uefau17.com

Covid Varian Baru Sudah Masuk RI, Gejalanya Bukan Hanya Demam - Hot

, Jakarta Setelah pandemi Covid-19 mereda, masyarakat dunia sekali lagi dihadapkan pada tantangan baru dengan munculnya varian-varian baru Covid-19 pada akhir 2023. Peningkatan tajam jumlah kasus positif Covid-19 tercatat di berbagai negara, termasuk Indonesia. Dua Covid varian baru yang terutama berkontribusi terhadap peningkatan kasus ini adalah EG.2 dan EG.5.

Semua virus termasuk SARS-CoV-2 yang menyebabkan Covid-19, mengalami mutasi seiring waktu. Mutasi ini dapat menyebabkan munculnya covid varian baru yang memiliki karakteristik berbeda dari virus aslinya, seperti peningkatan tingkat penularan, perubahan tingkat keparahan penyakit, atau kemampuan untuk menghindari respons imun yang diperoleh dari vaksin.

Beberapa mutasi dapat menghasilkan covid varian baru yang lebih mudah menular dan menyebabkan penyakit yang lebih parah, seperti yang terjadi pada varian Delta dan EG.2 . Namun, mutasi juga bisa menghasilkan varian dengan karakteristik yang berbeda. Pada umumnya, varian baru dapat menimbulkan perubahan yang signifikan dalam penyebaran dan dampaknya terhadap kesehatan masyarakat.

Berikut ini covid varian baru EG.2 atau Eris yang rangkum dari berbagai sumber, Rabu (29/5/2024). 

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Covid Varian Baru EG.5 atau Eris

Berdasarkan laporan dari CNBC Indonesia, varian Epsilon Gamma (EG.5) atau yang lebih dikenal sebagai Eris, termasuk dalam kategori varian yang memperoleh perhatian khusus, dikenal sebagai variants of concern (VOC). Varian ini mendapat sorotan karena potensinya memiliki dampak signifikan terhadap penyebaran penyakit, tingkat keparahan, atau efikasi vaksin. Sebagaimana halnya dengan semua virus, virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan Covid-19 juga mengalami mutasi seiring berjalannya waktu. Mutasi ini dapat memicu munculnya varian baru Covid yang memiliki sifat-sifat yang berbeda dari virus sebelumnya, seperti tingkat penularan, tingkat keparahan penyakit, atau kemampuan untuk menghindari kekebalan yang diberikan oleh vaksin.

Varian Covid yang baru dapat jadi lebih menular dan menyebabkan penyakit yang lebih parah, serta mungkin lebih resisten terhadap sistem kekebalan tubuh. Namun sebaliknya, varian hasil mutasi tersebut juga bisa memiliki sifat yang berlawanan. Sebagai contoh, varian Delta awalnya dianggap lebih berpotensi menyebabkan penyakit yang parah dibandingkan dengan varian awal Covid. Sejauh ini, ada empat varian Covid utama yang telah terdeteksi, yaitu Alpha, Beta, Delta dan Omicron. Di Indonesia, terdapat subvarian baru Covid yang terdeteksi pada tahun 2023, antara lain EG.2 dan EG.5 yang berasal dari Omicron. EG.5 atau Eris menjadi varian Covid baru yang mendominasi jumlah kasus positif di beberapa negara pada pertengahan 2023. Pada saat itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengklasifikasikannya sebagai "variant of interest", menunjukkan adanya perubahan genetik yang membuat varian ini menonjol dan prevalensinya terus berkembang.

Meskipun termasuk varian baru, gejala, pengobatan, dan langkah pencegahannya relatif serupa dengan Covid sebelumnya. Masyarakat yang telah divaksinasi Covid umumnya lebih aman dari risiko penularan dan penyakit yang parah. Meskipun demikian, penting untuk terus memantau perkembangan varian-varian baru dan mengikuti pedoman kesehatan yang diberikan oleh otoritas kesehatan setempat.

3 dari 4 halaman

 Ciri-ciri dan Karakteristik Varian Eris

Berbeda dengan beberapa varian virus SARS-CoV-2 sebelumnya, varian Epsilon Gamma (EG.5) yang juga dikenal sebagai Eris, memiliki karakteristik khusus yang membuatnya menonjol. Berikut adalah beberapa ciri-ciri dan karakteristik utama dari varian ini:

1. Mutasi pada Spike Protein

Varian Eris mengandung mutasi pada protein spike, yaitu bagian dari virus yang melekat pada sel manusia. Mutasi pada protein ini dapat memengaruhi berbagai sifat virus, termasuk potensi penularannya dan kemampuannya untuk menghindari sistem kekebalan tubuh manusia. Protein spike adalah target utama dari banyak vaksin Covid-19, sehingga perubahan pada struktur ini dapat berdampak signifikan.

2. Peningkatan Penularan

Salah satu kekhawatiran utama terkait varian Eris adalah kemampuannya untuk menular lebih cepat, dibandingkan dengan varian sebelumnya. Peningkatan tingkat penularan ini bisa berdampak pada laju penyebaran virus di masyarakat yang lebih luas. Mengutip penjelasan dari dr. Albert Ko, seorang dokter penyakit menular dan profesor di Yale School of Public Health, varian EG.5 memiliki kemiripan dengan varian Omicron namun dengan potensi penularan yang lebih tinggi. Ini disebabkan oleh sifat varian ini yang lebih efektif dalam menghindari sistem kekebalan tubuh.

3. Pengaruh terhadap Efikasi Vaksin

Studi awal menunjukkan bahwa varian Eris dapat mempengaruhi efikasi vaksin yang saat ini digunakan. Meskipun vaksin yang ada masih memberikan perlindungan terhadap varian ini, ada kemungkinan bahwa strategi peningkatan vaksinasi atau pembaruan formulasi vaksin mungkin diperlukan, untuk menghadapi perkembangan varian tersebut. Perubahan ini bertujuan untuk memastikan bahwa perlindungan yang diberikan oleh vaksin tetap optimal.

Gejala yang Dikaitkan dengan Varian Eris

Gejala yang muncul akibat infeksi varian Epsilon Gamma tampaknya serupa dengan gejala umum COVID-19. Namun, ada beberapa gejala yang lebih sering dilaporkan oleh pasien yang terinfeksi varian ini, antara lain:

  1. Sakit kepala: Salah satu gejala yang paling sering dilaporkan.
  2. Gejala alergi: Seperti bersin dan hidung tersumbat.
  3. Demam atau meriang: Kondisi tubuh yang terasa tidak nyaman disertai peningkatan suhu tubuh.
  4. Batuk: Baik batuk kering maupun berdahak.
  5. Sesak napas: Kesulitan bernapas atau merasa napas pendek.
  6. Kelelahan: Rasa lelah yang berlebihan dan berkelanjutan.
  7. Badan dan otot pegal: Nyeri pada otot dan tubuh secara umum.
  8. Sakit tenggorokan: Tenggorokan terasa sakit dan tidak nyaman.
  9. Hidung berlendir: Produksi lendir yang meningkat.
  10. Mual dan muntah: Rasa mual yang bisa diikuti dengan muntah.
  11. Diare: Frekuensi buang air besar yang meningkat dengan konsistensi yang lebih cair.
  12. Kehilangan penciuman dan pengecapan: Meskipun jarang, beberapa pasien melaporkan kehilangan kemampuan untuk mencium dan mengecap.

Secara keseluruhan, meskipun varian Eris menimbulkan beberapa kekhawatiran, pendekatan yang cermat dan responsif dalam hal vaksinasi dan pemantauan gejala dapat membantu mengendalikan dampaknya. Vaksin tetap menjadi alat penting dalam melindungi masyarakat dari dampak serius varian ini, dan penyesuaian strategi vaksinasi mungkin diperlukan, untuk mengatasi tantangan yang dibawa oleh varian baru ini.

4 dari 4 halaman

Panduan Pengobatan dan Pencegahan Covid-19 Varian Eris

Varian baru dari virus SARS-CoV-2, Epsilon Gamma (EG.5) atau yang dikenal dengan nama Eris, memerlukan perhatian khusus dalam penanganan dan pencegahannya. Meskipun pengobatan untuk varian ini masih mengikuti pedoman umum penanganan Covid-19, ada beberapa penyesuaian dan perhatian yang diperlukan mengingat karakteristik unik dari varian ini.

Berikut adalah panduan mengenai pengobatan dan pencegahan varian Eris.

1. Isolasi Mandiri untuk Gejala Ringan

Jika seorang pasien menunjukkan gejala ringan dan kondisinya stabil, isolasi mandiri di rumah adalah langkah pertama yang direkomendasikan. Ini bertujuan untuk mencegah penularan kepada orang lain dan memberikan perawatan yang diperlukan tanpa perlu ke rumah sakit. Isolasi mandiri mencakup beberapa langkah penting:

  1. Pantauan Diri: Pasien harus secara rutin memantau suhu tubuh dan saturasi oksigen menggunakan alat oksimeter.
  2. Obat Antivirus: Dokter biasanya akan meresepkan obat antivirus yang membantu mengurangi durasi dan keparahan penyakit.
  3. Obat Simptomatik: Untuk mengurangi gejala seperti demam, batuk, dan nyeri otot, pasien dapat mengonsumsi obat-obatan seperti parasetamol atau ibuprofen sesuai petunjuk dokter.

2. Perawatan Rumah Sakit 

Pasien dengan gejala yang lebih berat atau mereka yang memiliki kondisi kesehatan yang mendasari (komorbiditas) memerlukan perawatan intensif di rumah sakit. Dalam situasi ini, beberapa langkah berikut biasanya diambil:

  1. Pemantauan Intensif: Tim medis akan memantau kondisi pasien secara ketat, termasuk fungsi paru-paru dan tingkat oksigen dalam darah.
  2. Pemberian Oksigen: Jika diperlukan, pasien akan diberikan terapi oksigen untuk memastikan saturasi oksigen yang cukup.
  3. Obat-obatan Khusus: Selain antivirus, pasien mungkin akan diberikan obat antiinflamasi dan pengencer darah untuk mengurangi risiko komplikasi.
  4. Intervensi Medis Lainnya: Dalam kasus yang sangat berat, intervensi seperti ventilasi mekanis atau ECMO (Extracorporeal Membrane Oxygenation) mungkin diperlukan.

Tindakan Pencegahan untuk Varian Eris

1. Vaksinasi

Vaksinasi lengkap adalah garis pertahanan pertama melawan Covid-19 dan variannya. Pastikan untuk mendapatkan semua dosis yang direkomendasikan, termasuk dosis booster. Vaksinasi membantu mengurangi risiko infeksi berat dan komplikasi yang bisa timbul.

2. Protokol Kesehatan

Tetap gunakan masker di tempat umum, terutama di dalam ruangan atau di tempat dengan ventilasi buruk.

  1. Usahakan menjaga jarak fisik minimal satu meter dari orang lain, terutama di tempat ramai.
  2. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir selama minimal 20 detik. Jika tidak tersedia, gunakan hand sanitizer berbasis alkohol.
  3. Hindari tempat ramai dan pertemuan besar, terutama jika kondisi tubuh sedang tidak fit atau ada gejala yang muncul.

3. Batasi kegiatan di luar rumah kecuali untuk keperluan penting. Jika harus keluar, pastikan untuk mematuhi protokol kesehatan dengan ketat. Perhatikan kesehatan tubuh dan hindari aktivitas luar ruangan jika merasa tidak sehat.

4. Jika merasakan gejala Covid-19 seperti demam, batuk, atau kelelahan, segera lakukan isolasi mandiri untuk mencegah penularan lebih lanjut. Lakukan tes swab PCR atau antigen untuk memastikan diagnosis dan mengetahui langkah penanganan selanjutnya.

5. Minum obat yang sesuai dengan gejala yang dialami. Misalnya, jika mengalami sakit kepala disertai demam dan nyeri otot, gunakan obat pereda sakit kepala dan demam yang sesuai anjuran dokter.

6. Hindari mengonsumsi obat tanpa resep atau saran dokter, untuk menghindari efek samping atau interaksi obat yang tidak diinginkan.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat