uefau17.com

Studi Ungkap Alasan Masyarakat Lebih Percaya Hoaks - Cek Fakta

, Jakarta - Profesor Psikologi dan Ilmu Saraf di New York University, Jay Van Bavel mengungkap alasan mengapa masyarakat lebih rentan dan cenderung percaya dengan hoaks dari sisi psikologis.

Menurutnya, hal tersebut terjadi berdasarkan proses atau cara individu dalam mempercayai sesuatu. Berdasarkan penelitian yang telah ia lakukan, ada beberapa faktor yang menjadi penyebab mengapa masyarakat lebih percaya dengan hoaks sehingga informasi tersebut juga lebih cepat viral.

"Orang-orang itu lebih tertarik mengklik berita-berita dengan tendensi negatif dibandingkan dengan berita yang positif,” ujar Jay dilansir dari PEN America.

Pernyataan ini juga didukung oleh studi yang dilakukan olehnya bersama rekan-rekannya pada tahun 2023. Melalui data yang dikumpulkan sekitar 105 ribu berita dari Upworthy, situs berita yang didedikasikan untuk mempromosikan hal-hal positif, temuannya adalah kalimat-kalimat negatif dalam berita utama meningkatkan tingkat views atau konsumsi.

Faktor lainnya adalah penggunaan tata bahasa yang menggugah moral atau respons emosional. Berdasarkan studi yang dilakukan olehnya di tahun 2017, ketika sebuah informasi menyertakan kata-kata yang menimbulkan respons emosional seperti “takut” atau “cinta”, pun kata-kata yang menunjukkan moralitas seperti “kejahatan”, atau bahkan keduanya seperti “pelecehan” dan “dendam”, hasilnya menunjukkan 20 persen lebih menarik perhatian.

* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Sinisme terhadap Pihak Tertentu dan Ekstremisme

Jay juga menjelaskan bahwa informasi atau berita yang memuat hal-hal negatif tentang pihak tertentu, terutama dalam konteks politik, cenderung mendapat lebih banyak perhatian. 

“Ada istilah dalam bahasa Jerman yang disebut sebagai schadenfreude, yang berarti kecenderungan untuk menikmati penderitaan orang lain,” tuturnya menambahkan.

Faktor terakhir adalah ekstremisme. Studi terbaru yang dilakukan oleh Jay meneliti terkait bagaimana orang-orang dengan opini paling ekstrem seringkali memposting atau mengunggah lebih banyak dibanding yang lain.

Paparan berlebihan terhadap opini-opini ekstrem tersebut kemudian akan membelokkan persepsi masyarakat tentang realitas dan meningkatkan polarisasi.

3 dari 3 halaman

Tentang Cek Fakta

Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta  pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.

Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta  bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi partner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email [email protected].

Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat