uefau17.com

Taiwan Siap Bantu Dunia Bangun Kesehatan Berkelanjutan di Era Pascapandemi COVID-19 - Global

, Jakarta - Saat dunia memasuki tahun keempat pandemi COVID-19, situasinya berangsur-angsur membaik. Sebagian besar pembatasan telah dicabut dan tata kelola kesehatan global telah bergeser dari tanggapan pandemi ke pemulihan pascapandemi.

Kini, negara-negara di seluruh dunia sudah dapat melanjutkan realisasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals SDGs) PBB yang progresnya sempat dipengaruhi oleh pandemi, terutama dalam tujuan yang mencakupi kesehatan dan kesejateraan bagi semua.

Tujuan Pembangunan Berkelanjutan diadopsi oleh semua Negara Anggota PBB sejak tahun 2015, menyediakan sebuah cetak biru bersama untuk perdamaian dan kemakmuran bagi manusia dan planet ini, sekarang dan di masa depan.

Pada intinya ada 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), yang merupakan seruan mendesak untuk tindakan oleh semua negara - maju dan berkembang - dalam kemitraan global, dan Taiwan sepenuhnya mendukung SDGs terkait kesehatan dan target tiga miliar (triple billion targets) dari Organisasi Kesehatan Dunia (The World Health Organization/WHO).

Hal ini terlihat dengan komitmennya untuk membangun rantai pasokan layanan kesehatan yang lebih tangguh dan adil, mempertahankan sistem cakupan kesehatan universal yang inklusif dan adil, serta menyediakan pencegahan dan pengelolaan penyakit melalui sistem perawatan kesehatan primer yang kuat.  

"Taiwan bersedia dan mampu berbagi pengalamannya dalam menciptakan penanganan kesehatan lintas sektoral, inovatif, dan berpusat pada manusia," ungkap Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Taiwan Dr. Hsueh Jui-yuan dalam keterangan tertulis dari TETO yang dimuat Selasa (23/5/2023).

Selama pandemi COVID-19, Taiwan diketahui secara efektif berhasil mengurangi penyebaran penyakit, memanfaatkan sistem perawatan kesehatan publiknya yang komprehensif, serta meningkatkan personel antipandemi yang terlatih, sistem pengawasan, investigasi, dan analisis epidemiologis.

Menurut Dr. Hsueh Jui-yuan, jika dibandingkan dengan 38 negara anggota Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) dan Singapura, Taiwan menempati urutan keenam terendah dalam tingkat kematian akibat COVID-19. Taiwan juga menempati urutan keempat tertinggi untuk tingkat cakupan vaksin COVID-19 minimal dosis pertama, dan tertinggi ketiga dalam hal pemberian vaksin booster.

"Pencapaian tersebut juga berkat masyarakat Taiwan sendiri yang telah memainkan peran penting dalam mencapai keberhasilan antipandemi Taiwan dengan mengenakan masker, menerapkan jarak sosial, menghindari area ramai, mengikuti peraturan karantina, dan mendapatkan vaksinasi," imbuh Dr. Hsueh Jui-yuan.

* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Layanan Kesehatan Taiwan

Pada tahun 1995, Taiwan membentuk sistem asuransi kesehatan universal. Sejak saat itu, pemerintah terus memberikan pencegahan penyakit dan layanan kesehatan sehingga masyarakat dari segala usia dapat menikmati hak atas kesehatan. 

Selain itu, mereka juga menyediakan pemeriksaan kehamilan, diabetes gestasional, anemia, dan tiga ultrasonografi untuk mengurangi risiko kehamilan dan meningkatkan kesehatan ibu dan bayi. 

Sementara, untuk membantu pasangan infertil dan mengurangi beban keuangan fertilisasi in-vitro, pemerintah terus memperluas program pengobatan infertilitas bersubsidi. 

Taiwan bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang ramah menyusui dan menyediakan perawatan kesehatan anak, serta pendidikan kesehatan preventif.

Terlebih lagi, Taiwan telah membentuk sejumlah program pencegahan dan pengelolaan penyakit tidak menular. Misalnya, program yang menargetkan penyakit metabolik kronis untuk membantu kelompok berisiko, menyediakan layanan seperti panduan pola makan dan olahraga serta informasi berhenti merokok untuk memberdayakan masyarakat dalam mengendalikan kesehatan mereka sendiri. 

Inisiatif semacam itu meningkatkan taraf hidup dan mengurangi prevalensi tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, dan gula darah tinggi, yang sering menyebabkan penyakit kronis.

"Taiwan juga mendukung perang global melawan kanker dan mempunyai sasaran untuk mengurangi angka kematian akibat kanker sebesar 25 persen pada tahun 2025 mendatang. Sejalan dengan Inisiatif Penghapusan Kanker Serviks WHO, Taiwan menyubsidi pemeriksaan serviks dan vaksinasi human papillomavirus (HPV)," papar Dr. Hsueh Jui-yuan dalam rilisnya.

Vaksin HPV telah diberikan kepada siswi berusia 12 hingga 15 tahun sejak 2018. Hingga Desember 2022, tingkat cakupan telah tercapai sebesar 92,1 persen.

 

3 dari 4 halaman

Teknologi Inovatif

Selain layanan kesehatan yang berupa program, vaksin, dan pemeriksaan, Taiwan berkomitmen untuk mempromosikan kesehatan digital dan inovasi untuk meningkatkan aksesibilitas dan kualitas layanan kesehatan, termasuk rencana program NHI generasi berikutnya. 

Asuransi Kesehatan Nasional Taiwan (NHI) adalah contoh utama cakupan kesehatan universal, menawarkan perlindungan finansial dan akses ke berbagai layanan penting.

Contoh lain layanan perawatan kesehatan inovatif Taiwan adalah memanfaatkan konsultasi telehealth real-time untuk pasien yang tinggal di daerah terpencil dan pulau-pulau terpencil, dan saat ini, mereka sedang menjajaki penerapan kecerdasan buatan dan teknologi baru lainnya.

Selama pandemi, tutur keterangan TETO, Taiwan mengeluarkan 13 lisensi ekspor untuk formula herbal NRICM101 (Taiwan Chingguan Yihau) untuk membantu negara-negara di kawasan memerangi pandemi. Sekarang, langkah-langkah yang diterapkan lebih fokus terhadap pencegahan untuk era pascapandemi, seperti memperkuat produksi obat-obatan dan bahan aktif farmasi dalam negeri untuk mencegah kekurangan obat di masa depan. 

Pandemi COVID-19 membantu komunitas internasional menyadari pentingnya kerja sama regional dan digitalisasi dalam perawatan kesehatan.

Maka dari itu, Taiwan akan terus berbagi teknologi inovatif dan praktik terbaik dengan mitra di seluruh dunia untuk memajukan cakupan kesehatan universal.

4 dari 4 halaman

Taiwan Bisa Membantu, dan Taiwan Sedang Membantu

Namun, Taiwan belum diundang ke Majelis Kesehatan Dunia sejak 2017.

"Taiwan dapat membantu, dan keterlibatan Taiwan akan membuat dunia lebih sehat, lebih berkelanjutan, dan lebih adil," tulis Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Taiwan, Dr. Hsueh Jui-yuan.

Kini, Taiwan mendesak WHO dan semua pemangku kepentingan terkait untuk mendukung keterlibatan Taiwan dalam Majelis Kesehatan Dunia (WHA) sebagai pengamat, serta partisipasi penuh Taiwan dalam pertemuan, mekanisme, dan kegiatan WHO. 

Mereka akan terus bekerja sama dengan dunia untuk membantu memastikan hak mendasar atas kesehatan yang diabadikan dalam Konstitusi WHO. 

"Dalam semangat SDGs, tidak boleh ada negara yang tertinggal, terutama Taiwan, yang telah memberikan kontribusi signifikan terhadap kesehatan masyarakat global," tambahnya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat