uefau17.com

Kisah Karomah Mbah Arwani Kudus: Ke Madinah dalam Sekejap hingga Air Jadi BBM - Islami

, Jakarta - Indonesia memiliki banyak ulama yang menjadi kebanggaan. Melalui didikannya, lahir santri-santri yang lantas menjadi ulama berpengaruh dan alim.

Salah satunya adalah KH M Arwani Amin Said atau Mbah Arwani Kudus. Mbah Arwani adalah salah satu ulama ilmu Al-Qur'an yang kerap menjadi rujukan.

Mbah Arwani lahir pada hari Selasa Kliwon pukul 11.00 siang tangga l5 Rajab 1323 H bertepatan dengan 5 September 1905 M di kampung Kerjasan, Kota Kudus, Jawa Tengah. Beliau merupakan putra dari pasangan H. Amin Said dan Hj Wanifah.

Mbah Arwani menekuni Al-Qur'an sejak kecil. Ada pula saudaranya yang menekuni Al-Qur'an, dan sama-sama jenius dan bahkan hafal Al-Qur'an (hafidz) dalam usia kanak-kanak.

Sebagian guru yang mendidik KH. M. Arwani Amin di antaranya adalah KH. Abdullah Sajad (Kudus), KH. Imam Haramain (Kudus), KH. Ridhwan Asnawi (Kudus), KH. Hasyim Asy’ari (Jombang), KH. Muhammad Manshur (Solo), KH. M. Munawir (Yogyakarta) dan lain-lain.

Beliau mengajarkan al-Qur’an pertama kali sekitar tahun 1942 di Masjid Kenepan Kudus yaitu setamat nyantri dari Pesantren al-Munawir Krapyak, Yogyakarta. Pada periode ini santri-santri beliau kebanyakan berasal dari luar kota Kudus.

Seiring berjalannya waktu sedikit demi sedikit santri beliau semakin bertambah banyak dan bukan hanya dari Kudus dan sekitarnya, tapi ada yang berasal dari luar propinsi bahkan dari luar pulau Jawa. Kemudian beliau membangun sebuah pondok pesantren yang diberi nama quran-kudus Yanbu’ul Qur’an yang berarti Sumber al-Quran. Pondok pesantren ini didirikan pada tahun 1393 H/1979 M.

Pesantren Yanbu’ul Qur’an Adalah pondok huffadz terbesar yang ada di Kota Kudus. Santrinya tak hanya dari kota Kudus. Tetapi dari berbagai kota di Nusantara. Bahkan, pernah ada beberapa santri yang datang dari luar negeri seperti Malaysia dan Brunei Darussalam.

Karena berbagai kelebihannya, Mbah Arwani Kudus juga dikenal sebagai wali. Lazimnya waliyullah, Mbah Arwani juga memiliki karomah yang luar biasa. Karomah adalah keistimewaan yang biasanya terjadi pada waliyullah.

Berikut ini adalah beberapa karomah Mbah Arwani yang dihimpun oleh Saifur Ashaqi (Alumni PTYQ Pusat) dan bersumber dari KH Manshur Maskan dan KH Sa’dullah Royani dan dimuat di laman Laduni.id.

 

Simak Video Pilihan Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

1. Air Jadi BBM

Suatu hari, Mbah Arwani pergi ke luar Kota untuk menghadiri suatu acara bersama beberapa Kiai dengan menggunakan mobil. Selepas menghadiri acara, rombongan Mbah Arwani pun pulang menuju Kudus.

Baru sampai di daerah Rembang tiba-tiba mobilnya mogok. Setelah diperiksa oleh sang sopir, ternyata bahan bakar mobilnya habis. Sang sopir dan beberapa anggota rombongan bingung, karena pada waktu itu sangat jarang keberadaan SPBU atau yang menjual BBM eceran di pinggir jalan.

Di saat sopir dan para Kiai kebingungan, tiba-tiba Mbah Arwani memberi air putih kemasan dan dawuh, “Coba tuangkan pakai air putih ini,”.

Tanpa ragu, sang sopir pun mengiyakan dawuh Mbah Arwani tersebut. Subhanallah… mobil pun kembali bisa berjalan.

 

3 dari 5 halaman

2. Mbah Arwani Pergi ke Madinah dalam Sekejap

KH Manshur Popongan adalah guru Thariqahnya Mbah Arwani. Saat Mbah Manshur dirawat di sebuah Rumah Sakit di Kota Solo, Mbah Arwani menjenguk gurunya itu. Di sela-sela obrolan guru dan muridnya tersebut, tiba-tiba Mbah Manshur minta sesuatu kepada Mbah Arwani,

“Mbah Arwani, saya ingin sekali makan kurma hijau, apa sampeyan bisa mencarikan untukku ?,”.

Dengan bergegas Mbah Arwani pun menyanggupi permintaan gurunya itu. Dalam sekejap, setelah Mbah Arwani keluar dari kamar tempat gurunya dirawat, Mbah Arwani langsung tiba di Kota Madinah Al-Munawwarah.

Setelah sampai di Madinah, Mbah Arwani pun langsung mencari kurma hijau di sebuah pasar Kota Madinah. Sehabis membeli kurma hijau, Mbah Arwani tidak ingin menyia-nyiakan waktunya untuk ziarah ke makam Rasulullah SAW dan shalat di Masjid Nabawi.

Namun, baru beberapa raka’at shalat selesai didirikan, Mbah Arwani melihat gurunya sudah berada di belakangnya. Betapa kaget Mbah Arwani karena sudah disusul oleh gurunya itu. Gurunya pun dawuh, “Selesai shalat langsung pulang, ya ?,”.

Mbah Arwani pun menjawab, “Nggeh, Mbah Yai,”.

 

4 dari 5 halaman

3. Rokok Pemberian Mbah Arwani Tidak Pernah Habis

Suatu waktu, ada seorang tamu yang sowan kepada Mbah Arwani. Tidak berselang lama, si tamu diberi jamuan dan sebungkus rokok. Setelah mendengar nasihat-nasihat dari Mbah Arwani, si tamu pun mohon pamit untuk pulang. Tetapi sebelum pulang, Mbah Arwani bilang, “Bawa saja rokoknya, tapi jangan dihitung berapa isinya ?.”Si tamu pun mengangguk, “Nggeh, Mbah Yai.”

Tak terasa, si tamu merasa heran, kenapa sudah satu minggu rokok yang dikasih Mbah Arwani itu tidak habis-habis, padahal dalam sehari ia bisa menghabiskan kurang lebih 6 batang rokok. Karena penasaran, ia pun membuka bungkus rokok yang dikasih Mbah Arwani tersebut, ternyata isinya tinggal 1 batang

Ia pun merasa bersalah karena tidak mematuhi pesan Mbah Arwani agar tidak membuka bungkusnya. Ia pun berpikir jika dalam sehari ia bisa menghabiskan 6 batang rokok berarti isi rokok yang ada di bungkus itu kurang lebih 42 batang, padahal pada waktu itu, umumnya satu bungkus rokok berisi 12 batang.

Subhanallah…

 

5 dari 5 halaman

4. Terhindar dari Kecelakaan Bus

Kiai Manshur Maskan adalah santri kinasih sekaligus anak angkatnya Mbah Arwani. Setiap kali Mbah Arwani mendapat undangan sema’an Al-Qur’an, Kiai Manshur sering diajak untuk menyimaknya.

Suatu hari, Kiai Manshur diajak gurunya untuk menghadiri undangan sema’an Al-Qur’an di luar Kota. Karena jaraknya jauh, Mbah Arwani pun memutuskan untuk naik bus. Lama sekali Kiai Manshur dan gurunya menunggu datangnya bus.

Tak berselang lama, ada bus yang kondisinya baik dan mulus lewat di depan mereka, saat Kiai Manshur akan menghentikan bus tersebut, tiba-tiba Mbah Arwani melarangnya.

“Jangan bus ini, tapi bus berikutnya saja,” kata Mbah Arwani.

Kiai Manshur pun hanya mengiyakan dawuh gurunya itu. Kemudian datanglah bus yang kondisinya tidak baik dan kurang mulus di depan mereka. Kiai Manshur pun menghentikan bus tersebut atas perintah gurunya itu.

Dalam perjalanan, Kiai Manshur melihat sebuah peristiwa kecelakaan, ternyata yang kecelakaan adalah bus yang tadi hampir dinaiki dirinya dan gurunya itu.

Dalam hati, Kiai Manshur berujar, “Ternyata Mbah Yai Arwani melihat kejadian sebelum kejadian itu terjadi,”.

Subhanallah…

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat