uefau17.com

Bursa Saham Asia Melambung di Tengah Obligasi AS Sentuh Level Tertinggi dalam 16 Tahun - Saham

, Singapura - Bursa saham Asia Pasifik sebagian besar menguat pada perdagangan Selasa (22/8/2023) di tengah imbal hasil obligasi Amerika Serikat (AS) bertenor 10 tahun sentuh level tertinggi.

Dikutip dari CNBC, imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun mencapai 4,34 persen, merupakan level tertinggi sejak November 2007. Kenaikan imbal hasil obligasi biasanya menekan harga saham.

Indeks Nikkei 225 menguat 0,86 persen, dan indeks Topix bertambah 0,72 persen. Sementara itu, unit chip grup SoftBank, Arm mengajukan pencatatan saham di Nasdaq yang diprediksi menjadi terbesar pada 2023.

Indeks Kospi Korea Selatan menguat 0,88 persen. Indeks Kosdaq bertambah 0,84 persen. Indeks ASX 200 memperpanjang penurunan. Indeks ASX 200 melemah 0,19 persen.

Indeks Hang Seng berjangka menunjukkan penguatan di posisi 17.680. Pada penutupan perdagangan sebelumnya di posisi 17.623,29.

Di wall street, tiga indeks acuan bervariasi. Indeks Nasdaq bertambah 1,6 persen. Indeks S&P 500 menguat 0,69 persen dan indeks Dow Jones melemah 0,11 persen.

Sementara itu, inflasi Hong Kong lebih rendah dari yang diharapkan pada Juli. Inflasi Hong Kong 1,8 persen, ini lebih rendah dari prediksi ekonom yang disurvei Reuters. Inflasi diprediksi sebelumnya 2 persen. Selain itu, inflasi itu juga lebih rendah dari realisasi pada Juni 2023 di kisaran 1,9 persen.

Berdasarkan Biro Sensus dan Statistik Hong Kong mencatat kenaikan harga terbesar pada Juli terjadi pada minuman alkohol dan tembakau yang naik 18,4 persen.

Harga listrik, gas dan air naik 9,9 persen, serta pakaian dan alas kaki bertambah 6,6 persen, yang merupakan tiga sektor teratas yang alami kenaikan terbesar pada Juli.

Di sisi lain, harga barang tahan lama dan makanan pokok turun secara tahunan pada Juli dengan masing-masing turun 3,3 persen dan 0,5 persen.

* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Penutupan Bursa Saham Asia Pasifik pada 21 Agustus 2023

Sebelumnya, bursa saham Asia Pasifik bervariasi pada perdagangan Senin, 21 Agustus 2023 usai China memangkas suku bunga pinjaman satu tahun, tetapi pertahankan bunga pinjaman tenor lima tetap.

Loan prime rate (LPR) bertenor satu tahun susut 10 basis poin dari 3,55 persen menjadi 3,45 persen. LPR bertenor 5 tahun tetap 4,2 persen.

Reuters melaporkan dari 35 pengamat, semuanya prediksi dua suku bunga acuan itu akan merosot. Hal ini setelah bank sentral China secara tak terduga memangkas suku bunga acuan.

Indeks Hang Seng tergelincir 1,8 persen. Demikian juga bursa saham China tertekan. Indeks CSI 300 merosot 1,44 persen ke posisi 3.729,56, dan sentuh level terendah sejak November 2022.

Di Australia, indeks ASX 200 merosot 0,46 persen, dan sentuh ke level terendah sejak 11 Juli di 7.115,5. Di sisi lain, indeks Nikkei 225 menguat 0,32 persen ke posisi 31.565,64. Indeks topix meroket 0,24 persen ke posisi 2.241,49. Indeks Kospi Korea Selatan menanjak 0,17 persen ke posisi 2.508,8. Indeks Kosdaq melambung 1,3 persen ke posisi 888,71.

3 dari 4 halaman

Penutupan Wall Street pada 21 Agustus 2023

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street bervariasi pada perdagangan saham Senin, 21 Agustus 2023. Indeks Nasdaq hentikan penurunan beruntun dalam empat hari di tengah imbal hasil treasury atau obligasi AS mencapai level tertinggi.

Dikutip dari CNBC, Selasa (22/8/2023), pada penutupan perdagangan wall street, indeks Nasdaq menanjak 1,6 persen ke posisi 13.497,59. Indeks Nasdaq catat penguatan terbesar sejak 28 Juli 2023.

Indeks S&P 500 melesat 0,69 persen ke posisi 4.399,77. Indeks Dow Jones melemah 0,11 persen ke posisi 34.463,69.

Sementara itu, saham Palo Alto Networks reli 14,5 persen seiring laba lebih kuat dari perkiraan. Saham Nvidia mendaki 8,3 persen menjelang laporan laba yang akan dirilis pada Rabu pekan ini.

Saham Tesla dan Meta masing-masing naik 7 persen dan 2,4 persen. Hal itu tampaknya mendorong sektor saham teknologi di S&P 500. Sektor saham teknologi S&P 500 bertambah 2,26 persen pada perdagangan Senin, 21 Agustus 2023.

Pergerakan saham tersebut terjadi bahkan ketika imbal hasil obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun mencapai level tertinggi di 4,34 persen. Level tersebut tertinggi sejak November 2007.

Imbal hasil yang meningkat ketika harga obligasi turun, biasanya berdampak negatif bagi saham-saham teknologi dan growth stock karena mengurangi valuasi yang dijanjikan ke depan.

“Saya pikir jalur yang paling tidak resisten adalah momentum yang Anda lihat akan datang pekan ini.  Obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun terus meningkat di sini, dan meski melihat dorongan positif untuk pasar, pada akhirnya obligasi AS bertenor 10 tahun akan bebani valuasi,” ujar Head of Economic and Market Strategy ClearBridge Investments, Jeff Schulze dikutip dari CNBC.

Ia menambahkan, hal ini memberikan lebih banyak tekanan ke bawah terhadap pasar.

4 dari 4 halaman

Menanti Pidato Ketua The Fed Jerome Powell

Di sisi lain, pergerakan wall street pada awal pekan ini terjadi setelah penurunan sepekan di wall street. Hal tersebut menambah pasar tertekan pada akhir musim panas. Indeks S&P 500 dan Nasdaq masing-masing turun selama tiga minggu berturut-turut. Sedangkan indeks Dow Jones alami koreksi terbesar sejak Maret.

“Saya pikir penurunan yang Anda lihat pekan lalu adalah awal dari penurunan selanjutnya,” ujar Chief Investment Officer DWS Group Americas, David Bianco.

Ia menambahkan, pasar obligasi memberikan alternatif yang sangat menarik bagi investor saham. “Kecuali ada yang percaya S&P 500 akan berubah tanpa pertumbuhan laba yang tela dialami selama sekitar dua tahun menjadi pertumbuhan laba yang sangat kuat,” kata dia.

Adapun pekan ini, investor antisipasi pidato dari Ketua Federal Reserve (the Fed) Jerome Powell pada Jumat pagi, 25 Agustus 2023 di simposium tahunan bank sentral di Jackson Hole, Wyoming.

Sementara itu, saham-saham berada di bawah tekanan seiring kenaikan imbal hasil, pelemahan musiman dan sikap hawkish dari the Federal Reserve (the Fed) membebani sentimen investor.

“Saya pikir investor sekali lagi khawatir resesi mungkin akan kembali terjadi,” ujar Chief Investment Strategist CFRA Research, Sam Stovall.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat