uefau17.com

Mengenal Hajar Aswad di Ka'bah, Kenapa Jemaah Haji Berebut Menciumnya? - Islami

, Jakarta - Di tengah ingar bingar ibadah haji, momen mencium Hajar Aswad di Ka'bah menjadi salah satu momen spiritual yang bermakna mendalam bagi para jemaah.

Saat waktu tiba, suasana di sekitar Ka'bah menjadi begitu hiruk-pikuk dengan jamaah yang berusaha mendekati Hajar Aswad.

Jemaah haji berasal dari berbagai belahan dunia, latar belakang, dan bahasa, namun satu tujuan mengikat mereka, mendekatkan diri kepada Allah dengan menyentuh batu yang diyakini berasal dari surga.

Dalam kerumunan yang begitu padat, setiap jemaah berjuang untuk mendapatkan kesempatan yang singkat untuk mencium Hajar Aswad. Terkadang momen tersebut hanya berlangsung dalam sekejap, namun bagi mereka, itu merupakan momen yang sangat berarti dan mendalam secara spiritual.

Meskipun berebut, namun di antara kerumunan yang gemuruh, terdengar pula doa-doa yang dipanjatkan dengan tulus, masing-masing memohon ampunan dan keberkahan dari Allah SWT.

Melalui momen ini, terlihat kebesaran dan kesatuan umat Islam dalam beribadah, di mana perbedaan bahasa, budaya, dan latar belakang tidak lagi menjadi halangan.

 

Simak Video Pilihan Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Tentang Hajar Aswad

Semua bergabung dalam satu kesatuan, menjalani ibadah dengan penuh kesungguhan dan kekhusyukan, mencari keridhaan Allah SWT.

Momen mencium Hajar Aswad bukan hanya sekadar ritual, namun juga simbol dari kesatuan umat Islam yang bersatu dalam ibadah kepada Sang Pencipta.

Lalu, sebenarnya adakah alasan mengapa orang berebut mencium batu hitam ini?

Menyitir islampos.com, Hajar Aswad merupakan sebuah batu hitam yang menjadi patokan umat Islam mengawali thawaf atau mengelilingi Ka’bah menjalankan ibadah haji atau umroh. Hajar Aswad terletak di sudut sebelah timur Ka’bah.

Hajar Aswad berasal dari bahasa Arab, Al-Hajar yang artinya batu dan Al-Aswad yang artinya hitam. Pada awalnya, Hajar Aswad merupakan batu berwarna putih yang diturunkan dari surga.

Namun karena banyaknya maksiat dan dosa yang dilakukan oleh manusia, Hajar Aswad akhirnya berubah warna menjadi hitam.

3 dari 3 halaman

Ini Alasan dan Hadisnya

Berikut beberapa alasan mengapa kita perlu mencium Hajar Aswad:

Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda, “Hajar aswad turun dari surga padahal batu tersebut begitu putih lebih putih daripada susu. Dosa manusialah yang membuat batu tersebut menjadi hitam”. ( HR. Tirmidzi no. 877. Shahih menurut Syaikh Al Albani)

Dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda mengenai hajar Aswad, “Demi Allah, Allah akan mengutus batu tersebut pada hari kiamat dan ia memiliki dua mata yang bisa melihat, memiliki lisan yang bisa berbicara dan akan menjadi saksi bagi siapa yang benar-benar menyentuhnya” (HR. Tirmidzi no. 961, Ibnu Majah no. 2944 dan Ahmad 1: 247. Abu Isa At Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan dan Syaikh Al Albani menshahihkan hadits ini).

“Dari ‘Abis bin Robi’ah, ia berkata, “Aku pernah melihat ‘Umar (bin Al Khottob) mencium Hajar Aswad. Lantas ‘Umar berkata, “Sesungguhnya aku menciummu dan aku tahu bahwa engkau hanyalah batu. Seandainya aku tidak melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menciummu, maka tentu aku tidak akan menciummu” (HR. Bukhari no. 1597, 1605 dan Muslim no. 1270).

Dalam sebuah hadis lain disebutkan :

“Sesungguhnya aku menciummu dan aku tahu bahwa engkau adalah batu yang tidak bisa memberikan mudhorot (bahaya), tidak bisa pula mendatangkan manfaat. Seandainya bukan karena aku melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menciummu, maka aku tidak akan menciummu.” (HR. Muslim no. 1270).

Maka ciumlah Hajar Aswad dengan niat semata-mata karena ingin mengikuti sunah Rasulullah, bukan untuk menyembah wujud Hajar Aswad sebagai batu.

Jangan sampai niat kita yang awalnya ingin beribadah dan mengikuti sunah Rasul, malah menjadi suatu hal yang keliru. Misal kita malah menjadikan Hajar Aswad sebagai tempat memohon dan meminta karena sejatinya hanya Allah-lah yang pantas kita jadikan sandaran dalam hidup ini.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

 

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat