uefau17.com

Penyakit ASF Bunuh 156 Babi di Papua, Gubernur Ridwan Rumasukun Tetapkan Keadaan Darurat Wabah African Swine Fever - Health

, Jakarta Ternak babi di papua mengalami kematian yang dikaitkan dengan Wabah Penyakit African Swine Fever (ASF).

Sejak 6 Februari hingga 5 April 2024, angka kematian ternak babi mencapai 156 ekor. Kematian babi terjadi di Noloka dan Ayapo Distrik Sentani Kabupaten Jayapura.

Melihat kondisi ini, pemerintah Papua menetapkan tindakan darurat bencana terhadap wabah ASF.

Penetapan dilakukan melalui surat keputusan Gubernur Papua Nomor: 188.4/143 Tahun 2024 tentang Penetapan Status Keadaan Darurat Wabah Penyakit African Swine Fever (ASF) di Provinsi Papua.

Melalui Surat Keputusan ini Penjabat Gubernur Papua Ridwan Rumasukun, menginstruksikan instansi teknis di Provinsi Papua untuk melakukan pencegahan penularan. 

Lalu melakukan pengendalian penyebaran wabah ASF dengan beberapa langkah strategis, seperti:

  • Melarang mobilisasi atau distribusi ternak babi, produk dan olahanya dari dan ke Kabupaten Jayapura, serta dari daerah tertular ASF ke daerah yang masih bebas dari wabah tersebut.
  • Melakukan depopulasi atau pemusnahan terbatas di daerah wabah.
  • Melakukan surveilans kasus ASF di seluruh Papua.
  • Meningkatkan Sosialisasi tentang bahaya AS.
  • Meningkatkan desinfeksi di peternakan babi.
  • Melakukan pemetaan sentra-sentra peternakan babi.
  • Melakukan imbauan pada pengelola peternakan babi, apabila menggunakan pakan swill feeding harus dimasak dengan sempurna.
  • Melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke tempat pemotongan babi, rumah makan atau restoran yang menyajikan bahan daging atau olahan babi.

* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Keadaan Darurat Wabah ASF Berlaku 6 Bulan di Papua

Melansir laman resmi Pemprov Papua, Surat Keputusan Status Keadaan Darurat Wabah Penyakit ASF berlaku selama enam bulan sejak tanggal ditetapkan pada 16 April 2024.

“Dan tentunya akan dievaluasi kembali setelah adanya perubahan di lapangan melalui uji laboratorium sesuai ketentuan yang berlaku,” mengutip keterangan resmi, Jumat (7/6/2024). 

Merespons hal tersebut, Plt. Kepala Dinas Peternakan dan Perkebunan Provinsi Papua Matheus P. Koibur melakukan tindakan-tindakan terukur berdasarkan standar dan prosedur penanganan wabah penyakit ASF.

Dia mengimbau kepada masyarakat khususnya peternak babi dan konsumen untuk tidak panik.

“Kalau ada ternak babi yang sakit atau mati secara mendadak agar melapor pada petugas, penyuluh, dinas terkait, supaya dilakukan pemeriksaan,” kata Matheus.

3 dari 4 halaman

Belum Ada Penangkal ASF

Pemerintah Provinsi Papua akan terus melakukan pemantauan dan pengamatan langsung di lapangan.

Serta akan melibatkan multistakeholder guna menyelesaikan masalah ini. Pasalnya, hingga saat ini wabah ASF belum ada penangkalnya.

“Sehingga yang dilakukan adalah mencegah dan mengendalikan penyebarannya,” tambah Matheus.

4 dari 4 halaman

Apa Itu Penyakit ASF pada Babi?

Demam Babi Afrika atau African Swine Fever (ASF) adalah penyakit babi yang sangat menular dan mematikan yang dapat menyerang babi yang dipelihara di peternakan maupun babi liar.

Melansir Food and Drugs Administration (FDA), ASF tidak menulari manusia, tapi mudah menular dari satu babi ke babi lainnya melalui kontak langsung dengan cairan tubuh babi yang terinfeksi.

Praktik memberikan sisa makanan mentah (yang belum melalui proses pemanasan yang tepat) kepada babi juga dapat mengakibatkan penularan virus jika sisa makanan yang diberikan kepada babi mengandung produk daging babi yang terkontaminasi.

ASF telah menyebabkan kematian banyak babi di seluruh dunia seperti di Afrika Sub-Sahara, Tiongkok, Mongolia, Vietnam, dan juga di beberapa wilayah Uni Eropa.

Sejauh ini, upaya sedang dilakukan untuk mengembangkan berbagai strategi mitigasi seperti vaksin untuk mencegah ASF, obat-obatan untuk mengobati babi yang sakit, dan mitigasi virus yang dapat dimasukkan dalam makanan hewani.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat