uefau17.com

Ajakan Pakai Sarung Secara Nasional Mulai 3 Maret 2023 - Lifestyle

, Jakarta - Bertajuk "Sarong Is My New Style," Indonesian Fashion Chamber (IFC) melanjutkan kampanye "Sarung Is My New Denim" mereka jelang Hari Sarung Nasional pada 3 Maret mendatang. Tujuannya masih sama, yakni mengajak masyarakat bersarung dalam keseharian.

National Chairman IFC, Ali Charisma, menyebutkan bahwa dalam pelaksanaan kampanye, pihaknya akan berfokus pada sarung buatan UMKM. "Bagaimana kita sama-sama meyakinkan masyarakat untuk bersarung di keseharian, dari ngantor sampai ke mal," katanya dalam virtual gathering Sarong Movement, Sabtu, 25 Februari 2023.

"Kita harus kasih contoh (memakai sarung sehari-hari), dengan desain yang secara teknis dan estetika memang bagus," tuturnya. "PR-nya bukan hanya sarung dipakai ramai-ramai, tapi fungsi sarung didesain sedemikian rupa, sehingga bisa dipakai di berbagai keperluan."

Di momen Hari Sarung Nasional, pihaknya akan mengadakan aktivasi online maupun offline untuk mendorong lebih banyak orang bersarung melalui "Sarong Movement." Advisory board IFC, Dina Midiani, menjelaskan, Sarong Movement merupakan gerakan terpadu mempopulerkan bersarung.

"Walau kreasi (sarung) sebetulnya banyak, kali ini kami ingin fokus pada sarung sebagai bawahan yang dipakai dengan cara dililit, diikat, maupun dijahit simpel," tuturnya. "Motifnya pun tidak selalu kotak-kotak, seperti yang selama ini orang tahu, bisa juga polos atau pakai wastra."

Sementara kampanye media sosial akan dimulai tepat di peringatan Hari Sarung Nasional pada 3 Maret mendatang, pihaknya baru menggelar acara luring di Car Free Day Jakarta pada Minggu, 5 Maret 2023. "Kalau ada yang mau melakukan hal serupa di daerah lain juga silakan," ia menyambung.

* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Daring dan Luring

Kemudian, dalam kampanye media sosial, pihaknya mengajak semua kalangan untuk berbagi tampilan memakai sarung. Unggahannya bisa dilengkapi dengan tagar #sarongmovement, #SarongIsMyNewStyle, #kerenbersarung, #sarungmasakini, #banggabersarung, #SarungNusantara, #GlobalLook, #SarongIndonesia, #yangmudayangbersarung, #localheritage, dan #sarongismylife.

Konten media sosial ini bisa berupa reels Instagram maupun video TikTok yang diminta menandai akun @sarongismynewstyle. Di samping itu, sarung juga akan dipromosikan pada penyelenggaraan Muslim Fashion Festival (MUFFEST) 2023 pada 7--10 Maret 2023.

Menurut Arto Biantoro, yang merupakan seorang brand activist, sarung memiliki pesan yang "sangat jelas," bukan semata keren. "Karena dalam sejarahnya, sarung merupakan simbol perlawanan terhadap penjajah," ia menyebut.

Dalam memasifkan gerakan bersarung, ia menyarankan agar imbauan tersebut mengajak serta berbagai pihak. "Dengan begitu, kita juga bisa mengukur titik kesuksesan gerakan ini. Misalnya, sudah berapa banyak sekolah, kampus, perusahaan, bahkan kementerian yang mewajibkan pemakaian sarung di hari tertentu seperti batik," ucapnya.

Ia menyebut, upaya mendorong masyarakat memakai sarung ini setidaknya bisa dilihat dampaknya pada 5--12 tahun mendatang.

 

3 dari 4 halaman

Sama Seperti Celana dan Rok

Dina menyebut bahwa pihaknya ingin membuat sarung jadi elemen busana dasar seperti potongan mode lain. "(Sarung) bisa jadi signature gaya (busana) Timur yang diperkenalkan secara global. Jadi, misalnya orang Barat pakai celana, blus, rok, atau busana lain, orang Timur bisa memakai sarung sebagai identitasnya," tuturnya dalam wawancara terpisah dengan 22 Maret 2022.

Target Indonesia jadi pusat modest fashion dunia sebenarnya bisa diwujudkan, salah satunya melalui kreasi sarung, menurut Dina. "Harus dibiasakan memperlihatkan gaya sarung yang memanfaatkan kain lokal," katanya. 

Dengan demikian, menggaungkan sarung Indonesia bisa berjalan selaras dengan pemberdayaan perajin dalam negeri. Karena itu, ia mengatakan, butuh dorongan tidak hanya dari desainer.

"Harus dibentuk konsep pengakuan baru (dengan memakai sarung). Dengan begitu, sarung diharapkan bisa jadi lebih mainstream. Sekarang mungkin yang berani bersarung itu yang serius dengan fashion statement," Dina mengatakan.

Seiring dengan dorongan kemunculan kreasi sarung Indonesia, desainer Deden Siswanto mengatakan, pertama-tama, penting untuk mengubah persepsi publik lebih dulu. "Karena di pikiran banyak orang, (pakai sarung) itu sudah ribet duluan," ia mengatakan melalui sambungan telepon, 25 Maret 2022.

 

4 dari 4 halaman

Jangan Tabrakan dengan Persepsi Profesional

Deden menjabarkan, sarung sebagai potongan busana ini jangan sampai membuat orang salah kaprah. Ia mengatakan, ada sarong style berupa kain sarung. "Ini di-styling sedemikian rupa. Tapi, hanya berupa kain, tidak ada jahitan macam-macam," tuturnya. 

Ada juga kain sarung yang dikreasikan jadi potongan busana lain, seperti baju dan celana, yang disebut "beda cerita" oleh Deden. Setelah 10 tahun bersarung di banyak kesempatan, ia mengaku masih sering mendapat "pertanyaan aneh." "Harusnya tidak seperti itu (dipandang aneh)," ia menyebut.

Di sisi lain, keputusannya membuktikan bahwa sarung bisa dipakai di banyak kesempatan. Ia bercerita selalu memilih bahan yang nyaman. Pun tidak sebegitu ringan, sarung jenis ini tetap bisa dikombinasi dengan busana lain.

Namun demikian, kebiasaannya bersarung acap kali bertabrakan dengan persepsi "profesional." "Sarung belum jadi busana yang diidentikkan dengan pakaian profesional. Jadi, ini juga tentang bagaimana regulasi berjalan," ia mengatakan.

"Misalnya, boleh enggak sih laki-laki pakai sarung waktu kerja? Kalau ini dibiasakan, ceritanya akan lain," ucap sang desainer. Ia juga mengatakan bahwa gembar-gembornya sudah harus semasif hijab jika ingin sarung dipakai tidak hanya dalam perayaan tertentu.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat