, Seoul - Ancaman dari Korea Utara bukan hanya berupa misil yang konon bisa menjangkau daratan Amerika Serikat, senjata nuklir, bom hidrogen, atau tentara aktif yang jumlahnya melampaui 6 juta personel.
Petunjuk mengerikan baru-baru ini didapat dari tubuh seorang pembelot Korut. Antibodi antraks ternyata mengalir dalam darah eks prajurit itu.
"Antibodi antraks ditemukan pada salah satu pembelot Korut yang melarikan diri tahun ini," kata pejabat Korsel, seperti dikutip dari Channel A.
Advertisement
Seperti dikutip dari The Telegraph, Kamis, 28 Desember 2017, keberadaan antibodi bisa berarti dua hal: ia pernah menderita antraks atau divaksin agar kebal terhadap penyakit tersebut.
Baca Juga
Jika yang kedua yang terjadi, dunia pantas khawatir. Sebab, rezim Kim Jong-un bisa jadi sedang mengembangkan senjata biologis dengan penyakit mematikan itu.
"Korut punya persediaan senjata kimia dalam jumlah besar. Namun, ada satu yang tak mendapat banyak perhatian dan paling kukhawatirkan adalah program senjata biologis mereka," kata Andrew Weber, mantan Asisten Menteri Pertahanan AS, seperti dikutip dari Fox News, Kamis malam (28/12/2017).
Terkait senjata biologis, menurut Weber, dalam jumlah kecil saja bisa membawa hasil yang sangat mematikan. "Dalam itungan ons atau pon sudah cukup. Jutaan dosis antraks mematikan bisa terkandung dalam beberapa pon saja...Untuk cacar air bahkan hanya beberapa gram," kata dia.
Tak seperti nuklir atau bom, senjata kimia dan biologis sulit dilacak hingga ke pelakunya dan rentan penyangkalan.
Antraks adalah penyakit menular akut dan sangat mematikan yang disebabkan bakteri Bacillus anthracis dalam bentuknya yang paling ganas. Sama dengan maknanya dalam bahasa Yunani, kulit para korbannya akan berubah hitam, mirip batubara.
Jika tak segera dirawat, antraks bisa membunuh dalam waktu 24 jam. Sekitar 2.000 orang di dunia terinfeksi setiap tahunnya. Biasanya, penularan antraks adalah dari ternak ke manusia.
Penularan tersebut melalui tiga cara yakni, melalui kulit, oral atau pencernaan, dan pernapasan (lewat spora antraks). Penyakit itu tidak dapat menular antarmanusia, seperti halnya flu.
Sejauh ini belum terkonfirmasi apakah pembelot yang kebal terhadap antraks adalah Oh Chong-song, yang pelariannya berlangsung dramatis pada November 2017. Tak hanya kurang gizi dan luka parah akibat kena tembak empat kali, di dalam perut pria 24 tahun itu ditemukan cacing parasit sepanjang 26 cm. Ia juga mengidap Hepatitis B.
Laporan intelijen Korea Selatan hanya menyebut, antraks ditemukan dalam tubuh salah satu dari empat pembelot yang kabur dari Utara sepanjang 2017.
Analis pertahanan senior Shin Jong-woo dari Korea Defense Security Forum (KODEF) mengatakan, vaksin antibodi antraks mungkin diberikan kepada tentara Korea Utara yang berpartisipasi dalam proyek senjata biologis.
Namun, saat media Amerika Serikat CNN mencoba untuk mengonfirmasi kabar tersebut, baik pihak intelijen dan militer Korea Selatan mengaku belum mampu memberikan klarifikasi.
Pejabat kedua lembaga itu juga mengatakan, tak ada satu pun di antara empat pembelot yang mengaku bekerja di unit tempur biokimia Korea Utara.
Vaksin Antraks untuk Pejabat Korsel?
Terlepas dari benar atau tidaknya, dugaan Korea Utara sedang mengembangkan senjata biologis bikin Korea Selatan ketar-ketir.
Spekulasi pun menyebar liar. Kantor Kepresidenan Korsel atau Blue House pun terpaksa mengeluarkan klarifikasi pada Pada 24 Desember 2017.
Juru bicara Kepresidenan Park Soo-hyun menjelaskan, badan pencegahan dan pengendalian penyakit Korsel atau Korea Centers for Disease Control and Prevention membeli 1.000 dosis vaksin antraks untuk diberikan kepada badan antiteror dan warga yang terpapar bakteri itu. Vaksin itu tiba di Korsel pada November 2017.
Park menambahkan, Blue House juga membeli 350 dosis vaksin antraks untuk persiapan. Namun, ia menegaskan, pengadaan tersebut dilakukan pada masa pemerintahan sebelumnya yang dipimpin Presiden Park Geun-hye.
Pengadaan dilakukan pascainsiden 2015, tatkala pihak AS tak sengaja mengirimkan bakteri antraks ke Pangkalan Udara Osan, Korsel. Akibatnya 22 personel terdampak.
Park juga membantah bahwa Presiden Moon Jae-in dan sejumlah pejabat Korsel telah disuntik vaksin antraks tersebut untuk mencegah ancaman senjata biologis dari Korut.
* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
13 Potensi Senjata Biologis Korut
![Kim Jong-un mengunjungi Pyongyang Bio-technical Institute, Juni 2015 (Rodong Sinmun)](https://cdn0-production-images-kly.akamaized.net/TD1IWkFy4J_oiHbztOyT2ykRpcg=/640x360/smart/filters:quality(75):strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/1815288/original/066729900_1514471315-North-Korea-may-have-capacity-to-produce-anthrax-analyst-says.jpg)
Pekan lalu, surat kabar Jepang Asahi Shimbun, mengutip sumber intelijen di Seoul, melaporkan bahwa Korea Utara telah memulai tes untuk memuat bakteri antraks dalam hulu ledak rudal balistik antarbenua mereka.
Pyongyang diduga melakukan tes ketahanan panas dan tekanan untuk memastikan bakteri antraks bisa bertahan di tengah proses pembakaran, yang terjadi saat rudal balistik antarbenua kembali memasuki atmosfer Bumi.
Dugaan itu semakin diperkuat dengan laporan dari Amerika Serikat. Pada 18 Desember 2017, Presiden Donald Trump merilis Strategi Keamanan Nasional 2017 atau National Security Strategy 2017 (NSS 2017).
NSS 2017 adalah dokumen cetak biru yang disiapkan secara berkala oleh presiden. Isinya adalah uraian soal potensi ancaman keamanan terhadap AS dan strategi pemerintah Negeri Paman Sam untuk menghadapinya.
"Korea Utara telah menghabiskan ratusan juta dolar untuk persenjataannya, termasuk riset mengenai program pengembangan rudal berhulu ledak kimia, biologis dan nuklir," demikian isi cuplikan dokumen tersebut, seperti dikutip dari situs CNN.
Bahkan sejak 2004, Pemerintah AS telah menuduh Pyongyang mengembangkan senjata biologis.
Laporan kala itu menyebut, "Meski Korea Utara merupakan negara penandatangan Konvensi Anti-Senjata Biologis (BWC), mereka masih terus melanjutkan penelitian di bidang itu."
Meski jadi negara yang meratifikasi BWC, Korut tak menandatangani Chemical Weapons Convention (CWC).
"Korut memiliki ilmuwan dan fasilitas untuk memproduksi biological warfare agent (senyawa agen pembentuk senjata biologis) atau racun," tambah laporan itu.
Namun, dalam sebuah pernyataan pada tahun 2017, Kementerian Luar Negeri Korea Utara membantah tuduhan AS.
"Sebagai negara penandatangan Konvensi Anti-Senjata Biologis (BWC), Korea utara konsisten mempertahankan pendiriannya untuk menentang pengembangan, pembuatan, penimbunan dan kepemilikan senjata biologis," kata pernyataan tersebut.
"AS juga pernah menuduh Irak dengan tuduhan serupa sebelum invasi pada tahun 2003. Namun, faktanya, mereka salah."
Sementara, studi dari Belfer Center for Science and International Affairs, Harvard University pada Oktober 2017 menyebut bahwa Korea Utara masih melanjutkan program pembuatan senjata kimia dan biologis yang diawali sejak era Perang Korea.
Studi itu juga menyimpulkan, "Laporan intelijen dan testimoni dari para pembelot selama beberapa dekade terakhir menunjukkan, Korea Utara memiliki niat dan kemampuan untuk melestarikan program senjata biologis mereka," tulis laporan tersebut.
Studi yang berjudul "North Korea’s Biological Weapons Program,The Known and Unknown" itu juga menyebut, ada 13 biological warfare agent yang dimiliki oleh Korea Utara dan berpotensi untuk dijadikan senjata biologis, meliputi:
1. Bacillus anthracis (Antraks)
2. Clostridium botulinum (Botulisme)
3. Vibrio cholerae (Kolera)
4. Bunyaviridae hantavirus (Korean Hemorrhagic Fever)
5. Yersinia pestis (Pes)
6. Variola (Cacar)
7. Salmonella typhi (Demam Tifus)
8. Coquillettidia fuscopennata (Demam Kuning)
9. Shigella (Disentri)
10. Brucella (Brucellosis)
11. Staphylococcus aureus (Staph)
12. Rickettsia prowazekii (Demam Tifus)
13. T-2 mycotoxin (Alimentary Toxic Aleukia)
Kasus pembunuhan Kim Jong-nam pada Februari 2017 yang diduga kuat tewas akibat racun saraf VX adalah bukti bahwa Korut tak bisa diremehkan.
Meski belum dibuktikan di pengadilan, kuat diduga ada keterlibatan Pyongyang dalam pembunuhan kakak tiri Kim Jong-un itu.
Sebelumnya, pada 2015, sejumlah foto yang dimuat corong media rezim, Rodong Sinmun, menunjukkan bahwa Korea Utara memiliki fasilitas industri pestisida--yang menurut para ahli mampu menghasilkan senjata biologis dan kimia.
"Analisis terhadap foto itu menunjukkan bahwa fasilitas tersebut diketahui bernama The Pyongyang Bio-Technical Institute, mampu memproduksi senjata biologis untuk berbagai ukuran, terutama antraks," kata Melissa Hanham, pakar Korea Utara dari James Martin Center for Nonproliferation Studies pada 2015.
Advertisement
Jutaan Orang Terancam
![Simbol senjata biologis](https://cdn0-production-images-kly.akamaized.net/7Y9HNCvGL9H0k5iETdaxekGiFME=/640x360/smart/filters:quality(75):strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/1815292/original/027893400_1514472021-20171228-Senjata_Biologis.jpg)
Pusat Pengendalian Penyakit AS (CDC) mengategorikan antraks sebagai agen Kategori A: yang berpotensi menimbulkan kematian dalam jumlah besar dan dapat menyebar di area yang luas.
Nuclear Threat Initiative juga menegaskan bahwa antraks--atau apa pun jenis bakteri dan virus yang dipakai--senjata biologis sangatlah berbahaya.
"Senjata biologis adalah salah satu senjata mematikan yang pernah diproduksi oleh manusia."
Di tengah kekhawatiran tentang rudal dan pengembangan senjata nuklir Korut, kabar tentang antraks tentu saja menambah genting situasi, terutama bagi tetangga terdekatnya, Korea Selatan.
"Rudal, pesawat tak berawak, pesawat terbang, penyemprot, dan manusia adalah sarana potensial untuk pengiriman senjata biologis," kata laporan dari Belfer Center.
Pengiriman secara manual menyulitkan pencegahan oleh pihak Korea Selatan dan sekutunya.
Selain itu, senjata kimia dan biologis Korut yang diduga berjumlah besar (2.000-2.500 metrik ton), serta personel militer yang cukup mumpuni akan semakin menyulitkan Negeri Ginseng.
"Korea Utara memiliki 200.000 pasukan khusus, bahkan beberapa di antaranya dipersenjatai senjata biologis yang akan cukup untuk menghancurkan Korea Selatan," tulis laporan Belfer Center.
Sebuah laporan Bulletin of Atomic Scientists memperingatkan bahwa Korea Utara dapat menyerang Seoul dengan "lautan sarin" jika konflik pecah. Jika itu terjadi, jutaan orang berpotensi tewas atau luka.
Sanksi untuk Tokoh Nuklir Korut
![Kim Jong-un (tengah duduk) bersama Ri Pyong-chol (kedua dari kiri), Kim Jong-sik (tengah belakang Kim Jong-un), dan Jang Chang-ha (kedua dari kanan) (KCNA)](https://cdn1-production-images-kly.akamaized.net/oxoAkIoAI7wvDGcw7rK-JYaFM_A=/640x360/smart/filters:quality(75):strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/1605618/original/034993300_1495785115-Kim_Jong_sik.jpg)
Sulit untuk memastikan senjata pemusnah massal apa saja yang dimiliki Korut. Negara tersebut menutup diri rapat-rapat dari dunia luar.
Menyerang frontal ke jantung Pyongyang juga tak mungkin dilakukan. Sebab, tak ada bukti bahwa rezim Kim Jong-un menghadirkan ancaman nyata bagi dunia.
Sejauh ini, cara efektif untuk menghentikan program senjata pemusnah massal Korea Utara adalah dengan menerapkan sanksi ekonomi. Tujuannya, agar rezim Kim Jong-un tak mendapat pasokan dana dan material untuk melanjutkan ambisinya.
Amerika Serikat juga telah memberlakukan sanksi kepada dua pejabat Korea Utara yang disebut telah memimpin pengembangan nuklir.
Departemen Keuangan AS mengatakan bahwa dua pejabat tersebut, Kim Jong-sik dan Ri Pyong-chol, menjadi tokoh kunci program rudal balistik Korea Utara.
Dikutip dari BBC, sanksi baru itu akan memblokir transaksi kedua orang tersebut yang dilakukan di AS.
Pada dasarnya, sanksi tersebut membekukan aset yang mungkin mereka miliki di Amerika.
Baik Kim Jong-sik dan Ri Pyong-chol kerap terlihat dipotret dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un saat peluncuran rudal.
Sebuah investigasi mengatakan bahwa kedua orang tersebut, bersama dengan pengembang senjata Jang Chan-ha, dipilih sendiri oleh Kim Jong-un.
Ri Pyong-chol disebut-sebut sebagai mantan Jenderal Angkatan Udara yang mendapat pendidikan di Rusia.
Sementara itu, Kim Jong-sik adalah seorang ilmuwan roket veteran. Mereka berdua merupakan dua di antara 16 warga Korea Utara yang dikenai sanksi teranyar PBB.
Dewan Keamanan PBB memberlakukan sanksi baru terhadap Korea Utara pada 22 Desember 2017 dalam merespons uji coba rudal Korut pada 29 November tahun yang sama.
Korea Utara mengatakan bahwa sanksi tersebut adalah tindakan perang dan menyebut sanksi itu setara dengan blokade ekonomi total.
Terkini Lainnya
Ramalan Eks Jenderal China: Perang Korea Berkobar Maret 2018
'Donald Trump' Akan Jadi Nama Stasiun di Tembok Ratapan Yerusalem
60 Tahun Bersahabat, Kedua Pria Ini Ternyata Saudara Kandung
13 Potensi Senjata Biologis Korut
Jutaan Orang Terancam
Sanksi untuk Tokoh Nuklir Korut
Korea Utara
Kim Jong-un
korut
Rekomendasi
Kumpulan Hoaks Terkait Kim Jong Un, Simak Faktanya
Cek Fakta: Hoaks Foto Vladimir Putin dan Kim Jong-un Angkat Gelas Bir di Klub Malam
115 Penerbangan Jet Komersial Korea Selatan Terganggu Balon Sampah Korut, 10.000 Penumpang Pesawat Terdampak
Warga Korea Utara Mulai Wajib Kenakan Pin Kim Jong Un
Korea Utara Tindak Tegas Pelaku Pelanggaran Budaya, Larang Pakai Gaun Pengantin hingga Bahasa Gaul
Korea Utara Sebut Hubungan AS, Jepang, dan Korea Selatan bak NATO Versi Asia
Korea Utara Kirim 70 Balon Udara Mengandung Parasit dari Kotoran Manusia ke Korsel
Copa America 2024
Reaksi Lionel Messi Gagal Penalti di Duel Argentina Vs Ekuador
Hasil Copa America 2024: Argentina Susah Payah Tundukkan Ekuador Lewat Adu Penalti
Hasil Copa America 2024: Lionel Messi Gagal Cetak Gol, Argentina Lolos ke Semifinal Lewat Adu Penalti Singkirkan Ekuador
Jadwal Lengkap Copa America 2024, Hasil, Klasemen Grup A, B, C, D Cek di Sini
Saksikan Live Streaming Copa America 2024 Argentina vs Ekuador, Baru Dimulai
Ketua KPU
KPU Minta Kasus Pencabulan Hasyim Asy'ari Tidak Menyeret-nyeret Keluarga
Tak Cuma Gaji Puluhan Juta, Hasyim Asy'ari Dapat Sederet Fasilitas Ini Saat jadi Ketua KPU
Megawati Kecewa Kasus Ketua KPU Hasyim Asy'ari: Kok Begitu Ya, Pusing Saya
Infografis DKPP Pecat Ketua KPU Hasyim Asy'ari Terkait Tindak Asusila
Top 3 News: Ketua KPU Hasyim Asy'ari Beri Fasilitas Korban Asusila Apartemen di Jaksel dan Uang Perbulan
Timnas Indonesia U-16
Timnas Indonesia Rebut Perunggu Piala AFF U-16 2024, Erick Thohir: Lebih Baik di Kualifikasi Piala Asia U-17 2025
Jadwal Lengkap, Hasil, dan Klasemen Piala AFF U-16 2024: Timnas Indonesia Bidik Gelar Ketiga
Timnas U-16 Kalahkan Vietnam 5-0, Nova Arianto Minta Skuad Garuda Muda Tak Euforia
Hasil Piala AFF U-16 Vietnam vs Indonesia: Cetak 5 Gol Tanpa Balas, Garuda Nusantara Amankan Peringkat 3
Hasil Piala AFF U-16 Vietnam vs Indonesia: Cetak Gol Telat, Garuda Nusantara Unggul 2-0 di Babak Pertama
Link Live Streaming Piala AFF U-16 2024 Vietnam vs Indonesia, Sebentar Lagi Mulai di Vidio
Pilkada 2024
Peluang PDIP Usung Bobby Nasution di Pilgub Sumut, Puan: Belum Ada Keputusan, Tapi Bisa Jadi
Pengamat Nilai Sinyal Dukungan Gerindra Perkuat Posisi Eman Suherman Maju Pilkada Majalengka 2024
Organisasi Sayap Gerindra PP Satria Dukung Marshel Widianto Jadi Calon Wakil Wali Kota Tangsel 2024
Puan Respons Wacana Duet Anies-Andika di Pilkada Jakarta 2024: Menarik
Soal Pilkada Banten, AHY Ragu dengan Kader Sendiri?
TOPIK POPULER
TODAY IN HISTORY
5 Juli 2019: Gempa Bumi M6,9 di California, Bangunan Bergoyang dan Terjadi Kebakaran
Populer
Indonesia Siap Bagi Pengalaman Keharmonisan Antar Umat Beragama di Konferensi Internasional Ini
5 Juli 2019: Gempa Bumi M6,9 di California, Bangunan Bergoyang dan Terjadi Kebakaran
Mengenal Asteroid Ryugu, Lebih Tua dari Matahari
Istri di AS Tega Racuni Suami, Alasannya Merasa Tak Dihargai
Lumut Berpotensi Dapat Tumbuh di Mars
Kapal Terbalik di Laut Mauritania, 89 Migran Hendak ke Eropa Tewas, 72 Orang Dinyatakan Hilang
Delegasi Biro Komite Palestina PBB ke Indonesia, Bahas Upaya Tingkatkan Dukungan untuk Negaranya
Euro 2024
Link Live Streaming Euro 2024 Portugal vs Prancis, Sabtu 6 Juli Pukul 02.00 WIB
Link Live Streaming Euro 2024 Spanyol vs Jerman Jumat 5 Juli Pukul 23.00 WIB, Duel Raksasa di 8 Besar
Prancis Vs Portugal 8 Besar Euro 2024: Les Bleus Siap Tampil Garang
Prediksi Euro 2024 Portugal vs Prancis: Adu Ketajaman Cristiano Ronaldo dan Kylian Mbappe
Putusan Jude Bellingham Terungkap, Inggris Pertimbangkan Perubahan Radikal di Perempat Final Euro 2024
Berita Terkini
Pilkada Sulteng 2024, PKS Beri Surat Rekomendasi untuk Pasangan Anwar-Reny
Delegasi Biro Komite Palestina PBB ke Indonesia, Bahas Upaya Tingkatkan Dukungan untuk Negaranya
Pelabuhan Ketapang Banyuwangi Tidak Punya Jembatan Timbang, Bambang Haryo: Ini Penting Sekali
Jangan Lewatkan Sinetron Di Antara Dua Cinta di SCTV Episode Jumat 5 Juli 2024 Pukul 21.30 WIB, Simak Sinopsisnya
Cerita Transformasi BKI: Dari Serba Manual, Kini Serba Digital
Mantan Manajer Selebgram Fuji Gelapkan Uang Rp1,3 Miliar
Hina Agama Islam dan Rasis, Petinju Ryan Garcia Dipecat WBC
Erick Thohir Buru Koruptor BUMN, Bakal Gandeng KPK
Kekayaan Merosot, Elon Musk jadi Miliarder Dunia Paling Boncos di Semester I 2024
Kolaborasi Penyanyi dan Restoran Sushi, Ado dan Kura Sushi Sukses Garap Lagu Baru
Bukan Bentrokan, Pendeta Paulus Tegaskan Insiden di GPIB Taman Harapan Adalah Penyerangan
Bakal Calon Gubernur Jateng, Kaesang Pangarep Dinilai Punya Peluang Besar
6 Potret Rafathar Menuju ABG Disebut Mulai Tampil Gaya, Raffi Ahmad Curhat Susah Peluk Anak Sendiri
TKN: Pemecatan Hasyim Asy’ari Jadi Bukti Tak Ada Backup Penguasa di KPU
Apa Saja Manfaat Sertifikat Tanah Elektronik?