, Seoul - Tragedi Halloween Itaewon hingga Kanjuruhan menewaskan ratusan orang. Konser Berdendang Bergoyang pun membuat banyak orang pingsan. Semuanya punya benang merah yang sama, disebabkan oleh kerumunan yang sangat padat.
Setelah tragedi-tragedi dalam kerumunan tersebut menimpa, mungkin muncul pertanyaan, kapan kerumunan menjadi sangat berbahaya? Lalu, apa yang harus dilakukan jika kita terjebak di dalamnya?
Lautan manusia menjadi saksi bagaimana berbahayanya kerumunan yang tidak terkontrol dengan mitigasi yang tidak disiapkan. Setelah orang menerima vaksin dan mulai kembali ke kehidupan normal sebelum pandemi COVID-19, kerumunan terjadi dimana-mana.
Advertisement
Mehdi Moussaïd, seorang ilmuwan penelitian di Berlin yang mempelajari perilaku kerumunan memberikan kiat-kiat untuk bertahan hidup dalam situasi kerumunan yang berbahaya dalam wawancaranya dengan NPR News.
Mengutip NPR, berikut enam tips agar kita dapat bertahan di kerumunan yang berbahaya --- seperti tragedi Halloween Korea --- menurut Moussaïd:
1. Waspada Akan Tanda-Tanda Bahaya
Saat Anda berada di tengah kerumunan, dan Anda mulai merasakan tekanan, jangan panik. Mulai sadari bahaya kerumunan dan coba tempatkan diri ada di situasi krisis.
Jika Anda masih bisa bergerak tapi mulai merasa tidak nyaman, segera pergi.
Banyak orang merasa seperti 'Oh, konsernya seru, jadi, saya akan terus berada di kerumunan ini walaupun tidak nyaman'. Padahal, kata Moussaid, hal tersebut tidak boleh dilakukan.
Jika Anda sudah merasa tidak nyaman, itu berarti sinyal bahaya.
Lebih dari 146 orang dilaporkan tewas akibat berdesakan dan terinjak-injak di kerumunan saat Festival Halloween di Itaewon, Seoul, Korea Selatan, pada Sabtu (29/10) malam. sekitar 150 orang juga masih menjalani perawatan di rumah sakit.
* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
2. Tetap Berdiri, Jangan Meletakkan Tas di tanah
![FOTO: Melarikan Diri dari Perang Ukraina](https://cdn0-production-images-kly.akamaized.net/Ggt3Sc4UuHN_uOJP6yfiPNDBFOE=/640x360/smart/filters:quality(75):strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/3953098/original/063835900_1646461592-20220305-Melarikan-Diri-dari-Perang-Ukraina-4.jpg)
Membuat tubuh Anda tetap berdiri adalah hal terpenting. Karena, jika Anda jatuh, akan sangat sulit berdiri lagi di tengah kepadatan kerumunan.
Tetap berdiri juga dapat membantu orang lain. Karena, jika Anda jatuh, Anda akan menjadi penghalang dan akan menciptakan efek domino pada kerumunan.
Dalam skenario terburuk, tas yang dibiarkan di tanah dapat menjadi hambatan yang meningkatkan risiko seseorang terjatuh.
3. Hindari Dinding dan Benda Padat
Kematian terjadi di tempat-tempat yang dekat dengan hambatan atau tempat-tempat kokoh seperti dinding, pagar, atau pintu.
Jika Anda mengikuti arus gelombang yang mendorong, Anda akan baik-baik saja. Tetapi, jika Anda berada di samping tembok, Anda tidak bisa mengikuti arus karena terhalang tembok.
Jadi, gelombang akan membuat Anda mendekati tembok dan tidak bisa ke mana-mana. Ruang gerak kecil dan sulit untuk bernapas. Hal tersebut dapat menghancurkan Anda.
Advertisement
4. Pertahankan Ruang Bernapas
![Ilustrasi konser musik (ist)](https://cdn1-production-images-kly.akamaized.net/FugcmhgZDKYbOkVU3iM2_hQ9dl0=/640x360/smart/filters:quality(75):strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/4133174/original/065275600_1661249298-WhatsApp_Image_2022-08-23_at_4.21.31_PM__1_.jpeg)
"Orang sering bertanya pada saya 'mengapa kita mati di tengah keramaian? Apa penyebab kematiannya?'. Penyebabnya adalah, kekurangan oksigen," kata Moussaïd kepada NPR.
Jika seseorang terhimpit di padatnya kerumunan, paru-paru tidak memiliki cukup ruang untuk melakukan tugasnya agar seseorang tetap bernapas dengan normal.
Tetap bernapas adalah hal terpenting yang harus disadari orang-orang yang terjebak di tengah kerumunan.
"Jika Anda dapat mempertahankan ruang yang cukup untuk bernapas, Anda akan baik-baik saja. Letakkan lengan Anda tepat di depan dada Anda dan tahan di sana," katanya.
"Dalam posisi ini, Anda akan memiliki ruang, sedikit saja, untuk mendorong setengah sentimeter atau hanya 1 sentimeter --- cukup bagi Anda untuk tetap bernapas," dia menambahkan.
Walaupun hal tersebut sedikit tidak nyaman, tapi itu yang akan membuat seseorang dapat bertahan di tengah kerumunan yang membahayakan.
Buat paru-paru Anda bernapas dan karbondioksida keluar dari tubuh Anda seperti biasa.
5. Jangan Mendorong, Ikuti Arus Kerumunan
![[Bintang] Dandanan Buat yang Pengin Tampil Keren Saat Nonton Konser Musik](https://cdn0-production-images-kly.akamaized.net/wvQfvCLCb9SvnOjxmCQoP-dfCQc=/640x360/smart/filters:quality(75):strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/1717926/original/053590300_1506077609-222-1.jpg)
Dalam kerumunan, terdapat reaksi berantai. Misalnya, ketika seseorang mendorong orang sebelahnya, mereka akan saling mendorong dan akhirnya hambatan muncul. Jika dorongan itu semakin kuat, hambatan tersebut akan kembali kepada yang mendorongnya.
"Jika Anda merasakan dorongan, jangan mendorong balik. Jangan memperkuat gelombang ini. Ikuti saja arus yang ada," kata Moussaïd.
Walaupun hal tersebut tidak nyaman dan mengganggu, itu adalah cara terbaik dalam berperilaku di situasi yang berbahaya.
Setiap orang, disarankan tidak menambah tekanan dalam sistem.
"Pada saat-saat terburuk, Anda memiliki beberapa gelombang pendorong sekaligus. Inilah yang kita sebut turbulensi kerumunan," katanya.
"Tentu saja Anda tidak ingin berada di tempat di mana dua gelombang bertemu, karena tekanan datang dari arah yang berlawanan, dan itu sangat berbahaya," Moussaïd menjelaskan.
Jika terjadi turbulensi kerumunan, kita akan melihat orang-orang tewas.
Advertisement
6. Belajar Mendeteksi Kepadatan Kerumunan
![Pesta Haloween di Itaewon Tewaskan 120 Orang Akibat Berdesakan](https://cdn1-production-images-kly.akamaized.net/YO-AIq9HN4JvWxT9N09C7O3_pnw=/0x595:5769x3847/640x360/filters:quality(75):strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/4208175/original/006602000_1667083997-AP22302711013089.jpg)
Kepadatan merupakan variabel yang kritis. Kepadatan dapat diukur dari jumlah orang per meter persegi dengan beberapa ambang batas.
Di bawah lima orang per meter persegi, hal tersebut masih aman walaupun tidak nyaman.
Namun, jika naik menjadi enam orang per meter persegi, hal tersebut menjadi berbahaya.
Terlebih, jika ada delapan orang per meter persegi, probabilitas cedera atau bahkan hal yang lebih buruk lagi meningkat dan itu merupakan tanda bahaya.
"Tipsnya adalah jika Anda merasa ada orang yang menyentuh kedua bahu atau beberapa tempat di tubuh anda pada saat yang sama, kepadatannya bisa sekitar enam atau lebih. Jika Anda memiliki waktu dan bisa bergerak, menjauhlah segera. Itu adalah sinyal," Moussaïd memberikan saran.
![Infografis Kisah Dramatis dan Kesaksian Pilu Tragedi Kanjuruhan Malang. (/Trieyasni)](https://cdn0-production-images-kly.akamaized.net/yZ3MDxeFR6ImV2_Z3P1LVM7pr-4=/640x640/smart/filters:quality(75):strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/4182052/original/028499200_1664974817-Infografis_SQ_Kisah_Dramatis_dan_Kesaksian_Pilu_Tragedi_Kanjuruhan_Malang.jpg)
Terkini Lainnya
Gelar Piala Presiden 2024, Erick Thohir Tidak Ingin Tragedi Kanjuruhan Terulang
1. Waspada Akan Tanda-Tanda Bahaya
2. Tetap Berdiri, Jangan Meletakkan Tas di tanah
3. Hindari Dinding dan Benda Padat
4. Pertahankan Ruang Bernapas
5. Jangan Mendorong, Ikuti Arus Kerumunan
6. Belajar Mendeteksi Kepadatan Kerumunan
Korea Selatan
Tragedi Kanjuruhan
Itaewon Halloween
Halloween
Tragedi Halloween Itaewon
tragedi Itaewon
Tragedi Halloween
tragedi Halloween Korea
Piala AFF U-19
2.180 Personel Gabungan Siap Amankan Laga Pembuka Piala AFF U-19 di Surabaya Hari Ini
Catat, Jadwal Lengkap Timnas U-19 Piala AFF 2024 dan Daftar Pemain
Indra Sjafri Tak Patok Target Juara AFF U-19, Begini Alasannya
2.959 Personel Gabungan Polri-TNI Siap Amankan Piala AFF U-19 di Surabaya
Resmi, Daftar 23 Pemain Timnas Indonesia untuk Piala AFF U-19 di Surabaya
PLN Jatim Jamin Keandalan Listrik Saat Piala AFF U-19 di Surabaya, Siapkan Skema Berlapis
Donald Trump
Elon Musk Sumbang Dana ke Korban Insiden Penembakan Donald Trump, Segini Nilainya
Gandeng JD Vance, Donald Trump Pilih Calon Wakil Presiden Pro Kripto
FBI Klaim Punya Akses ke Ponsel Tersangka Penembak Donald Trump
Di Tengah Keraguan Publik, Joe Biden Mengaku Layak Maju Capres di Pemilu AS 2024
Elon Musk Sumbang Kampanye Donald Trump di Pilpres AS, Nilainya Rp 729,1 Miliar
Lamine Yamal
Gol Lamine Yamal ke Gawang Prancis Dinobatkan yang Terbaik di Euro 2024
Bawa Spanyol Juarai Euro 2024, Beredar Foto Lamine Yamal Sewaktu Bayi Digendong Lionel Messi
Harga Fantastis Lamine Yamal, Pemain Muda Terbaik Euro 2024 yang Pecahkan Rekor Pele
Lamine Yamal Rengkuh Trofi Pemain Muda Terbaik Euro 2024
Spanyol Juara Euro 2024, Lamine Yamal Pemain Muda Terbaik dan La Roja Pecahkan Rekor Gol
Spanyol Sapu Bersih Seluruh Trofi di Euro 2024, Rodri, Olmo dan Yamal Lengkapi Kesempurnaan
Piala Presiden 2024
Top 3: Daftar Hadiah Piala Presiden 2024 Bikin Penasaran
Maruarar Ungkap Alasan Piala Presiden 2024 Tetap di Emtek Group
Sahroni DPR: Hubungan Baik Polri dan PSSI Kunci Sukses Piala Presiden 2024
Daftar Hadiah Piala Presiden 2024: Juara Rp 5 Miliar, Match Fee Rp 350 Juta
Gelar Piala Presiden 2024, Erick Thohir Tidak Ingin Tragedi Kanjuruhan Terulang
TOPIK POPULER
TOP 3 CITIZEN6
Top 3: Gejala Diabetes Saat Kadar Gula Darah Tinggi
Top 3: Kenali Gejala Kanker Testis yang Perlu Diwaspadai
Top 3: Gejala Kolesterol Tinggi yang Terlihat di Kaki
Populer
15 Fakta Star Wars yang Mungkin Belum Kamu Ketahui
Suka Overthinking, 4 Zodiak Ini Paling Susah Tidur
Dikenal Emosional, 5 Zodiak Ini Paling Mudah Menangis
6 Fakta JD Vance, Senator Ohio yang Jadi Cawapres Donald Trump di Pilpres AS 2024
Sejarah dan Resep Bubur Asyura: Sajian Istimewa pada Tanggal 10 Muharram
Top 3: Deretan Fakta Star Wars yang Perlu Anda Ketahui
8 Gejala di Perut, Tenggorokan, dan Pergelangan Kaki Ini Bisa Merupakan Tanda Masalah Jantung
10 Benda Paling Ikonik dalam Dunia Anime dan Kisah di Baliknya
SweetEscape Rilis Japan Pass: Layanan Foto di 4 Kota Jepang
LG Rilis Kulkas Multi Door Baru, Dirancang Khusus untuk Dapur Asia
Timnas Indonesia U-19
Prediksi Piala AFF U-19 2024 Timnas Indonesia vs Filipina: Garuda Muda Bidik Awal Bagus
6 Bintang Timnas Indonesia U-19 yang Berkilau di Liga 1: Punya Jam Terbang Tinggi dan Siap Menggebrak di Lapangan!
Jadwal Lengkap, Hasil, dan Klasemen Piala AFF U-19 2024: Misi Timnas Indonesia Ulang Sukses 2013
Catat, Jadwal Lengkap Timnas U-19 Piala AFF 2024 dan Daftar Pemain
Daftar Pemain Timnas Indonesia di Piala AFF U-19 2024, 8 Lulusan Piala Dunia U-17 2023
Indra Sjafri Coret 5 Pemain Timnas Indonesia Jelang Piala AFF U-19 2024, 1 Pemain Keturunan
Berita Terkini
7 Potret Pacar Bule Cinta Kuya Pamer Rambut Baru, Dicukur Calon Mertua
Perusahaan Kripto FTX Bangkrut, Harus Bayar Rp 205 Triliun Kepada CFTC
Cemas Badai PHK, Buruh Ngotot Minta Permendag Impor Dicabut
Harga Sahamnya Melejit, Bursa Gembok Saham KPIG dan KARW
Kenapa Pilkada DKI Diundur 2024? Ini Alasan Utamanya
Setoran Dividen BUMN Melonjak Drastis, BRI Jadi Kontributor Tertinggi dengan Rp23,2 Triliun
Transisi ke Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir, Indonesia Punya 3 Pekerjaan Rumah
Benarkah Memakan Daging Unta Membatalkan Wudhu? Ini Penjelasan Ulama
Mengenal FHCI, Forum Pengembangan Sumber Daya Manusia BUMN
Permohonan Asesmen Rehabilitasi Ammar Zoni Belum Dilaksanakan, Jaksa Ungkap Alasannya
Sahroni DPR Puji Kinerja BNPT: Jangan Kendorkan Kewaspadaan Akan Terorisme
Cara Instal Aplikasi Dapodik 2025 dengan Mudah, Simak Perubahan Terbarunya