uefau17.com

Google Hadirkan Fitur Pencarian Berbasis AI ke 120 Negara, Indonesia Salah Satunya? - Tekno

, Jakarta - Setelah diluncurkan di AS, India, dan Jepang, kini penelusuran Google alias Google Search yang didukung AI (kecerdasan buatan) resmi diluncurkan secara global.

Mulai Kamis (9/11/2023), pengalaman percakapan berbasis AI yang dikenal sebagai SGE (Search Generative Experience) akan tersedia di lebih dari 120 negara. 

Tidak hanya itu, SGE juga akan mendukung empat bahasa baru, yaitu Spanyol, Portugis, Korea dan Indonesia, menurut laporan Tech Crunch. Sekadar diketahui, sebelumnya SGE telah mendukung bahasa Inggris, Hindi, dan Jepang. 

Adapun peningkatan dari teknologi ini, Google dilaporkan akan mulai menguji cara baru untuk mengajukan pertanyaan secara langsung di halaman hasil pencarian.

Kini, saat menjelajahi suatu topik, pengguna juga akan bisa melihat pertanyaan dan hasil penelusuran sebelumnya. Termasuk Search ads di slot khusus pada seluruh halaman.

Selain itu, Google juga melakukan perbaikan kecil pada SGE mengenai pertanyaan lanjutan dan fitur terjemahan serta definisi.

Pada fitur terjemahan, saat pengguna meminta Penelusuran untuk menerjemahkan frasa yang tersusun dari beberapa kata bermakna ganda, pengguna dapat mengetuk kata-kata tersebut dan memilih arti yang dirasa sesuai.

Opsi ini juga dapat muncul ketika pengguna perlu menentukan gender spesifik untuk kata tertentu.

Fitur ini direncanakan akan tersedia bagi pengguna AS untuk terjemahan bahasa Inggris ke bahasa Spanyol dalam beberapa minggu ke depan. 

Adapun untuk fitur definisi baru yang ditambahkan, pengguna bisa menanyakan definisi kata-kata asing yang ditemukan dalam jawaban tentang topik pendidikan tertentu dengan dukungan AI

Kini, selain sains, ekonomi, dan sejarah, pengguna juga bisa meminta definisi di berbagai bidang, seperti pengkodean dan informasi kesehatan.

 

* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

SGE Diluncurkan ke Banyak Negara

Sekadar diketahui, SGE diluncurkan awal tahun 2023 ini. Mirip dengan Bing Chat, SGE memungkinkan pengguna web berinteraksi dengan AI menggunakan bahasa alami. 

Dengan SGE, pengguna dapat mengajukan pertanyaan dan menerima tanggapan tidak hanya berupa daftar tautan, tetapi juga kalimat lengkap dengan referensi yang dikutip.

Pengalaman ini terus diperbarui dengan fitur-fitur baru setelah kehadirannya. Mulai dari  ringkasan artikel berbayar yang didukung AI, definisi istilah yang mungkin tidak dikenal dalam mata pelajaran tertentu, peningkatan pada pengkodeannya, serta kemampuan menghasilkan gambar dan menulis draf. 

Baru-baru ini SGE juga dibuka untuk remaja AS berusia 13 sampai 17 tahun.

Adapun negara dan wilayah yang kini memiliki akses ke SGE meliputi 120 negara. Untuk negara-negara di Asia Tenggara, yang bisa mengakses di antaranya: 

  • Indonesia
  • Brunei
  • Kamboja
  • Laos
  • Malaysia
  • Myanmar
  • Papua Nugini
  • Pilipina
  • Singapura
  • Taiwan
  • Thailand
  • Timor Leste

 

3 dari 4 halaman

Waspada Iklan Google Palsu Berisi Malware

Terlepas dari itu, belakangan ini, ramai sebuah kampanye malvertising baru telah memanfaatkan situs web yang disusupi untuk mempromosikan aplikasi PyCharm palsu melalui Iklan Penelusuran Dinamis di Google. 

Tanpa sepengetahuan pemilik situs, iklan otomatis yang tampil di Google ini dibuat untuk mempromosikan program pengembangan Python populer tersebut untuk mengecoh orang yang melakukan penelusuran.

Korban yang mengklik iklan akan diarahkan ke situs web yang telah disusupi tautan palsu untuk mengunduh aplikasi. Namun, aplikasi tersebut nantinya hanya akan menginstal lebih banyak malware di perangkat korban.

Dilaporkan, beberapa situs web yang terlibat merupakan situs yang menawarkan jasa perencanaan pernikahan tanpa nama. Diketahui, situs itu telah disusupi dengan tautan palsu ke perangkat lunak PyCharm. 

Dikutip dari The Hacker News, Minggu (5/11/2023), para korban diarahkan ke situs web palsu ini melalui Dynamic Search Ads, iklan Google yang disesuaikan berdasarkan riwayat penelusuran dan konten situs.

Dijelaskan lebih lanjut, situs web berbahaya itu lantas ditampilkan sebagai iklan di situs lain dengan memanfaatkan layanan Dynamic Search Ads dari Google. Kondisi tersebut membuat pemilik situs yang disusupi tersebut secara tidak langsung menjadi perantara malware, sekaligus korban. 

Umumnya, para pelaku membuat kampane malvertising ini dengan menargetkan situs perhotelan termasuk pelanggan mereka. Tipe serangan ini diprediksi telah menciptakan ancaman global yang mencatatkan jumlah trafik DNS yang signifikan di berbagai negara.

4 dari 4 halaman

Jangan Asal Klik Link Pembaruan Chrome! Bisa Jadi Itu Malware

Berbicara tentang keamanan siber, kini makin banyak motif penipuan maupun penyerangan digital, salah satunya melalui pembaruan Chrome palsu. Pembaruan palsu ini telah beredar sejak lama, dan akan menyerang pengguna dengan menginstal malware di perangkatnya.

Malware ini berpura-pura sebagai pembaruan peramban Chrome asli, tetapi sebenarnya merupakan trojan akses jarak jauh (RAT) yang dapat mengambil alih komputer kamu.

Biasanya, malware ini merupakan awal dari serangan ransomware yang dapat menguras uang dan data kamu tanpa kamu sadari.

Dilansir Cyber Security, Rabu (1/11/2023), para pakar keamanan telah melihat versi baru dari malware ini, yang disebut "FakeUpdateRU" oleh Jerome Segura dari MalwareBytes.

Baru-baru ini, banyak kelompok pencipta malware seperti ini muncul. Untuk mengatasinya, Google telah bertindak cepat dan memblokir sebagian besar situs web yang menyebarkan malware ini.

Penampilan halaman pembaruan Chrome palsu terlihat sangat mirip dengan yang asli. Satu hal yang menonjol adalah file malware terbuat dari kode HTML biasa yang diambil dari situs web Google versi bahasa Inggris.

Hal ini menunjukkan bahwa peretas menggunakan peramban Chrome (berbasis Chromium) untuk membuat malware. Tetapi hal ini juga menyebabkan beberapa kata dalam bahasa Rusia muncul dalam file, bahkan bagi pengguna yang tidak menggunakan Chrome.

Para peretas mengubah beberapa kata pada halaman pembaruan Chrome palsu, seperti "Unduh" menjadi "Perbarui", untuk mengelabui pengguna agar berpikir bahwa mereka perlu memperbarui peramban mereka.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat