uefau17.com

Jadi Lokasi Kejahatan Biadab, 3 Rumah Ini Bereputasi Horor - Global

, Jakarta - Terinspirasi dari sarang hewan, konsep ideal rumah yang dibuat oleh manusia adalah sebagai tempat berlindung bagi para individu yang ada di dalamnya.

Rumah mampu memberikan perlindungan bagi penghuninya dari segala macam marabahaya; mulai dari cuaca buruk, serangan binatang buas, atau kebiadaban sesama manusia.

Di samping sebagai tempat berlindung, rumah juga memiliki fungsi sosial-psikologis bagi manusia, yakni, sebagai tujuan pulang usai melaksanakan aktivitas seharian atau tempat yang mampu memberikan kehangatan dan kenyamanan.

Tapi, entah bagaimana, akibat kejahatan yang merajalela, sejumlah rumah -- yang seharusnya memberikan keamanan dan perlindungan -- justru menjadi lokasi paling horor.

Rumah-rumah itu malah menjadi tempat kejadian perkara atas berbagai kasus kriminalitas.

Berikut, 3 rumah bereputasi horor gara-gara kasus kejahatan yang terjadi di dalamnya, seperti dikutip dari Listverse, Selasa (2/5/2018).

 

Saksikan juga video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

1. Rumah Lokasi Penyekapan 13 Anak di California

Sepasang suami istri ditangkap usai polisi menemukan 13 anak yang dikurung dan dirantai di dalam rumah mereka di California, Amerika Serikat.

Mereka berada dalam kondisi mengenaskan, kotor dan bau. Beberapa bahkan dibelenggu di tempat tidur.

Korban berusia dari 2 tahun hingga 29 tahun, demikian menurut Sheriff Riverside County dalam pernyataan yang dikutip dari CNN pada (Selasa 16/1/2018).

Kisah temuan polisi berasal dari salah seorang remaja putri 17 tahun -- salah satu kakak beradik itu -- yang berhasil kabur dari sebuah rumah yang beralamat di Perris, California, Amerika Serikat pada Minggu 14 Januari 2018. Ia menghubungi 911 dari telepon yang ditemukan di rumahnya.

Menurut, polisi, remaja itu mengatakan 12 kakak dan adiknya ditahan di rumah oleh orangtua mereka sendiri.

"Beberapa diikat dengan rantai dan digembok," kata Sheriff Riverside mengutip keterangan korban. "Remaja 17 tahun itu terlihat seperti anak 10 tahun dan kurus kering," lanjut pernyatan sheriff.

Wakil sheriff adalah orang yang merespons panggilan darurat remaja itu. Ia menemukan 12 korban lainnya.

"Semuanya ditemukan terlihat kurang gizi dan kotor sekali. Mereka dikurung dan kami kaget, tujuh di antaranya adalah orang dewasa. Mereka dirantai ke ranjang di kamar yang gelap dan bau," menurut keterangan sang sheriff lagi.

Pasangan suami istri alias orangtua para korban, David Allen Turpin, 57, dan Louise Anna Turpin, 49, ditahan atas tuduhan penyiksaan dan membahayakan anak, menurut uu negara bagian California, Amerika Serikat.

Enam anak -- termasuk remaja 17 tahun yang berhasil kabur -- sempat dirawat di Riverside University Health System Medical Center, Moreno Valley, akibat kekurangan gizi.

Sementara, tujuh orang dewasa lainnya juga sempat dirawat Corona Regional Medical Center di Corona, Amerika Serikat atas penyebab serupa.

3 dari 4 halaman

2. Rumah Lokasi Penyekapan Gadis Cilik Selama 18 Tahun

Jaycee Dugard yang kala itu berusia 11 tahun, diculik di depan rumahnya di South Lake Tahoe, California, pada 10 Juni 1991. Ayah tiri Jaycee, Carl Probyn, melihat peristiwa itu dari garasi rumahnya dan berusaha mengejar mobil penculik dengan menggunakan sepeda.

Probyn segera menghubungi pihak berwenang setempat yang dibantu FBI untuk mencari Jaycee.

Dilansir Biography, Jayce dikurung di sebuah studio rekaman oleh penculiknya, Phillip Garrido, dan istrinya, Nancy Garrido, di halaman belakang rumah mereka yang berlokasi di Antioch, California -- 170 km dari rumah Jayce.

Jayce yang diganti namanya oleh Garrido menjadi 'Allissa', mengalami kekerasan seksual berulang kali. Pada usia 14 tahun, Jaycee melahirkan anak pertama yang berjenis kelamin perempuan. Tiga tahun kemudian, yakni pada 17 tahun, dia melahirkan anak perempuan keduanya.

Jaycee menghabiskan lebih dari 18 tahun di halaman belakang rumah Garrido, yang memberinya banyak kebohongan dan melarang kontaknya dengan dunia luar. Selama itu, ia sering menulis di jurnal, mendokumentasikan perasaan depresi, ketakutan, kesepian dan perasaan 'tidak dicintai'.

Bertahun-tahun tak berinteraksi dengan dunia luar, Jaycee bahkan menghargai setiap adanya interaksi, termasuk dari penculiknya. Dengan semua cerita bohong yang ia terima selama bertahun-tahun, Jaycee bahkan tak yakin apakah ia memiliki seseorang yang mau menerimanya jika dirinya berhasil kabur.

Diketahuinya lokasi dikurungnya Jaycee selama 18 tahun berawal pada 24 Agustus 2009. Saat itu Phillip Garrido mengunjungi kampus UC Berkeley bersama kedua putri yang dilahirkan Jaycee untuk menanyakan tentang perhelatan acara keagamaan.

Curiga akan perilakunya, petugas pun melakukan pemeriksaan latar belakang. Mereka kemudian mengungkap bahwa Garrido merupakan orang yang dibebaskan secara bersyarat atas kasus penculikan dan pemerkosaan.

Pada tanggal 26 Agustus, Garrido menghadiri sebuah pertemuan pembebasan bersyarat dengan Nancy, Jaycee dan anak perempuan mereka. Garrido bersikeras bahwa Jaycee dan gadis-gadis itu adalah sanak keluarga. Jaycee yang menyebut dirinya 'Allissa' pada awalnya menyembunyikan identitasnya.

Akhirnya Garrido tak kuasa menahan kebohongannya dan mengaku melakukan kejahatannya. Phillip dan Nancy Garrido dikenai tuduhan 29 kejahatan.

Pada tanggal 26 Agustus 2009, lebih dari 18 tahun setelah dia diculik, Jaycee Dugard dipertemukan kembali dengan ibunya, Terry Probyn, di South Lake Tahoe, California.

4 dari 4 halaman

3. Rumah di Austria, Lokasi Penyekapan Gadis Selama 8 Tahun

Natascha Kampusch, seorang remaja Austria yang diculik pada saat berusia 10 tahun, berhasil menyelamatkan diri pada 23 Agustus 2006. Ia 10 tahun disekap di sana.

Pada 2 Maret 1998, Kampusch sedang berjalan menuju sekolahnya di Vienna, ketika seorang pria dewasa menculiknya. Saat itu, ia masuk ke dalam daftar pencarian orang hilang terbesar dan terheboh.

Pencarian Kampusch bahkan melibatkan ratusan pemeriksaan minivan putih, setelah seorang saksi melaporkan melihat gadis kecil itu diseret ke dalam kendaraan tersebut.

Pada saat itu, polisi setempat sempat memeriksa Wolfgang Priklopil, seorang warga yang juga memiliki minivan putih. Namun sayangnya, aparat keamanan saat itu tidak mencurigai pria tersebut sebagai pelaku penculikan Kampusch.

Padahal, Priklopil-lah yang menculik dan menyekap gadis kecil tersebut di dalam sebuah ruangan bawah tanah tak berjendela di rumahnya di luar wilayah Vienna. Di tempat persembunyian tersebut, Priklopil menyiksa dan memerkosa Kampusch.

Waktu pun berlalu hingga delapan tahun. Kampusch mulai mendapat 'kelonggaran' dari penculiknya.

Gadis itu diperbolehkan untuk beristirahat di dalam rumah -- bukan lagi ruangan bawah tanah -- bahkan memasak untuk Priklopil.

Priklopil memperlakukan Kampusch dengan 'baik'. Sebagai gantinya, karena telah memasak dan membersihkan rumah untuknya, pria itu memberikan buku dan radio kepada gadis yang diculiknya.

Melalui pemberian tersebut Kampusch belajar tentang dunia luar selama lebih dari 8 tahun.

Pada suatu pagi, 23 Agustus 2006, Kampusch yang telah berusia 18 tahun, membersihkan mobil penculiknya dengan sebuah vacuum cleaner.

Saat itulah telepon pria yang berusia 40-an itu berdering, dan dia menjauh dari kebisingan mesin pembersih untuk menerima panggilan tersebut. Kampusch lalu menggunakan kesempatan tersebut untuk menyelamatkan diri dan berlari ke rumah seorang tetangga.

Setelah menjelaskan apa yang terjadi kepada tetangganya, mereka lalu menghubungi polisi.

Tak beberapa lama setelah itu, pria yang berprofesi sebagai teknisi komunikasi tersebut bunuh diri dengan melompat di depan kereta yang sedang melaju kencang.

Dalam waktu kurang dari 24 jam, Kampusch menjadi 'selebritas' internasional, atas kasus yang menimpanya.

Gadis itu tampak sehat dan waras. Hanya saja, secara fisik, dia terlihat lebih kurus dan tidak banyak tumbuh sejak terakhir kali dilihat oleh keluarganya.

Pada awal pemeriksaannya, Kampusch membuat pernyataan mengagetkan dengan mengatakan bahwa dia merasa kasihan kepada penculiknya.

Hal tersebut membuat orang-orang menduga dia menderita Sindrom Stockholm -- kondisi di mana sandera penculikan menunjukkan tanda-tanda kesetiaan pada penculiknya, tanpa memperdulikan bahaya atau risiko yang telah dialaminya.

Ibunya belakangan mengklaim, Kampusch bahkan menyimpan dan membawa foto peti mati Priklopil bersamanya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat