uefau17.com

Petani Sulsel Makin Produktif Berkat Modernisasi Irigasi D.I. Saddang - Bisnis

, Jakarta - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) terus memodernisasi sejumlah Daerah Irigasi (DI) demi menggenjot produksi pangan. Salah satunya adalah Daerah Irigasi (D.I.) Saddang merupakan daerah irigasi terbesar di Sulawesi Selatan.

Luas D.I. Saddang mencapai 60.300 hektare dan mencakup hingga ke tiga kabupaten, yakni Pinrang (42.931 hektare), Sidrap (15.195 hektare), dan Wajo (2.174 hektare). Daerah irigasi ini tak hanya menjadi andalan Sulsel dalam mewujudkan ketahanan pangan, namun juga bagi Indonesia.

Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang (BBWS Pomjen) Suryadarma Hasyim mengatakan salah satu tujuan utama dari modernisasi irigasi di Saddang ialah perbaikan fisik pada saluran irigasi, bendung, dan bangunan-bangunan pendukungnya.

“Ini untuk meningkatkan efisiensi pengaliran air dan memastikan distribusi yang lebih merata,” kata Suryadarma.

Pihaknya juga memasang alat monitoring atau telemetri yang bertujuan untuk mengoptimalkan penggunaan air. Melalui alat ini, keandalan data real-time, real-losses, dan real-allocation air irigasi dapat diperoleh.

 “Dengan hal-hal ini, kita bisa menjaga air agar dapat dimanfaatkan secara optimal hingga ke wilayah terujung,” ujar Suryadarma.

Kementerian PUPR berharap angka produksi padi bisa meningkat seiring keberadaan D.I. Saddang. Saat program ini dimulai pada 2019 lalu, produksi padi di wilayah daerah irigasi mencapai 643 ribu ton.

Modernisasi yang dilakukan di D.I. Saddang mendapat sambutan hangat dari masyarakat penerima manfaat. Suryadarma mengatakan hal ini tak lepas dari program yang memang dirancang berbasis partisipatif melalui Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A).

 

Mereka dilibatkan sejak perencanaan hingga evaluasi. Suryadarma menjelaskan hal ini tak terlepas dari tradisi masyarakat setempat yakni tudang sipulung (duduk bersama) untuk memecahkan masalah bersama-sama.

Salah satu petani yang merasakan manfaat modernisasi D.I.Saddang adalah Sulaiman. Petani asal Desa Mattombong, Kecamatan Mattiro Sompe, Kabupaten Pinrang. Sulaiman yang telah bertani sejak 2005 ini baru merasakan kenyamanan saat kontribusi Strategic Irrigation Modernization and Urgent Rehabilitation Project (SIMURP) atau modernisasi telah terasa.

Sebelumnya, para petani lebih banyak bergantung pada air hujan karena kondisi saluran irigasi yang ada belum ideal. Sulaiman mengatakan, di masa lalu, tak semua sawah di wilayahnya kedapatan air irigasi.

“Sawah di desa ini 520 hektar. Sebelum SIMURP, yang mendapatkan air paling tinggi hanya 200 hektar, yang 320 hektar, harus bergiliran. Kalau musim kemarau bahkan bisa tidak mendapatkan air sama sekali,” kata Sulaiman.

Dampaknya, cekcok di tengah masyarakat kerap terjadi karena berebut air. Belum lagi tanggul yang ada kerap bocor sehingga menimbulkan prasangka di tengah masyarakat.

Namun, kondisi berubah lebih baik usai modernisasi D.I. Saddang dilakukan karena pembagian air menjadi lebih rata. Musim tanam petani juga bertambah dari sekali setahun menjadi dua kali dalam setahun.

“ istilah, mereka yang bertani di ujung saluran saja mendapat air yang bagus. Apa lagi yang bertani di tengah atau awal saluran,” ujar Sulaiman.

Direktur Irigasi dan Rawa Ditjen SDA Kementerian PUPR, Ismail Widadi mengatakan pihaknya akan terus memodernisasi irigasi agar lebih efisien. Apalagi sistem irigasi ini teah ada sejak zaman nenek moyang masyarakat Indonesia. 

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat