uefau17.com

Eri Cahyadi Lebih Memilih Bangun ART daripada MRT dan LRT di Surabaya, Begini Alasannya - Surabaya

, Surabaya - Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi lebih memilih membangun Autonomus Rapid Transit (ART) untuk Kota Surabaya, daripada Mass Rapid Transit (MRT) atau Light Rail Transit (LRT). Menurutnya, ART lebih rasional karena sesuai dengan ketersediaan anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD).

"Ada ART pakai magnet, ternyata itu harganya Rp500-600 miliar per 7 kilometer, kami (pemerintah kota) langsung mengacungkan tangan saat acara APEKSI," kata Eri, Sabtu (8/5/2024).

Eri menyatakan, jika harus membangun MRT atau LRT, APBD Kota Surabaya tidak akan cukup. Pembangunan MRT membutuhkan anggaran sekitar Rp2,3 triliun per satu kilometer.

Anggaran tersebut jika dihitung menggunakan APBD Kota Surabaya, maka pembangunan jalur transportasinya hanya sanggup terselesaikan 5 kilometer.

"Habis anggarannya, terus untuk pengentasan kemiskinan bagaimana? Banyak orang bertanya kok tidak membangun, karena tidak mungkin," ujarnya.

Kemudian untuk LRT, setelah dihitung pembangunan membutuhkan anggaran sekitar Rp800 miliar per kilometer. Angka tersebut juga masih membebani APBD Kota Surabaya.

Jika harus dibandingkan dengan Jakarta, kata Eri, hal itu tidak relevan. Sebab, sekalipun Surabaya merupakan kota metropolitan, namun besaran anggaran yang ada berbeda.

"Jakarta APBD besar, Surabaya APBD-nya cuma Rp10,9 triliun," ucapnya.

Lantaran alokasi anggaran pembangunan lebih relevan, maka Pemkot Surabaya mencoba merealisasikan pembangunan ART yang berpenggerak magnet itu. 

"Belum ada yang punya, ini diterapkan di IKN, insya Allah Surabaya kedua," tuturnya.

Eri pun menyatakan sudah berkoordinasi dengan Kementerian Perhubungan guna membahas proses penyusunan konsep ART.

"Kami lakukan FS (studi kelayakan) di Surabaya, semoga di 2025 atau 2026 sudah jalan," kata Eri.

* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Tawaran Presiden Jokowi

Pelaksanaan studi kelayakan turut menghitung kebutuhan koneksivitas antara ART dan transportasi lainnya, seperti "Suroboyo Bus", TransSemanggi, maupun feeder.

"Kami lihat posisi busnya di mana, posisi ART di mana, misalnya di satu lokasi tidak bisa dilalui bus maka ART saja," ujarnya.

Sebelumnya, Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) menawarkan angkutan perkotaan ART sebagai alternatif terbaru penyediaan layanan transportasi massal untuk mengurai kemacetan lalu lintas perkotaan di Indonesia.

Tawaran itu disampaikan Presiden Jokowi di depan para wali kota se-Indonesia yang hadir pada Rapat Kerja Nasional (Rakernas) XVII Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (Apeksi) 2024 di Kota Balikpapan, Kalimantan Timur, Selasa (4/6).

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat