uefau17.com

Adu Nasib di Jakarta, Jajakan Jamu dengan Gerobak untuk Hemat Tenaga - Lifestyle

, Jakarta - Adalah Geiyarsi, penjual jamu yang menjajakan dagangannya menggunakan gerobak. Ia keluar jalur dari anggapan "mbok jamu" yang menggendong bakul berisi botol-botol jamu.

Di Jl. Lingkar Pasar Rumput, Jakarta Selatan, Geiyarsi berjualan. Jamu-jamu di botol ditaruh di atas gerobak. Sedangkan, jamu dalam kemasan saset berada di dalam kotak berlapis kaca.

Di kawasan yang ramai dengan pedagang lain itu Geiyarsi ditemani suaminya yang berjualan bakso dan membuka lapak di sana. Sedangkan, Geiyarsi bisa mengelilingi area Pasar Rumput dengan mendorong gerobak jamunya.

Ia sudah jadi penjual jamu di Jakarta sejak 2002. Meninggalkan kampung halaman di Karanganyar, Jawa Tengah, ia mencoba mengadu nasib di ibu kota.

"Ya, karena kebutuhan (berjualan jamu di Jakarta). Ingin tercukupi," ujar Geiyarsi ketika ditemui  di lapak jualannya, Selasa, 13 September 2022. "Yang cepat perputaran uang kan di Jakarta."

Dulu ia pernah merasakan menjual jamu menggunakan bakul dan masih digendong. Tidak menyebut kapan secara spesifik dirinya beralih, Geiyarsi kini menggunakan gerobak untuk berjualan. Gerobak cokelat dengan dua roda itu ia dorong ke mana pun dirinya akan menawarkan minuman tradisional itu.

"Hemat tenaga juga, enggak cepat capek. Kalau digendong kan capek," tuturnya.

Untuk jamu botol, perempuan berusia 51 tahun ini membuatnya sendiri. Sedangkan untuk jamu saset, ia membelinya dari sebuah merek produk jamu di Indonesia. "Beras kencur, kunyit asam, sambiloto, itu semua bikin sendiri," ucap Geiyarsi.

* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Banyak Peminat

Untuk cara membuatnya, Geiyarsi mengatakan itu ditumbuk, kemudian direbus hingga mendidih, tidak memperkirakan berapa tepatnya lama waktu yang ia butuhkan. Setelahnya, bahan jamu diangkat. Lalu, ia menuangkan saat masih panas ke dalam botol. Jika sudah dingin, jamu tidak lagi enak, katanya.

Perempuan asal Jawa Tengah itu berkata jamu jadi punya banyak peminat. Terlebih di masa pandemi Covid-19 ketika kasus sedang meningkat, minuman temulawak, kunyit, dan jahe pun naik daun.

"Omzetnya naik sedikit. Kan yang biasa enggak minum (jamu) jadi minum," ungkap Geiyarsi. "Pokoknya (omzet) cukuplah buat bayar kontrakan. Bisa buat pulang kampung, ada."

Namun, melihat keadaan sekarang, Geiyarsi mengaku pendapatannya menurun. "Kalau sekarang kan lagi apa-apa susah, duit susah. Omzet pasti banyak turunnya sekarang," ujar Geiyarsi sambil tersenyum getir.

Ia juga menambahkan bahwa sebelum harga bahan baku naik dalam beberapa bulan terakhir, harga minuman jamu sudah lebih dulu naik.

3 dari 4 halaman

Naik Turun Pendapatan

Terlepas dari harganya, Geiyarsi juga menuturkan beberapa manfaat dari jamu yang ia jual. Beras kencur dikatakannya untuk mengatasi pegal linu; kunyit asam untuk melancarkan darah; serta temulawak dan kunyit untuk mencegah lambung terasa perih.

Beras kencur dan kunyit asam disebut jadi varian paling laris karena rasanya manis dan segar. Akan tetapi, bagi yang tidak terbiasa meminum air kunyit, kemungkinan akan merasakan sedikit pahit.

"Pahit-pahit kunyit saja enak, bagus, " imbuh Geiyarsi. "Ibu-ibu, anak gadis, bapak-bapak yang ingin segar badan, sehat, dan menghilangkan pegal linu dan capek badan juga (minum jamu."

Tidak ada hari yang membedakan penghasilannya naik atau berkurang. Baik hari kerja maupun akhir pekan, Geiyarsi mengatakan pendapatannya sama saja.

Untuk harga jamu bervariasi, beras kencur dan kunyit asam dijual dengan harga Rp5 ribu. Jamu saset harganya Rp10 ribu. Kemudian, jika menambahkan kuning telur ayam atau bebek, Geiyarsi menjualnya senilai Rp15 ribu. Dalam sehari, ia bisa menjual sekitar 30 gelas jamu.

4 dari 4 halaman

Budaya Sehat Jamu Diusulkan Jadi Warisan Budaya Takbenda

Budaya Sehat Jamu resmi diusulkan jadi Warisan Budaya Takbenda UNESCO. Itu merujuk pada Pengumuman Direktur Pelindungan Kebudayaan tentang Hasil Seleksi Usulan Warisan Budaya Takbenda Indonesia ke UNESCO pada 7 April 2022. 

Menurut keterangan yang diterima , 19 April 2022, Budaya Sehat Jamu diajukan bersama nominasi lain, yaitu tenun, tempe, dan reog Ponorogo. Pengajuan Budaya Sehat Jamu ini merupakan hasil dari pertimbangan kondisi pandemi saat itu. 

Dalam berbagai kesempatan, Presiden Joko Widodo kerap menyebut bahwa jamu adalah warisan budaya yang membantunya menjaga daya tahan tubuh. Erwin J Skripsiadi, peneliti, sekaligus wakil Ketua Tim Kerja Nominasi Budaya Sehat Jamu menjelaskan, pengajuan nominasi Budaya Sehat Jamu telah dilakukan sesuai standar dan kaidah yang ditetapkan UNESCO. 

Proses riset dilakukan Tim Riset Jamupedia, sebuah lembaga riset dan pengarsipan Budaya Sehat Jamu, di bawah bimbingan konsultan ahli Gaura Mancacaritadipura, sejak Juni 2021. Riset tersebut melibatkan ratusan pelaku Budaya Sehat Jamu.

"Mulai dari para perajin jamu, penjual jamu gendong, hingga konsumen jamu yang ada di empat provinsi di Indonesia: Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, dan DKI Jakarta, " ujar Edwin.

 

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat