uefau17.com

AstraZeneca Tarik Vaksin COVID-19, Pakar Sebut Efek Samping Langka TTS Belum Tunjukkan Penambahan - Health

, Jakarta Perusahaan vaksin AstraZeneca menarik produknya dari seluruh dunia. Penarikan dilakukan setelah timbul pembicaraan soal efek samping pembekuan darah langka.

Meski demikian, AstraZeneca tidak menyebut bahwa trombositopenia adalah alasan di balik penarikan vaksin COVID-19 yang mereka produksi.

Terkait efek samping vaksin AstraZeneca, epidemiolog Dicky Budiman mengatakan bahwa hingga Mei 2024, ia tak melihat adanya penambahan kasus thrombosis with thrombocytopenia syndrome (TTS).

“Kalau bicara kasus TTS, sejauh ini saya tidak atau belum mendapatkan penambahan kasus hingga Mei ini. Jadi yang dipersoalkan itu lebih banyak adalah kasus-kasus lama sebetulnya,” kata Dicky kepada Health melalui pesan suara, Jumat (10/5/2024).

Sementara, orang-orang yang mendapatkan vaksin AstraZeneca umumnya disuntik pada pertengahan atau menjelang akhir 2023.

“Kalau bicara soal bahaya efek samping TTS, tentu kalau itu terjadi maka potensi bahayanya ada. TTS ini ada dua jenis, ada yang ringan sedang dan ada yang parah.”

Risiko TTS umumnya kecil atau ringan, sementara penerima vaksin dengan pembekuan darah gejala berat kasusnya sangat sedikit.

“Mayoritas sih ringan sedang, bahkan bisa tidak terdeteksi dan gejalanya bisa hilang atau teratasi. Kalau TTS yang parah memang bisa fatal karena terjadi emboli (penyumbatan) di paru atau jantung, itu ya kematian kalau tidak segera terdeteksi,” papar Dicky.

* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Kejadian dan Kematian Akibat TTS Sangat Langka

Sebelumnya, Dicky menjelaskan, TTS adalah kondisi langka yang terjadi setelah vaksinasi COVID-19 khususnya setelah menerima vaksin AstraZeneca.

“Disebut kondisi langka artinya tidak semua akan begitu, tapi beberapa saja dan itu sedikit sekali. TTS ini terjadi ketika ada pembekuan darah yang tidak biasa, yang disertai dengan penurunan jumlah trombosit atau disebut dengan trombositopenia,” jelas Dicky.

Langkanya kasus trombositopenia ditunjukkan dengan angka kejadian hanya 8,1 kasus per sejuta penerima vaksin. Sedangkan, angka kematian akibat efek langka ini lebih jarang lagi yakni 1 banding sejuta.

“Risiko setelah menerima dosis pertama AstraZeneca, risiko terjadinya TTS tadi itu 8,1 kasus per satu juta penerima vaksin, jadi kecil sebetulnya.”

“Nah setelah dosis kedua, (kasusnya) menurun jadi 2,3 kasus per satu juta penerima vaksin. Jadi semakin menurun (risikonya), jadi jangan khawatir,” imbau Dicky.

3 dari 4 halaman

Penanganan Trombositopenia

Secara ilmiah trombositopenia dapat terjadi karena ada reaksi kekebalan tubuh terhadap vaksin. Ini terjadi ketika tubuh penerima vaksin AstraZeneca menghasilkan antibodi yang menyerang trombosit, kemudian memicu pembekuan darah yang tidak biasa.

Kabar baiknya, penanganan trombositopenia sudah semakin baik sehingga angka kematian akibat efek ini semakin bisa dicegah.

“Kalau bicara penanganan, tentu bila mengalami efek samping hal pertama yang harus dilakukan adalah segera ke dokter. Harus ke rumah sakit untuk mendapatkan diagnosis dan penanganan yang tepat,” imbau Dicky.

Dia menggarisbawahi, efek samping TTS setidaknya timbul dalam kurun satu bulan setelah suntikan. Maka dari itu, jika gejala timbul setelah lewat satu bulan, maka efek ini sangat lemah kaitannya dengan vaksin.

4 dari 4 halaman

Alasan Penarikan Vaksin Menurut AstraZeneca

Tentang penarikan vaksin AstraZeneca di seluruh dunia, pihak perusahaan mengatakan ini karena danya penurunan permintaan terhadap vaksin COVID-19 bernama Vaxzevria.

Vaksin yang dikembangkan melalui kemitraan dengan Universitas Oxford ini telah menjadi salah satu vaksin COVID-19 utama di seluruh dunia. Lebih dari 3 miliar dosis telah disediakan sejak pertama kali diberikan di Inggris pada 4 Januari 2021.

Sayangnya, vaksin tersebut belum menghasilkan pendapatan bagi AstraZeneca sejak April 2023, kata perusahaan itu.

“Dengan beragamnya varian vaksin COVID-19 yang telah dikembangkan, terdapat kelebihan vaksin-vaksin terbaru yang tersedia. Hal ini menyebabkan penurunan permintaan Vaxzevria, yang tidak lagi diproduksi atau dipasok,” kata pihak AstraZeneca dalam sebuah pernyataan mengutip CNN, Jumat (10/5/2024).

“Oleh karena itu, AstraZeneca telah mengambil keputusan untuk memulai penarikan izin edar Vaxzevria di Eropa.”

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat