga tersebut mengalami penipisan atau kerusakan. Meskipun empty sella syndrome sering tidak menunjukkan gejala yang spesifik, namun ketika gejala muncul, penderita dapat mengalami beberapa keluhan. Gejala yang dapat muncul antara lain adalah disfungsi ereksi, penurunan gairah seks, mudah lelah, menstruasi yang tidak teratur atau bahkan berhenti sama sekali (amenore), keluarnya ASI atau cairan menyerupai ASI dari puting payudara yang tidak terkait dengan kehamilan atau menyusui (galaktorea), peningkatan tekanan di otak, keluarnya cairan otak dari hidung, sakit kepala, dan papiledema.

Penyebab pasti dari empty sella syndrome masih belum diketahui dengan pasti. Namun, diperkirakan bahwa kondisi ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti traumatisasi pada rongga sella turcica, kelainan hormon yang mempengaruhi kelenjar pituitari, atau kegagalan pembentukan yang terjadi pada janin pada tahap awal perkembangan.

Meskipun empty sella syndrome tidak memiliki pengobatan yang spesifik, pengelolaan gejala yang muncul biasanya melibatkan pengobatan simptomatik. Pada kasus-kasus yang membutuhkan, tindakan operasi atau terapi radiasi mungkin diperlukan untuk mengontrol tekanan di dalam otak atau memperbaiki kelainan kelenjar pituitari yang mungkin terjadi. Penting untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis untuk diagnosis dan pengelolaan yang tepat dari empty sella syndrome.

 

6 dari 9 halaman

Kapan Harus ke Dokter?

Empty Sella Syndrome (ESS) adalah penyakit langka yang gejalanya tidak khas, sehingga diagnosisnya sering terlewatkan. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa ESS adalah kondisi di mana rongga tengkorak tempat kelenjar pituitari berada (sella turcica) mengalami penyusutan atau pengecilan. Gejala yang timbul akibat tekanan pada kelenjar pituitari dapat berbeda-beda pada setiap individu.

Meski demikian, jika Anda mengalami gejala seperti migrain berulang, gangguan penglihatan, perubahan hormonal seperti gangguan menstruasi, impotensi, atau gangguan kelenjar tiroid, Anda perlu berkonsultasi dengan dokter. Dokter akan melakukan pemeriksaan lengkap untuk mengetahui penyebab keluhan tersebut dan menentukan langkah selanjutnya.

Proses diagnostik ESS melibatkan pemeriksaan fisik, riwayat medis, dan pencitraan seperti MRI (Magnetic Resonance Imaging) atau CT (Computed Tomography) scan. Pemeriksaan fisik dilakukan untuk melihat gejala yang muncul, seperti penurunan penglihatan, perubahan ukuran tubuh, atau perubahan fungsi hormon. Riwayat medis akan membantu dokter memahami kondisi kesehatan yang pernah Anda alami sebelumnya.

Pencitraan seperti MRI atau CT scan akan memberikan gambaran lebih jelas mengenai kondisi Sella turcica dan kelenjar pituitari. Pemeriksaan laboratorium juga dapat dilakukan untuk menilai fungsi hormonal serta kelenjar pituitari. Hasil dari semua pemeriksaan tersebut akan membantu dokter dalam membuat diagnosis yang akurat dan menentukan rencana pengobatan yang sesuai.

Jika Anda mengalami gejala yang telah disebutkan, segera konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan diagnosis dan pengobatan yang tepat.

 

7 dari 9 halaman

Komplikasi

Pada pasien dengan Empty Sella Syndrome (ESS), prognosis umumnya baik jika tidak ada komplikasi yang signifikan. Meskipun demikian, terdapat beberapa potensi komplikasi jangka panjang yang perlu diketahui oleh pasien dan tim medis yang merawat mereka.

Salah satu komplikasi yang mungkin terjadi pada pasien ESS adalah hipopituitarisme. Karena ESS melibatkan deformasi kelenjar pituitari, ini dapat mengganggu produksi hormon pituitari yang penting. Hipopituitarisme dapat menyebabkan berbagai gejala seperti kelelahan, penurunan libido, kehilangan massa otot, dan gangguan konsentrasi. Untuk mengatasi komplikasi ini, pasien mungkin memerlukan terapi penggantian hormon seumur hidup, dengan dosis yang disesuaikan secara individual.

Komplikasi lain yang dapat terjadi adalah gangguan penglihatan. Ketika dekompresi berlebihan pada sistem ventrikel otak terjadi, tekanan pada saraf optik dapat meningkat. Hal ini dapat menyebabkan gangguan penglihatan, seperti penglihatan kabur atau hilangnya bidang visual tertentu. Pasien perlu diawasi secara teratur oleh dokter mata untuk memantau perubahan pada penglihatan mereka dan mungkin memerlukan terapi penglihatan atau intervensi bedah jika diperlukan.

Selain itu, adalah penting bagi pasien ESS untuk menjaga kesehatan umum mereka dengan mengadopsi gaya hidup sehat, seperti menjaga pola makan yang seimbang, berolahraga secara teratur, dan menghindari kebiasaan merokok atau alkohol. Penting juga bagi mereka untuk mengikuti rekomendasi medis yang terkait dengan pengelolaan komplikasi jangka panjang yang mungkin muncul.

Dalam kesimpulan, pada pasien dengan Empty Sella Syndrome, prognosis umumnya baik jika tidak ada komplikasi yang signifikan. Namun, penting bagi pasien dan tim medis yang merawat mereka untuk menyadari dan memantau kemungkinan komplikasi jangka panjang, seperti hipopituitarisme dan gangguan penglihatan. Melalui pengelolaan yang tepat dan perawatan jangka panjang yang adekuat, pasien ESS dapat menjalani hidup yang sehat dan berkualitas.

8 dari 9 halaman

Penanganan Empty Sella Syndrome

Empty Sella Syndrome adalah kondisi langka di mana kelenjar pituitari di pangkal otak mengalami penyusutan. Meskipun mengalami penyusutan, kelenjar pituitari masih dapat berfungsi secara normal pada kebanyakan penderitanya. Oleh karena itu, tidak semua penderita empty sella syndrome memerlukan pengobatan khusus.

Namun, jika empty sella syndrome memengaruhi fungsi hormon-hormon di dalam tubuh, langkah penanganan yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan obat pengganti hormon. Obat-obatan ini dapat membantu mengatur keseimbangan hormon dalam tubuh dan mengurangi gejala yang muncul akibat gangguan hormon.

Selain itu, dalam kasus yang jarang terjadi ketika empty sella syndrome menyebabkan cairan otak merembes ke hidung, dokter dapat melakukan operasi. Operasi ini bertujuan untuk menghentikan perembesan cairan otak dan memperbaiki struktur anatomis yang terganggu.

Penting untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis endokrinologi atau saraf untuk mendapatkan penanganan yang tepat sesuai dengan kondisi masing-masing penderita empty sella syndrome. Dokter akan melakukan pemeriksaan dan penilaian terhadap gejala yang dialami penderita serta memberikan pengobatan yang sesuai untuk mengurangi dampak penyakit ini pada kualitas hidup penderita.

 

9 dari 9 halaman

Langkah Pencegahan Empty Sella Syndrome

Empty Sella Syndrome adalah kondisi langka di mana rongga di bawah kelenjar pituitari di tengkorak terisi dengan cairan serebrospinal. Langkah-langkah pencegahan untuk Empty Sella Syndrome tergantung pada jenisnya.

Empty Sella Syndrome primer, yang penyebabnya tidak diketahui, tidak dapat dicegah. Namun, untuk Empty Sella Syndrome sekunder yang disebabkan oleh penyebab lain, beberapa langkah dapat diambil untuk mencegahnya.

Pertama, penting untuk berhati-hati saat berkendara dengan menggunakan alat pengaman seperti helm atau sabuk pengaman untuk mengurangi risiko cedera kepala yang dapat menyebabkan sindrom ini. Selain itu, bagi mereka yang bekerja di konstruksi bangunan atau pekerjaan yang melibatkan risiko cedera kepala, mengenakan alat pelindung diri yang tepat seperti helm sangat penting.

Selanjutnya, memasang pegangan di kamar mandi adalah tindakan pencegahan lain yang dapat mengurangi risiko terpeleset atau jatuh yang dapat menyebabkan cedera kepala.

Seseorang juga harus menghindari paparan zat kimia berbahaya yang dapat menyebabkan kerusakan pada kelenjar pituitari. Merokok juga harus dihindari, karena merokok dapat menyebabkan kerusakan sistem vaskular yang dapat mempengaruhi kesehatan kelenjar pituitari.

Bagi mereka yang memiliki riwayat tumor atau kanker otak, menjalani skrining genetik dapat membantu dalam pencegahan tumor otak yang dapat berujung pada Empty Sella Syndrome.

Dengan menjalankan langkah-langkah pencegahan ini, diharapkan dapat mengurangi risiko terkena Empty Sella Syndrome sekunder. Namun, penting untuk berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan informasi lebih lanjut dan penanganan yang tepat terkait dengan hal ini.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat