, Jakarta Pemerintah tengah menyiapkan kebijakan untuk memitigasi peningkatan emisi karbon, salah satunya melalui instrumen pajak karbon. Sayangnya, itu baru bisa diterapkan per 2025 mendatang, sesuai permintaan Eropa.
"Eropa minta 2025," ujar Menko Perekonomian Airlangga Hartarto di Shangri La Hotel Jakarta, Kamis (24/8/2023).
Menko Airlangga lantas menjelaskan, penerapan pajak karbon perlu disesuaikan dengan mekanisme perdagangan karbon (carbon trading). Sehingga dibutuhkan langkah insentif dan disinsentif.
Baca Juga
"Jadi dua-duanya harus kita laksanakan, karena pajak karbon diperlukan juga untuk mengantisipasi carbon border adjusted mechanism (CBAM) yang akan diberlakukan di Eropa di tahun 2025," terangnya.
Advertisement
Harapan Pemerintah
Dalam konteks ini, Menko Airlangga berharap tiap perusahaan yang ikut perdagangan karbon sudah memiliki karbon kredit lewat. bursa karbon. Baru kemudian mekanisme pajak karbon bisa diimplementasikan.
"Jadi untuk produk-produk, kita harapkan bahwa mereka sudah punya karbon kreditnya melalui bursa karbon. Kedua, baru pajak karbon. Jadi itu dua hal yang saling melengkapi," kata Airlangga.
* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Bukan Pertama Kali
Adapun kemunduran penerapan pajak karbon ini merupakan penundaan yang kesekian kali, setelah pada akhir 2021 pemerintah berencana mengimplementasikan pajak karbon yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Perpajakan mulai 1 April 2022.
Kala itu, pemerintah beralasan implementasinya diundur untuk menunggu kesiapan mekanisme pasar karbon.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati sempat mengutarakan, emisi karbon belum bernilai di mata masyarakat Indonesia. Banyak pihak tidak peduli untuk memutuskan penerapannya.
Sehingga, pemerintah memutuskan mekanisme pasar jadi salah satu syarat penting bagi setiap orang untuk menyadari bahwa kualitas lingkungan sudah semakin memburuk.
"Itu sebabnya ada nilai polusi, prinsip pembayaran polusi perlu diperkenalkan. Itu sebabnya Indonesia memperkenalkan pasar karbon," ujar Sri Mulyani.
Advertisement
CEO Petronas: Asia Harus Lebih Dulu Nol Emisi Karbon Sebelum Dunia
Negara-Negara di Asia perlu mencapai emisi nol sebelum seluruh dunia bisa melakukannya. Hal ini diungkap oleh CEO perusahaan minyak dan gas milik Malaysia Petronas Tengku Muhammad Taufik.
“Sebagian besar emisi yang diperkirakan akan diproduksi di Asia ke depan,” kata Tengku Muhammad Taufik di sela-sela acara Energy Asia di Kuala Lumpur, Malaysia dikutip dari CNBC, Jumat (30/6/2023).
“Dunia tidak dapat mencapai net zero tanpa Asia mencapai net zero,” ujar Taufik saat membuka pidato puncak. Asia akan mewakili setengah dari PDB global pada 2040, serta 40 persen dari konsumsi global, tambahnya.
Ia menjelaskan, sasaran transisi energi yang diwujudkan dalam Perjanjian Paris tidak dapat dilakukan oleh satu industri, atau satu pembuat kebijakan, atau satu negara saja.
Pemerintah dunia sepakat dalam kesepakatan iklim Paris 2015 untuk membatasi pemanasan global di bawah 2°C, dibandingkan dengan tingkat pra-industri, dan melakukan upaya untuk membatasi kenaikan suhu hingga 1,5°C.
Bahan Bakar Batu Bara
Menurut laporan bulan Maret oleh Badan Energi Internasional, emisi dari ekonomi berkembang Asia dan pasar berkembang tumbuh lebih tinggi dari wilayah lain pada 2022 naik sebesar 4,2 persen. Lebih dari setengah peningkatan ini disebabkan oleh pembangkit listrik berbahan bakar batu bara.
Berusaha untuk menekan penggunaan bahan bakar fosil atau sepenuhnya meninggalkannya, belum tentu menjadi jalan ke depan, kata Taufik. Dia menambahkan bahwa dekarbonisasi total dalam semalam adalah narasi idealis.
Memasukkan bahan bakar fosil sebagai bagian dari basis energi, setidaknya untuk paruh pertama abad ini, diperlukan jika dunia ingin menjauh dari guncangan pasokan energi, ujarnya.
“Sayangnya, narasi hingga saat ini didorong oleh kaum idealis. Ekstremis yang percaya ada saklar biner yang dalam semalam kita dapat beralih dari Sistem A ke Sistem B,” katanya, merujuk pada Sistem A sebagai ekonomi yang didukung bahan bakar fosil yang melekat, dan Sistem B sebagai dekarbonisasi menjadi nol karbon dalam semalam.
Dunia belum memikirkan ekosistem lengkap yang datang dengan penerapan Sistem B, seperti persyaratan mineral dan logam serta masalah rantai pasokan yang perlu diselesaikan terlebih dahulu, tambah Taufik.
“Namun kami berusaha untuk meninggalkan bahan bakar fosil secara ekstrim tanpa membiarkan industri menghadapi tantangan emisi yang melekat,” katanya.
Terkini Lainnya
Indonesia Hadapi Tantangan Besar Penuhi Permintaan Listrik, Apa Itu?
Indonesia Bidik 15 Proyek CCS-CCUS Onstrem pada 2030
Laju Deforestasi Indonesia Terendah Sepanjang Sejarah, Ini Bukti
Harapan Pemerintah
Bukan Pertama Kali
CEO Petronas: Asia Harus Lebih Dulu Nol Emisi Karbon Sebelum Dunia
Bahan Bakar Batu Bara
karbon
Pajak Karbon
Polusi Udara
Eropa
Menko Airlangga
Rekomendasi
Indonesia Bidik 15 Proyek CCS-CCUS Onstrem pada 2030
Laju Deforestasi Indonesia Terendah Sepanjang Sejarah, Ini Bukti
Indonesia Pamer Perdagangan Karbon di Jerman
Transaksi Bursa Karbon Tembus Rp 36,77 Miliar hingga Mei 2024
Potensi Tinggi, OJK: Perlu Kerja Sama Lintas Lembaga Dongkrak Pertumbuhan Bursa Karbon
BSN Ingin Indonesia Terlibat di Pengembangan Standar Internasional Carbon Capture
Diskominfo Kaltim Perkenalkan Aplikasi Pengaduan Kerusakan Lingkungan di Kariangau
Menko Luhut Ingin Indonesia Kantongi Cuan dari Penjualan Karbon
Pengusaha Tak Siap, Pajak Karbon Bakal Molor Lagi?
Copa America 2024
Kesedihan Selimuti Fan Zone Copacabana Brasil
Mengejutkan, Uruguay Depak Brasil dari Copa America 2024
Hasil Copa America 2024 Uruguay vs Brasil: Selecao Kalah Dramatis Lewat Adu Penalti, La Celeste Tantang Kolombia di Semifinal
Jadwal Lengkap Copa America 2024, Hasil, Klasemen Grup A, B, C, D Cek di Sini
Hasil Copa America 2024 Kolombia vs Panama: Gulung Los Canaleros 5-0, Luis Diaz Cs Kunci Tiket Semifinal
Saksikan Live Streaming Copa America 2024 Uruguay vs Brasil, Segera Dimulai
Ketua KPU
KPU Minta Kasus Pencabulan Hasyim Asy'ari Tidak Menyeret-nyeret Keluarga
Tak Cuma Gaji Puluhan Juta, Hasyim Asy'ari Dapat Sederet Fasilitas Ini Saat jadi Ketua KPU
Megawati Kecewa Kasus Ketua KPU Hasyim Asy'ari: Kok Begitu Ya, Pusing Saya
Infografis DKPP Pecat Ketua KPU Hasyim Asy'ari Terkait Tindak Asusila
Top 3 News: Ketua KPU Hasyim Asy'ari Beri Fasilitas Korban Asusila Apartemen di Jaksel dan Uang Perbulan
Timnas Indonesia U-16
Timnas Indonesia Rebut Perunggu Piala AFF U-16 2024, Erick Thohir: Lebih Baik di Kualifikasi Piala Asia U-17 2025
Jadwal Lengkap, Hasil, dan Klasemen Piala AFF U-16 2024: Timnas Indonesia Bidik Gelar Ketiga
Timnas U-16 Kalahkan Vietnam 5-0, Nova Arianto Minta Skuad Garuda Muda Tak Euforia
Hasil Piala AFF U-16 Vietnam vs Indonesia: Cetak 5 Gol Tanpa Balas, Garuda Nusantara Amankan Peringkat 3
Hasil Piala AFF U-16 Vietnam vs Indonesia: Cetak Gol Telat, Garuda Nusantara Unggul 2-0 di Babak Pertama
Link Live Streaming Piala AFF U-16 2024 Vietnam vs Indonesia, Sebentar Lagi Mulai di Vidio
Pilkada 2024
Maju Pilkada 2024, Eman Suherman Berkomitmen Tulus Bantu Warga Majalengka
KPU Diminta Perkuat Iman Usai Tercoreng kasus Asusila Hasyim Asy'ari
Lumayan! Ini Besaran Gaji PPS Pilkada 2024 dan Masa Kerjanya, Simak Cara Daftarnya
Bawaslu Sulut Pastikan Pengungsi Gunung Ruang Punya Hak Pilih dalam Pilkada 2024
Nadiem Makarim Masuk Daftar Usulan Cagub DKI dari PSI Jakut
Hasil Mukerwil DPW PPP Sulsel: Dukung Kepemimpinan Mardiono hingga Sepakat Sukseskan Pilkada 2024
TOPIK POPULER
INFO LOWONGAN KERJA
Platform Digital jadi Destinasi Favorit Pencari Kerja, Bantu Tekan Pengangguran
Sederet Lowongan Kerja Terbaru buat Lulusan SMA/SMK, Simak Posisi dan Persyaratannya
Lowongan Kerja Pegadaian Lulusan D3 dan S1, Simak Syaratnya
Populer
7 Produk Impor Kena Tambahan Bea Masuk, Pengusaha Ingin Ngobrol dengan Pemerintah
Wijaya Karya Catatkan Kontrak Baru Rp 8,86 Triliun
Biaya Kuliah Makin Mahal, Hal Ini Bisa jadi Solusi
Indonesia Jadi Negara dengan Unicorn dan Decacorn Terbesar di Dunia
Top 3: Kereta Cepat Whoosh Angkut 2,6 Juta Penumpang pada Semester I 2024
Mahalini Tampak Mancung, Segini Biaya Operasi Hidung di Jakarta
Waspada Calo, Beli Tiket Penyeberangan Wajib via Aplikasi Ferizy
SKK Migas Genjot Produksi Minyak di Riau, Simak Strateginya
Akanji Gagal Penalti di Laga Inggris Vs Swiss, Punya Nilai Pasar Rp 782 Miliar
Indonesia Hadapi Tantangan Besar Penuhi Permintaan Listrik, Apa Itu?
Euro 2024
Hadiah Piala Eropa atau Euro 2024 Bikin Ngiler, Cek di Sini Besarannya
Akanji Gagal Penalti di Laga Inggris Vs Swiss, Punya Nilai Pasar Rp 782 Miliar
Cristiano Ronaldo Buka Suara usai Gagal Antar Portugal ke Semifinal Euro 2024, Apa Katanya?
Tampil Kompak, Ini 7 Potret Andrea Dian dan Ganindra Bimo Nonton Euro 2024 di Jerman
Top 3: Zodiak yang Paling Suka Traveling
Top 3 Berita Bola: Prancis Rebut Tiket Semifinal Euro 2024 usai Menang Dramatis atas Portugal Lewat Adu Penalti
Berita Terkini
Dirga Wira Berjaya di Indonesian Grandprix 2024, Gondol Piala Kemenpora
Prakiraan Cuaca Bandung Raya 7-9 Juli, Potensi Hujan dan Suhu Minimum
PBNU Tetapkan 1 Muharram 1446 H Senin 8 Juli 2024, Ini Perhitungannya
BNPB: Gempa Batang Sebabkan Bangunan Rusak dan 4 Warga Luka-Luka
Hasil IBL 2024: Menang Dramatis atas Pelita Jaya, Satria Muda Rebut 10 Kemenangan Beruntun
Hasil PLN Mobile Proliga 2024: Sikat PBS, LavAni Juara Putaran Pertama Final Four
Potret Han So Hee Kembali Potong Rambut Pendek Setelah 3 Tahun Panjang, Dipuji Makin Cantik
PBSI Masih Tunggu Keputusan Keluarga soal Jenazah Zhang Zhi Jie
Antisipasi Bencana, Sekda Sebut Jabar Perlu Manajemen Penanggulangan Super Team
Satu Korban Longsor di Blitar Akhirnya Ditemukan Setelah 8 Hari Pencarian
Jadwal, Hasil, dan Klasemen Final Four PLN Mobile Proliga 2024: Siapa Rebut Gelar Juara?
Buka Layanan Paspor 'After Hour', Imigrasi Tanjungpandan Raih Penghargaan di Belitung Expo 2024
Dihadiri 2.022 Orang, Pagelaran Reuni Akbar Jemaah Umrah di TMII Pecahkan Rekor MURI
Tambang Emas Suwawa Longsor, Puluhan Orang Dilaporkan Tertimbun
Jokowi Khawatir Dampak Perubahan Iklim, PAN Komitmen Percepat Transisi Energi