uefau17.com

Tabuik, Tradisi Masyarakat Pariaman Peringati Gugurnya Cucu Rasulullah SAW - Islami

, Pariaman - Tabuik merupakan tradisi tahunan bagi masyarakat Pariaman, Sumatera Barat dalam memeriahkan tahun baru Islam. Mengutip informasi dari Relief (Journal of Craft), tradisi ini dilaksanakan pada setiap bulan Muharram dalam rangka memperingati peristiwa gugurnya Sayyidia Husein bin Ali bin Thalib, cucu Rasulullah SAW dalam perang Karbala pada tanggal 10 Muharram 61 Hijriah.

Secara etimologis, istilah tabuik berasal dari bahasa arab “at taabuut” yang memiliki arti kotak kayu. Sedangkan istilah di masyarakat sendiri diartikan sebagai boneka buraq atau arak-arakan boneka buraq. Dalam sejarah Islam dijelaskan bahwa buraq merupakan kendaraan yang dinaiki oleh Nabi Muhammad SAW bersama Jibril pada peristiwa Isra’ Mi’raj.

Melihat dari visualnya, tabuik ini tampak seperti replika menara, yang terbentuk dari susunan berbagai bentuk elemen. Masyarakat Pariaman sendiri mengelompokan elemen tersebut ke dalam dua bagian.

Pertama pangkat bawah yang berbentuk patung buraq dan merupakan dasar dari replika menara. Kedua pangkat atas merupakan badan dan puncak menara yang berbentuk kotak dilengkapi dengan elemen pendukung mahkota dan payung.

Diketahui penyatuan kedua elemen itu dilakukan pada pagi hari yang dikenal dengan tabuik naik pangkek (tabut naik tingkat). Setelahnya dilanjutkan dengan atraksi lain seperti adu tabuik dan tabuik terbuang.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Tradisi yang Diwariskan

Pelaksanaan perayaan ini dimaknai secara kultural oleh masyarakat Pariaman dan telah berlangsung sejak puluhan tahun lalu dan terus diwariskan dari generasi ke generasi hingga sekarang. Perayaan tabuik diawali dengan berbagai prosesi ritual yang dimulai dari tanggal 1 hingga 10 Muharram.

Selain itu, tabuik juga dilihat sebagai karya seni yang unik, memiliki nilai estetik serta simbol-simbol yang mencerminkan perilaku kehidupan sosial masyarakat pendukungnya. Kehadirannya dapat mempengaruhi perilaku orang banyak, baik masyarakat pendukung tradisi itu sendiri maupun pengunjung yang datang dalam perayaan.

Bertahannya tradisi perayaan tabuik sampai sekarang, merupakan hasil kerja sama dari berbagai pihak yang terlibat seperti pemuka adat, alim ulama dan lembaga pemerintah serta masyarakat dengan pembagian kerja dan tanggung jawab masing-masing.

Penulis: Putry Damayanty

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat