uefau17.com

6 Fakta Menarik Masjid Mataram Kotagede yang Bersebelahan dengan Makam Raja - Lifestyle

, Jakarta - Kemegahan dan keagungan Kerajaan Mataram sampai kini masih bisa disaksikan melalui beragam prasasti yang ditinggalkan. Salah satunya adalah bangunan Masjid Mataram Kotagede.

Masjid Gede Mataram Kotagede terletak di Dusun Sayangan, Desa Jagalan, Kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bantul, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Tahun pembangunan masjid ini belum diketahui secara pasti, tetapi diduga dibangun pada masa pemerintahan Sultan Agung (1613--1645 M).

Masjid ini sempat terbakar pada 1919, dan selesai diperbaiki pada 1923 M. Masih banyak hal mengenai masjid penuh sejarah ini, berikut enam fakta menarik masjid Mataram Kotagede yang dirangkum pada Jumat, 21 April 2023.

1. Masjid Bersebelahan dengan Makam Raja Mataram

Masjid Mataram Kotagede ini bersebelahan dengan makam raja-raja Mataram beserta keluarganya dan pemandian Sendang Seliran. Masjid ini tidak diketahui kapan dibangunnya. Menurut keterangan yang ada, masjid ini dibangun sejak berdirinya Kerajaan Mataram di bawah pemerintahan Kiai Ageng Mataram.

Sang Raja wafat pada Senin Pon 27 Ruwah (Sya’ban) tahun 1535. Masjid ini sampai sekarang masih dilestarikan keberadaannya dan menjadi cagar budaya. Dengan nilai sejarah yang tinggi, makam dan masjid ini menarik kunjungan wisatawan, bagi dari dalam negeri maupun luar negeri.

Disebutkan bahwa masjid ini pernah rusak akibat gempa bumi. Tidak seluruh bangunan roboh, tetapi bagian serambi yang kerusakannya paling paraj. Menurut penanggalan dalam bahasa Jawa kuno disebutkan masjid dan serambi tersebut kembali dipulihkan sekitar tahun 1796 oleh penguasa Kerajaan Mataram di masa itu.

* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

2. Masjid dengan Arsitektur Jawa

Masjid Mataram Kotagede dibangun dengan gaya arsitektur tradisional Jawa. Bagian atap masjid memakai model tajug bersusun tiga pada ruang utama dan limasan pada serambi. Bagian kemuncak atap model tajug dilengkapi mustoko yang terbuat dari tembaga.

Beberapa komponen penyusun atap seperti usuk dan reng disusun ngruji payung dengan penutup atap berupa sirap. Dinding masjid ini juga terbuat dari susunan balok-balok batu putih tanpa spesi yang diplester. Lantai masjid sekarang ini sudah dipasangi keramik.

3. Sejarah Masjid Mataram Kotagede

Mengutip dari laman Islamic Centre, Jumat 21 April 2023, disebutkan bahwa pendirian Kerajaan Mataram tidak bisa dilepaskan dari nama Kiai Ageng Pemanahan yang bergelar Kiai Ageng Mataram. Nama Mataram merupakan nama suatu daerah yang dihadiahkan kepada Kiai Ageng Pemanahan oleh Sultan Hadiwijoyo, penguasa Kerajaan Pajang waktu itu, atas jasanya membunuh Adipati Aryo Penangsang pada 1527 M di Jipang Panolan.

Kiai Ageng Pemanahan selanjutnya meminta izin kepada sultan untuk menempati daerah Mataram. Sultan Hadiwijoyo menyanggupi dengan syarat harus merawat gadis pingitan dari Kalinyamat. Jika gadis itu sudah dewasa, harus dibawa masuk ke Keraton Pajang.

Usai berpamitan dengan Sultan Hadiwijoyo, berangkatlah Kiai Ageng Pemanahan diikuti putra sultan, Hangabehi Loring Pasar, sang menantu Dadap Tulis, Tumenggung Mayang, dan Nyi Ageng Nis serta juga Kiai Ageng Jurumartani. Singkat cerita, rombongan sampai di suatu desa yang bemama Wiyoro.

Kemudian, Kiai Ageng mencari pohon beringin yang sengaja ditanam untuk tetenger oleh Sunan Kalijogo. Tepat di sebelah selatan pohon tersebut didirikan padepokan sebagai tempat tinggal dirinya dan keluarga yang mengikutinya.

Lambat laun desa ini menjadi ramai. Banyak orang berdatangan di desa ini untuk bermukim hingga diberi nama Mataram atau Kotogede. Wilayah itu menjadi pusat pemerintahan Kerajaan Islam Mataram pertama dan disusul pendirian Masjid Mataram Kotagede.

3 dari 4 halaman

4. Kisah Bedug di Masjid Mataram Kotagede

Mengutip dari laman resmi Jogja Cagar, beduk yang berada di dalam masjid tersebut diceritakan, pada masa pembuatannya dilakukan secara gotong royong oleh rakyat, khususnya kaum pria. Setelah selesai dibuat, beduk diangkat untuk dimasukan ke dalam masjid.

Konon, beduk tidak dapat diangkat dan masuk ke dalam masjid, meskipun tenaga yang mengangkat bertambah banyak. Kemudian datanglah seorang perempuan yang entah dari mana datangnya, menawarkan diri untuk mengangkat dan memasukkan beduk tersebut ke dalam masjid.

Tanpa dibantu oleh seorang pun, perempuan misterius itu dapat mengangkat dan memasukkan beduk tersebut ke dalam masjid. Setelah meninggal, perempuan misterius itu dimakamkan bersebelahan dengan bangunan Masjid Mataram.

5. Mimbar Masjid Hadiah Adipati Palembang

Konon, mimbar masjid yang berada di Masjid Mataram tersebut berasal dari Palembang. Mimbar tersebut diberikan oleh Adipati Palembang kepada Sinuwun Hanyokrokusumo atau Sultan Agung sebagai upeti rasa tunduk kepada Kerajaan Mataram.

Hadiah diberikan pada waktu Sinuwun selesai melakukan shalat Jumat di Mekah. Mimbar terbuat dari kayu wrungle, kayu ini juga menjadi cungkup di makam Panembahan Senopati pada makam Pajimatan Imogiri, Yogyakarta.

4 dari 4 halaman

6. Interior dan Eksterior Masjid

Seperti masjid-masjid kuno yang ada di Jawa, Masjid Mataram Kotagede ini memiliki ruang utama, serambi, pawestren yaitu tempat ibadah bagi jamaah perempuan, tempat wudlu, dan kolam kecil. Ruang utama masjid berdenah bujur sangkar. Di dalam ruang utama terdapat mihrab untuk imam, mimbar sebagai tempat khotib berkutbah, dan empat tiang sokoguru yang menopang atap model tajug.

Bagian kaki mimbar terdapat ornamen berbentuk sepasang binatang yang distilir. Selain itu, ruang utama juga dilengkapi dengan beberapa jendela dan pintu dengan kusen yang terbuat dari kayu. Di sisi selatan ruang utama terdapat pawestren, sedangkan di sisi utara ruang utama terdapat tempat wudlu.

Serambi berada di sisi timur ruang utama dan berdenah persegi panjang. Di dalam serambi terdapat tiang-tiang penopang atap limasan, bedug, dan kentongan. Di sekeliling serambi terdapat kolam kecil yang dulu pernah difungsikan sebagai tempat membasuh kaki sebelum masuk ke dalam masjid.

Tetapi, saat ini kolam kecil tersebut tidak difungsikan lagi seperti dulu. Berbagai upaya renovasi pernah dilakukan untuk merawat masjid agar terjaga kelestariannya. Salah satunya berupa pemugaran pada bagian atap model tajug pada 2015. Pemugaran ini berupa penggantian beberapa material penyusun atap dan mengganti material penutup atap dengan sirap.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat