, Beijing - Pemerintah China akan melarang segala impor limbah padat (solid waste) pada mulai 1 Januari 2021. Ekonomi China yang semakin hijau turut menjadi pertimbangan.
China juga melarang tindakan dumping, penimbunan, dan pembuangan produk limbah dari luar negeri.
Advertisement
Baca Juga
Xinhua, Sabtu (28/11/2020), menyebut pelarangan total ini merupakan kulminasi dari kebijakan pada 2017 yang mencekal impor 14 limbah padat, contohnya limbah tekstil.
Impor limbah padat dilakukan China sejak tahun 1980-an. China merupakan importir limbah padat terbesar di dunia meski kapasitas disposalnya terbatas.
Ada beberapa perusahaan yang menyelundupkan limbah asing ke China untuk meraup keuntungan sehingga mengancam lingkungan dan kesehatan publik.
Infografis Lingkungan:
Mokasi singkatan dari Mobil Kampung Pesilat, mobil yang bergerak dengan menggunakan tenaga listrik ini adalah buatan siswa SMK PGRI 13 Surabaya. Selain ramah lingkungan, mobil listrik ini juga untuk memfasilitasi lulusannya agar dapat belajar membuka...
* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Kesadaran Lingkungan di China Meningkat
![Menikmati Desa Wisata Meizhou](https://cdn0-production-images-kly.akamaized.net/115Dbc84lM0JWqcIL6EBVmmZf1c=/640x360/smart/filters:quality(75):strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/3306570/original/024947600_1606285832-CjkinzN007038_20201125_CBPFN0A001.jpg)
Xinhua menyebut rakyat China mengalami peningkatan kesadaran lingkungan. Impor limbah padat juga berhasil dikurangi.
Tahun lalu, impor limbah padat mencapai 13,48 juta ton. Angka itu turun dari 22,63 juta ton di 2018.
Selama 10 bulan pertama bulan ini, impor limbah padat meroso 42,7 persen secara year-on-year.
Pada Oktober 2020, Presiden China Xi Jinping mengumumkan ambisi negaranya untuk berhenti meninggalkan jejak karbon. Targetnya, China ingin meraih carbon neutrality pada 2060.
Pemerintah berjanji akan terus mengembangkan energi non-fosil, mengedalikan konsumsi energi fosil, dan mencapai ekonomi hijau.
Advertisement
Kementan Edukasi Petani Pekebun Tentang Emisi Karbon
![Keren, Satu Lagi Kebun Angin Raksasa di Sulsel](https://cdn0-production-images-kly.akamaized.net/-M0NAZvtzmJAVF_6-ErOgxgy1ts=/640x360/smart/filters:quality(75):strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/2364987/original/019760600_1537616249-20180922-Kebun-Angin-Sulsel-4.jpg)
Di Indonesia, pemerintah juga mulai gencar melakukan sosialisasi tentang ekonomi yang berkelanjutan (sustainable). Ini dilakukan dalam rangka mencegah dampak perubahan iklim.
Kementerian Pertanian (Kementan) optimis bahwa para petani pekebun siap menghadapi perubahan iklim saat ini. Oleh karena itu, Kementan pun mulai mengantisipasi adanya risiko gagal panen.
Demikian dikatakan Direktur Perlindungan Perkebunan, Direktorat Jenderal Perkebunan, Kementan, Ardi Praptono dalam kunjungan kerjanya di Lumajang, Jawa Timur, beberapa waktu lalu.
"Kami memberikan apresiasi kepada kelompok tani yang telah melaksanakan kegiatan mitigasi dan adaptasi di bidang perkebunan dalam menghadapi perubahan iklim tersebut," ujarnya.
Menurut Ardi, kegiatan pelatihan mitigasi dan adaptasi menghadapi perubahan iklim petani sangat penting dalam upaya menjaga produksi. Dengan demikian petani tidak lagi khawatir produksi berkurang jika perubahan iklim benar-benar terjadi.
Kegiatan mitigasi pada subsektor perkebunan adalah upaya yang dilakukan oleh pelaku usaha perkebunan untuk mengurangi sumber emisi gas rumah kaca (GKR). Sementara untuk menghadapi perubahan iklim, diperlukan tindakan penyesuaian terhadap dampak negatif yang berupa proses adaptasi.
Oleh karena itu, untuk mengurangi emisi karbon, ada beberapa hal yang dpat dilakukan oleh para petani pekebun. Mulai dari mengintegrasikan ternak (kebun-ternak), mengurangi atau menggantikan pemanfaatan pestisida dan pupuk kimia dengan organik, mengurangi penggunaan herbisida dan pemanfaatan pohon pelindung sebagai penyerap karbon. Semua itu dilakukan dalam rangka pemanfaatan limbah perkebunan.
Berkaitan dengan upaya tersebut, Kementerian Pertanian melalui Ditjen Perkebunan pun memberikan bantuan kepada Kelompok Tani Langgeng Tani II, Desa Tamanayu, kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang, antara lain Ternak 25 ekor, Kandang ternak, Rumah kompos, Embung, Peralatan pertanian kecil dan alat pengolah pupuk organic (APPO).
Kelompok Tani Langgeng Tani II, Desa Tamanayu, kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang, Mustofa berharap, dengan adanya bantuan sarana input produksi dan pembinaan teknis dari BBPPTP Surabaya, maka Kelompok tani dapat lebih giat lagi dalam mengelola kebun kopinya. Tujuannya tak lain untuk meningkatkan pendapatan masyarakat atau petani.
"Ternak yang diberikan Ditjen Perkebunan akan kami kelola dengan baik sehingga dapat menambah kas kelompok tani, selain itu kotoran kambing akan digunakan untuk mencukupi kebutuhan pupuk untuk tanam kopi," ujar Mustofa.
Selain itu juga, lanjut Mustofa, untuk memanfaatkan embung yang telah diberikan oleh Ditjen Perkebunan, maka akan dimanfaatkan untuk budidaya ikan sehingga nanti dapat memenuhi kebutuhan masyarakat sekitar.
Terkini Lainnya
FOTO: China-ASEAN Expo ke-17 Akan Dibuka di China Selatan
Norwegia Bayar Indonesia Rp 815 Miliar karena Sukses Turunkan Emisi
Selain Ramah Lingkungan, Ini Deretan Keunggulan Pembangunan PLTS Terapung
Infografis Lingkungan:
Kesadaran Lingkungan di China Meningkat
Kementan Edukasi Petani Pekebun Tentang Emisi Karbon
China
impor
Limbah Padat
Lingkungan
sampah
Impor sampah
Rekomendasi
Tolak Impor Sampah Plastik, Aktivis Lingkungan Geruduk Konjen Australia dan Jepang
TOPIK POPULER
TODAY IN HISTORY
3 Juli 2022: Tragedi Longsor Gletser Gunung Marmolada di Pegunungan Alpen Italia, 10 Pendaki Tewas
Populer
PM Lebanon Sebut Negaranya Sedang Berperang, Buntut Konflik Israel Vs Hamas Meluas ke Hizbullah
14 Negara Keluarkan Imbauan, Minta Warga Hindari Lebanon Imbas Tensi Tinggi Konflik Israel-Hizbullah
Utang Negara-negara di Afrika Makin Parah Akibat Bunga Pinjaman dari China
LSPR Institute Gelar Festival SaBOR Latin Food & Film, Jelajah Budaya Amerika Latin Termasuk Minuman Favorit Lionel Messi
Israel Perintahkan Warga Khan Younis Mengungsi
Kemlu RI: Tak Ada WNI Korban Mobil Tabrak Pejalan Kaki di Korea Selatan yang Tewaskan 9 Orang
Warga Korea Utara Mulai Wajib Kenakan Pin Kim Jong Un
Jutaan Nyamuk Wolbachia Dilepas di Hawaii, Demi Selamatkan Spesies Burung dari Kepunahan
Polisi Australia Tangkap Remaja 14 Tahun Pelaku Penusukan di Universitas Sydney
7 Fenomena Astronomi Juli 2024, Ada 2 Hujan Meteor
Euro 2024
Waspada Belanda, Turki Bikin Pelatih Austria Ralf Rangnick Menyesal Tak Bisa Lanjut di Euro 2024
Euro 2024: Sukses Hancurkan Rumania 3-0, Ronald Koeman Masih Punya Satu Penyesalan soal Permainan Belanda
Hasil Euro 2024: Segel Perempat Final, 2 Gol Mantan Bek Juventus Antarkan Turki Sikat Austria
Link Live Streaming Euro 2024 Austria vs Turki, Sebentar Lagi Tanding
Jadwal Lengkap Euro 2024, Hasil, Klasemen Grup A, B, C, D, E, F Cek di Sini
Jadwal Lengkap Euro 2024 dan Hasil Babak 16 Besar, 8 Besar, Semifinal, Final
Berita Terkini
Jangan Biarkan Pelek Sepeda Motor Peyang, Akibatnya Bisa Fatal
3 Ribu Polisi Siap Amankan Suroan dan Suran Agung di Madiun 6-7 Juli 2024, Pesilat Diimbau Tertib
Terjerat Skandal Doping, Mantan Pesakitan Manchester United Umbar Ambisi Besar
Waspada Belanda, Turki Bikin Pelatih Austria Ralf Rangnick Menyesal Tak Bisa Lanjut di Euro 2024
Mengenal Telaga Biru Cicerem, Wisata Alam Cantik di Kuningan Jawa Barat
3 Resep Ayam Kukus Suwir yang Lezat supaya Tidak Selalu Makan Gorengan
PTPP Penuhi Kewajiban Obligasi dan Sukuk Mudharabah
Gejala Awal Hepatitis pada Anak Sering Disepelekan, Apa Saja?
5 Ciri Jika Kamu Sudah Kecanduan Judi Online, Segera Tangani
Stablecoin USDT jadi Pembayaran Program Asuransi di Filipina
3 Juli 2022: Tragedi Longsor Gletser Gunung Marmolada di Pegunungan Alpen Italia, 10 Pendaki Tewas
PKB Serahkan 4 Rekomendasi ke Bakal Calon di Pilkada 2024, Simak Daftarnya
Foto Syaikh Abdul Qadir al-Jilani yang Beredar Asli atau Khayalan? Ini Kata Buya Yahya dan Habib Hasan
Polri Bantah Ada Masalah Koordinasi dan Supervisi dengan KPK, Ini Buktinya
Geger Anak di Bawah Umur Dinikahi Pengurus Pesantren Tanpa Izin Orangtua, Kiai Said Aqil: Jangan Digeneralisir, Itu Oknum