, Jakarta - Yogyakarta, 1 Maret 1949. Pagi hari, pukul 06.00 WIB, saat sirene dibunyikan usai berakhirnya jam malam, Belanda dibuat kalang kabut dengan serangan besar-besaran yang dilakukan pasukan Tentara Nasional Indonesia (TNI) didukung seluruh elemen kekuatan Republik Indonesia. Alhasil, serangan umum yang masif itupun membuat TNI berhasil menduduki Yogyakarta, yang ketika itu berstatus sebagai ibukota negara, selama enam jam.
Sekitar 69 tahun peristiwa itu berlalu, Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X mengusulkan kepada Pemerintah untuk menetapkan 1 Maret sebagai Hari Penegakan Kedaulatan Negara, pada 31 Oktober 2018.
Meskipun melalui proses panjang, akhirnya pengajuan disetujui oleh Presiden Joko Widodo atau Jokowi. Namun Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 2 Tahun 2022 tentang Hari Penegakan Kedaulatan Negara menuai kritik dari sejumlah pihak.
Advertisement
Pasalnya, tidak ada nama mantan Presiden Soeharto dalam Keppres yang ditandatangani Jokowi pada 24 Februari 2022 itu. Padahal, Soeharto dinilai memiliki peranan penting dalam penyerangan. Hanya nama Soekarno, Mohammad Hatta, Jenderal Sudirman, dan Sri Sultan Hamengku Buwono IX yang dicantumkan.
Sebenarnya seperti apa peristiwa Serangan 1 Maret itu?
Baca Juga
Beragam Tafsir Peran Soeharto di Serangan Umum 1 Maret
Tak Ada Nama Soeharto, Sejarawan: Keppres 1 Maret Produk Politik, Bukan Naskah Akademik Hasil Historiografi
VIDEO: Keppres 1 Maret dan Interpretasi Zaman atas Soeharto
Sejarawan Bonnie Triyana mengaku bingung karena seringkali peristiwa sejarah Indonesia menjadi bahan perdebatan. Untuk peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949, dia menilai saat itu komunikasi antarpimpinan Indonesia sangat baik dan didasarkan pada semangat bersatu tanpa ada saling ego komunikasi. Setiap tokoh memiliki perannya masing-masing tanpa ada sentralisasi salah satu pihak.
Bonnie menyebut terdapat sejumlah sumber sejarah yang dapat digunakan untuk melihat kembali garis besar peristiwa 73 tahun yang lalu itu. Seperti halnya dari buku Laporan Banaran oleh TB Simatupang. Saat itu Simatupang menjabat sebagai wakil kepala staf angkatan perang dan sedang bergerilya di wilayah Banaran.
Dalam catatannya disebutkan Kolonel Bambang Sugeng yang menjabat sebagai gubernur militer daerah Yogyakarta, Kedu, Banyumas, Pekalongan dan sebagian Semarang mendatanginya pada 28 Februari 1949. Bambang menyampaikan gagasannya untuk menyerang Yogyakarta yang dikuasai oleh Belanda.
![infografis journal](https://cdn0-production-images-kly.akamaized.net/KaPpIN9GpoQITs45sTVvjCV5x_s=/640x640/smart/filters:quality(75):strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/3959903/original/088645600_1646994896-Infogarfis_Jurnal.jpg)
Propaganda Belanda
Penyerangan itu dimaksudkan untuk kembali merebut ibu kota ke Indonesia. Belanda juga terus melakukan propaganda terhadap Indonesia yang saat itu presiden, wakil presiden, dan sejumlah menteri ditangkap serta diasingkan di luar Jawa. Karena hal itu, Indonesia dianggap hanya dikuasai sejumlah kelompok ekstremis sporadis.
"Menurut Jendral Simatupang serangan itu sangat disetujui karena akan memberikan dampak diplomasi," kata Bonnie kepada .
Sejarawan lulusan Universitas Diponegoro itu juga menyebutkan terdapat sumber lain yang menyatakan gagasan serangan ke Yogyakarta datang dari Sultan Hamengku Buwono IX yang dieksekusi oleh TNI dan sejumlah elemen masyarakat. Kemudian berdasarkan film karya Usmar Ismail, "Enam Jam di Jogja" pada tahun 1951 atau dua tahun paska peristiwa terjadi.
Dalam film itu, menurut Bonnie juga digambarkan rencana serangan besar-besaran itu dibahas oleh sejumlah pihak. Bukan hanya satu tokoh sentral saja seperti yang diketahui masyarakat selama ini yaitu Soeharto. Ketika peristiwa berlangsung presiden kedua Indonesia itu menjabat sebagai komandan wehrkreise III dan bertanggungjawab untuk wilayah Yogyakarta.
Serangan Umum 1 Maret 1949 adalah salah satu momen penting perjalanan sejarah bangsa. Ada banyak faktor penting yang menarik untuk diketahui, dan jauh lebih penting daripada perdebatan bernuansa politis belakangan ini.
* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Kerja Sama Semua Pihak
![1-3-1949: Serangan Umum 1 Maret, RI Tunjukkan 'Taring' ke Belanda](https://cdn-production-assets-kly.akamaized.net/assets/images/blank.png)
Soeharto juga masih memiliki atasan yaitu Kolonel Bambang Sugeng. Meski film fiksi, Bonnie menyebut karya Usmar itu dibuat saat para tokoh dan pimpinan negara, hingga saksi kejadian masih hidup.
"Dalam militer itu enggak ada bawahan punya ide. Yang memerintah, pasti hirarki dari atas. Di atas Soeharto ada siapa? Ada Bambang Sugeng. Disinilah yang membawahi tiga wehrkreise dan masing masing wehrkreise punya sub wehrkreise. Secara hirarki komando enggak mungkin anak buah di bawah itu punya ide menjalankan idenya sendiri. Ini bukan kerja kreatif konten kreator, bukan. Ini kan kerja militer, kerja berdasarkan hirarki komando," papar dia.
Sebagai pemimpin wehrkreise III atas Yogyakarta, Soeharto memiliki peran memimpin komando serangan. Namun di sisi lain kata Bonnie, ada sosok lainnya yang ikut serta berperan dalam aksi serangan tersebut. Seperti halnya sosok Gatot Subroto yang berperan menghalau bantuan Belanda untuk datang ke Yogyakarta.
Sejumlah wilayah sekitar luar Yogyakarta diamankan olehnya. Karena pergerakan bersama itu Bonnie menyebut Yogyakarta berhasil dikuasai Indonesia selama enam jam. Namun setelah terbitnya Keppres Nomor 2 Tahun 2022 sejumlah pihak mempertanyakan nama Soeharto yang tidak dimunculkan.
Bonnie mempertanyakan pula kenapa hanya satu nama saja yang diperdebatkan. Padahal banyak tokoh-tokoh lainnya yang memiliki peran dalam perebutan Yogyakarta waktu itu. Menurutnya ingatan masyarakat akan sentralisasi sosok Soeharto sudah terjadi sejak tahun 1970-an saat menjadi presiden. Hal itu dimulai dengan adanya film "Janur Kuning" yang memperlihatkan peran salah satu pihak.
"Ingatan kita yang dominan itu mengingat Soeharto yang identik dalam peristiwa itu sehingga ketika di Keppres tidak memunculkan Soeharto semua bertanya di mana Soeharto. Tapi tidak ada yang bertanya di mana Bambang Sugeng, di mana TB Simatupang, di mana Gatot Subroto, enggak ada. Cuma yang ditanya di mana Soeharto," ujar dia.
Bonnie menyebut, Keppres merupakan produk politik yang dikeluarkan oleh seorang presiden bukan historiografi produk dari para sejarawan. Dalam sebuah Keppres seharusnya yang menjadi sorotan adalah ketetapan yang dihasilkan meskipun konsiderannya menimbulkan kegaduhan. Dalam Keppres tersebut mengacu ke produk sejarawan yaitu naskah akademik.
Advertisement
Surat Perintah Penyerangan
![Tugu Pal Putih Yogyakarta Kian Apik Tanpa Gangguan Kabel Melintang](https://cdn0-production-images-kly.akamaized.net/WA_kMdelcmQdwELRahE1Or0JrVY=/640x360/smart/filters:quality(75):strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/3333673/original/006312300_1608952894-20201226-FOTO-Tugu-Pal-Putih-Yogyakarta-Kian-Apik-Tanpa-Gangguan-Kabel-Melintang-TEBE-9.jpg)
Sejarawan Anhar Gonggong bercerita, usai kemerdekaan, persoalan Indonesia dan Belanda jadi pembahasan di PBB. Anhar menyebut berita soal itu pun didengar oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX yang berujung pada peristiwa Serangan Umum 1 Maret.
Namun, belakangan mantan Presiden Soeharto juga mengeluarkan pernyataan yang sama ketika sudah jadi orang nomor satu di Indonesia. Anhar mengaku memiliki dua sumber sejarah yang tidak dapat dibantah dari peristiwa tersebut.
Pertama yaitu adanya dokumen surat perintah yang ada dalam arsip Nasional. Dalam lembaran itu berisikan perintah dari Kolonel Bambang Sugeng sebagai gubernur militer kepada Letkol Soeharto untuk mempersiapkan serangan besar-besaran ke Yogyakarta. Surat perintah tersebut ditandatangani oleh Bambang pada 25 Februari 1949.
Sumber kedua yaitu dari tulisan harian Staf Angkatan Perang Kolonel TB Simatupang. "Ada satu kalimat yang menarik di situ. Suatu ketika saya bertemu dengan Kolonel Bambang Sugeng di sebuah desa dan kolonel Bambang Sugeng menyarankan atau mempertanyakan kepada saya apakah tidak lebih baik kalau kita menyerang Yogyakarta agar supaya ketika Yogyakarta kembali kita tidak dianggap cuma dikasih, tapi kita merebut," kata Anhar kepada .
Namun, kata dia hal itu juga masih dipertanyakan. Yakni usulan tersebut memang merupakan inisiatif dari Bambang Sugeng atau dari atasannya. Atasan Bambang Sugeng ada Komando Jawa Kolonel AH Nasution, lalu Panglima TNI Jenderal Sudirman, dan Sri Sultan Hamengku Buwono IX sebagai menteri pertahanan saat itu. Kerumitan terjadi ketika Soeharto mengklaim sepihak dalam pelaksanaan serangan tersebut.
Sebagai komandan wehrkreise III yang bertanggungjawab di Yogyakarta, Soeharto memiliki kewenangan mengatur pertempuran di lapangan. "Faktanya adalah peranan besar Soeharto adalah saat penyerangan itu karena dia yang mengatur dan menentukan orang-orang yang akan melakukan penyerangan itu mau di mana dan sebagainya," ucapnya.
Aksi itu kata dia, menjadi kekaguman tersendiri oleh tentara Belanda Kolonel Van Langen. Sebab serangan umum besar-besaran berhasil menduduki Yogyakarta selama enam jam. Dalam peristiwa tersebut lanjut Anhar, memang harus dijelaskan secara baik peranan setiap tokoh yang terlibat tanpa harus adanya klaim sepihak.
"Jadi jangan ada klaim mengkalim gitu. Sejarahnya ada, sebagai sejarawan punya fakta penyerangan 1 Maret itu memang ada. Soeharto memang terlibat bahkan Sultan juga terlibat. Buktinya Soeharto datang ke istana dan seterusnya," Anhar menandaskan.
Dampak Secara Internasional
![1-3-1949: Serangan Umum 1 Maret, RI Tunjukkan 'Taring' ke Belanda](https://cdn-production-assets-kly.akamaized.net/assets/images/blank.png)
Selang beberapa hari dari penerbitan Keppres Nomor 2 Tahun 2022 tentang Hari Penegakan Kedaulatan Negara, Pemerintah merilis ke publik mengenai naskah akademik yang menjadi dasar kajiannya. Salah satunya dari website Direktorat Jenderal Politik dan Pemerintahan Umum Kementerian Dalam Negeri (Polpum Kemendagri). Dalam naskah akademik itu nama Soeharto disebut sebanyak 48 kali. Sedangkan nama Sri Sultan Hamengkubuwono IX disebut sebanyak 69 kali.
Naskah akademik tersebut memuat 138 halaman dan setidaknya ada 30 buku yang dijadikan rujukannya. Sejarawan dari Universitas Indonesia, Bondan Kanumoyoso menilai ada kemungkinan hal yang membuat nama Soeharto dipertanyakan. Seperti halnya adanya tafsiran peran besar Soeharto dalam Serangan 1 Maret 1949 selama bertahun-tahun menjadi fokus utama.
Serangan 1 Maret kata Bondan merupakan rangkaian momentum sejarah yang berkesinambungan sejak masa revolusi. Hal yang lumrah kata dia jika terdapat sejumlah pihak yang tidak setuju dengan tafsir yang disampaikan oleh pemerintah. Seperti halnya menganggap peran Soeharto yang dinilai tidak signifikan atau sebesar tokoh lainnya dalam peristiwa 73 tahun lalu itu.
"Peran Pak Harto (dalam serangan 1 Maret) memang ada, tapi mau sejauh mana kita menempatkan peran kesejarahan Pak Harto itu di dalam kontes persejarahan Indonesia. Itulah yang kemudian bisa berbeda dari satu pemerintahan ke pemerintahan yang lain," kata Bondan kepada .
Menurut dia, pemaknaan kesejarahan itu selalu dinamis jika dikaitkan dengan versi yang disampaikan oleh Pemerintah. Contohnya saat pemerintahan orde baru yang menafsirkan peran Soeharto dalam Serangan 1 Maret sebagai bentuk perjuangan yang ditempuhnya. Saat itu Soeharto yang bertanggungjawab untuk wilayah Yogyakarta dengan pangkat Letkol.
![infografis journal](https://cdn0-production-images-kly.akamaized.net/QK3ArJPkvu1xkdVtPoroPM5lMI4=/640x640/smart/filters:quality(75):strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/3961300/original/034434700_1647182530-220314_JOURNAL__Fakta_Penetapan_Hari_Penegakan_Kedaulatan_Negara_S2.jpg)
Serangan itu kata Bondan untuk memberikan dampak diplomasi secara internasional yang menunjukkan keberadaan Indonesia melalui kekuatan militer saat itu TNI meskipun pimpinan negara tengah diasingkan di luar Jawa oleh Belanda. Setelah Ibu Kota saat itu Yogyakarta dikuasai Belanda Soekarno mengadakan rapat kabinet untuk tetap melanjutkan pemerintahan. Yaitu melalui Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) yang berpusat di Bukittingi, Sumatera Barat.
Kemudian dari pihak militer Indonesia langsung menyiapkan rencana serangan besar-besaran ke Yogyakarta. Sebagai inisiator serangan, Sri Sultan Hamengku Buwono IX juga melakukan koordinasi dengan pihak militer yang saat itu dipimpin oleh Jendral Sudirman.
"Dan salah satu komandan wehrkreise (daerah) yang ada di Yogyakarta saat itu adalah Letkol Soeharto. Sehingga karena itulah kemudian tentu saja dengan jenjang otoritas tadi di terapkan ya mungkin dari panglima yang tertinggi terus diturunkan hingga ke jenjang pelaksana di lapangan itu melibatkan Pak Harto," dia menjelaskan.
Advertisement
Pertemuan di Istana
![Fasilitas Mewah Ruang Tamu Istana Kepresidenan Yogyakarta](https://cdn0-production-images-kly.akamaized.net/_ZstoknMcm7iRaxgrW-rgpmJwa0=/640x360/smart/filters:quality(75):strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/1819110/original/053240600_1514967057-istana1.jpg)
Sejarawan dan pendiri Komunitas Historia Indonesia, Asep Kambali menyebut Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 2 Tahun 2022 tentang Hari Penegakan Kedaulatan Negara semacam upaya dari Pemerintah untuk meluruskan atau menyeimbangkan peran semua pihak terkait peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949. Sebab kata dia, ada distorsi pada naskah saat orde baru atau pemerintahan Presiden Soeharto yang menonjolkan perannya dalam serangan 73 tahun lalu itu.
Kata dia, serangan besar-besaran itu merupakan upaya yang dilakukan oleh semua pihak dari level bawah hingga paling tinggi. Inisiatif pertama pertempuran yaitu Menteri Pertahanan, Sri Sultan Hamengku Buwono IX saat mendengarkan radio berita dunia. Lalu gagasan itu disampaikan kepada Jenderal Sudirman melalui seorang kurir. Saat itu Yogyakarta memang tengah dikuasai oleh Belanda.
Sementara itu Soekarno dan Hatta ditangkap dan diungsikan di Bangka paska agresi militer Belanda II. Sebelum penangkapan Soekarno telah melakukan rapat kabinet dan meminta pemerintahan sementara dipindah ke Bukittinggi, Sumatera Barat di bawah kepemimpinan Syafruddin Prawiranegara.
"Jadi secara logika yang pegang pemerintahan itu Syafrudin karena Bung Karno pada saat kejadian 1 Maret dan Bung Hatta diasingkan di Bangka. Otomatis kan pimpinannya saat itu Syafrudin Prawiranegara," kata Asep kepada .
Menurut dia, gagasan dari Sri Sultan Hamengku Buwono IX yaitu memberikan efek kejut kepada Belanda. Sebab saat itu pemerintah Belanda melakukan propaganda dengan menyebut Indonesia sudah tidak ada. Setelah usulan sampai di Sudirman persiapan penyerangan dilakukan. Saat itu komando dari wilayah Yogyakarta yaitu Soeharto yang berpangkat Letkol.
Yogyakarta sebagai wehrkreise III di bawahi oleh Gubernur Militer Kolonel Bambang Sugeng. Sebagai atasannya Soeharto, Bambang juga dinilai memiliki peran besar dalam serangan besar-besaran tersebut. Awalnya, kata Asep, rencananya penyerangan dilakukan pada akhir Februari 1949.
"Secara kemiliteran peran Soeharto sangat besar karena beliau sendiri sudah melakukan setidaknya empat kali serangan dengan pasukan. Secara ilmu perang, militer, strategi dan beliau ini menguasai. Perannya sangat penting," ucapnya.
Sebelum penyerangan, kata Asep, usai mendapatkan rekomendasi untuk penyerangan, Soeharto bertemu dengan Sri Sultan Hamengku Buwono IX di Istana Yogyakarta. Yaitu untuk membicarakan mengenai teknis. Sebab Soeharto merupakan komandan yang akan bertugas.
"Jadi saya melihatnya ini (Keppres) politis dan tidak semestinya, tidak perlu dipolitisasi kalau sejarah. Meskipun banyak juga sejarah di putuskan melalui politik misal hari jadi Jakarta," ujarnya.
Infografis
![infografis journal](https://cdn1-production-images-kly.akamaized.net/tQI2_rScXNTeJMpIUbnwl5J_xmg=/640x640/smart/filters:quality(75):strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/3961299/original/072621300_1647182396-220314_JOURNAL__Fakta_Penetapan_Hari_Penegakan_Kedaulatan_Negara_S.jpg)
Terkini Lainnya
Beragam Tafsir Peran Soeharto di Serangan Umum 1 Maret
Tak Ada Nama Soeharto, Sejarawan: Keppres 1 Maret Produk Politik, Bukan Naskah Akademik Hasil Historiografi
VIDEO: Keppres 1 Maret dan Interpretasi Zaman atas Soeharto
Kerja Sama Semua Pihak
Surat Perintah Penyerangan
Dampak Secara Internasional
Pertemuan di Istana
Infografis
Yogyakarta
Journal
Special Content
serangan umum
Serangan Umum 1 Maret
Keppres 1 Maret
Keppres
Soeharto
kebudayaan Indonesia
Rekomendasi
Kerja tanpa Keluh, Meraih Mimpi dari Bawah
Atasi Pengangguran Usia Muda, Ini Terobosan Kemnaker
Pengganguran Usia Muda, karena Adanya Kesenjangan Keahlian?
Dari Layar ke Pelaminan: Cerita Taaruf Online
Pernikahan dengan Proses Taaruf, Seperti Apa?
Copa America 2024
Jadwal Lengkap Copa America 2024, Hasil, Klasemen Grup A, B, C, D Cek di Sini
Prediksi Copa America 2024 Brasil vs Kolombia: Misi Hindari Uruguay
Hasil Copa America 2024: Uruguay Singkirkan Amerika Serikat, Panama Melenggang ke Perempat Final
Bermain Imbang Lawan Meksiko, Ekuador Lolos ke Perempat Final Copa America 2024
Hasil Copa America 2024: Drama VAR, Ekuador Lolos ke Perempat Final Singkirkan Meksiko, Venezuela Hajar Jamaika
Hasil Copa America 2024 Argentina vs Peru dan Kanada vs Cile: La Albiceleste Juara Grup, Les Rouges Dampingi ke Perempat Final
Timnas Indonesia U-16
Jadwal Lengkap, Hasil, dan Klasemen Piala AFF U-16 2024: Timnas Indonesia Bidik Gelar Ketiga
Link Siaran Langsung Vietnam vs Indonesia di Vidio: Perebutan Peringkat 3 AFF U-16 2024
Ini Penyebab Kekalahan Lawan Australia Menurut Pelatih
Timnas Indonesia Gagal Pertahankan Gelar Piala AFF U-16, Nova Arianto Tetap Beri Apresiasi
Hasil Piala AFF U-16 2024 Indonesia vs Australia: Dapat Kartu Merah dan Kebobolan 5 Gol, Garuda Nusantara Gagal ke Final
Hasil Piala AFF U-16 2024 Indonesia vs Australia: Dapat Kartu Merah, Garuda Nusantara Paksa Skor Imbang di Babak Pertama
Judi Online
Gawat! 82 Persen Pengguna Internet Terpapar Iklan Judi Online
Menko PMK Pastikan Pelaku Judi Online Dihukum Berat dan Tak Dapat Bansos
Puan Minta MKD Buka Daftar Anggota DPR yang Diduga Terlibat Judi Online
Dewan Pers Minta Kapolri-Kapolda Usut Kebakaran Rumah Wartawan di Karo
MKD: 2 Anggota DPR dan 58 Staf Terlibat Judi Online, Perputaran Uang Capai Rp 1,9 Miliar
MKD DPR Sebut Hanya 2 Anggota Dewan yang Terlibat Judi Online
Pilkada 2024
Menanti Langkah PDIP Menentukan Pilihan Sosok untuk Maju di Pilkada Jakarta
Survei: Elektabilitas Helldy Agustian Tertinggi di Pilwalkot Cilegon
KPU RI Resmi Terbitkan Peraturan Anyar soal Batasan Usia Kepala Daerah, Ini Isinya
Puan Sebut PDIP Pertimbangkan Kaesang Maju Pilkada Jateng
Hasto PDIP: Coklit Ini Penting Dalam Menjamin Hak Konstitusional Warga
PPP Sebut Pernyataan KPU soal Usia Cagub-Cawagub Bukan Hanya untuk Kaesang
TOPIK POPULER
Populer
Menko PMK Pastikan Pelaku Judi Online Dihukum Berat dan Tak Dapat Bansos
Sebelum Tewas Terbakar, Wartawan Tribrata TV Diminta Oknum Aparat Hapus Berita Judi
Data Terkini Jemaah Haji Indonesia 2024 Meninggal di Tanah Suci
Pengusaha Lokal Bali Ramaikan Wisata Nusa Penida dengan Kapal Sanur Ferries
Said Aqil Dukung Konsesi Tambang untuk Ormas Keagamaan: Harus Selamanya
Muhadjir Effendy Kelakar soal Biaya Wisuda: Ditarik Tinggi, Enggak Ada yang Protes Walau Mahal
Polisi Ungkap Pembunuh Istri di Pulogadung Jaktim Karyawan PT KAI
Viral Wanita Korban KDRT di Pulogadung Tewas, Suami Ditangkap Polisi
Pemkot Jaksel Bangun Posko di Depan Kantor UNHCR Usai Tertibkan Tenda Pengungsi
Euro 2024
Link Live Streaming Euro 2024 Austria vs Turki, Sebentar Lagi Tanding
Jadwal Lengkap Euro 2024, Hasil, Klasemen Grup A, B, C, D, E, F Cek di Sini
Jadwal Lengkap Euro 2024 dan Hasil Babak 16 Besar, 8 Besar, Semifinal, Final
Hasil Euro 2024: Cody Gakpo dan Donyell Malen Menyala, Belanda Sikat Rumania 3-0 untuk Tiket Perempat Final
Tonton Live Streaming Euro 2024 Rumania vs Belanda, Segera Dimulai
Link Live Streaming Euro 2024 Austria vs Turki, Rabu 3 Juli Pukul 02.00 WIB: Siapa Lolos ke 8 Besar?
Berita Terkini
Warung Dekat Markas Polisi di Bone Bolango Bebas Jualan Miras, Ada Beking Oknum?
Korban Tewas Insiden Terinjak-injak di Acara Keagamaan India Bertambah Jadi 116 Orang
Sarana Air Besi PNM untuk Warga Ngeco Bantul
Link Live Streaming Euro 2024 Austria vs Turki, Sebentar Lagi Tanding
Benarkah Syaikh Abdul Qadir al-Jilani Menentang Aqidah Asy'ariyah? Ini Kata Buya Yahya
Usai Masjidil Haram, Jemaah Haji Sakit Kini Difasilitasi Ziarah ke Nabawi
Mirip 'University War', Simak 5 Fakta Menarik Clash Of Champions
7 Fenomena Astronomi Juli 2024, Ada 2 Hujan Meteor
Jadwal Lengkap Euro 2024, Hasil, Klasemen Grup A, B, C, D, E, F Cek di Sini
Jadwal Lengkap Euro 2024 dan Hasil Babak 16 Besar, 8 Besar, Semifinal, Final
Hasil Euro 2024: Cody Gakpo dan Donyell Malen Menyala, Belanda Sikat Rumania 3-0 untuk Tiket Perempat Final
Jadwal Lengkap, Hasil, dan Klasemen Piala AFF U-16 2024: Timnas Indonesia Bidik Gelar Ketiga
Jadwal Lengkap Copa America 2024, Hasil, Klasemen Grup A, B, C, D Cek di Sini
Pingwen Handcraft, Kisah Sukses Usaha Rajut Ramah Lingkungan
Bolehkah Puasa di Tanggal 1 Muharram alias 1 Suro, Bagaimana Hukumnya?