uefau17.com

Suzzanna Malam Jumat Kliwon: Melanggengkan Pengultusan Sang Ratu Horor, dengan Menitis ke Luna Maya - ShowBiz

, Jakarta Suzzanna alias Suzanna adalah special case dalam sejarah sinema Indonesia. Bayangkan, 15 tahun setelah mangkat, kita masih bisa merasakan kehadirannya di layar lebar. Minggu (27/8/2023), Suzzanna Malam Jumat Kliwon menembus 2,04 juta penonton setelah tayang di bioskop selama 24 hari.

Pencapaian ini menempatkan Suzzanna Malam Jumat Kliwon karya sineas Guntur Soeharjanto di peringkat tiga besar daftar Film Indonesia Terlaris 2023. Dengan demikian, tiga besar film Indonesia terlaris tahun ini dijajah genre memedi. Sewu Dino meraja bersama 4,8 jutaan penonton.

Posisi runner-up dikuasai kuda hitam Waktu Maghrib dengan 2,4 jutaan penonton sementara gerbang tiga besar dijaga film Suzzanna Malam Jumat Kliwon, yang terinpirasi Malam Jumat Kliwon versi 1986 dengan Sisworo Gautama Putra sebagai “nahkoda.”

Suzzanna yang kala itu adu akting dengan Alan Nuari memainkan peran ganda: Ayu Trisnaningrat dan Ayu Minati. Ayu Minati inilah yang kemudian menjelma Sundel Bolong, karakter ikonis yang selamanya identik dengan Suzzanna, melampaui Nyi Blorong hingga Murni, Sang Ratu Ilmu Hitam yang memberinya nominasi Piala Citra kedua.

 

* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 6 halaman

Mengambil Esensi, Bukan Copy Paste

Suzzanna Malam Jumat Kliwon bukan sekadar meng-copy paste versi klasik. Persamaan keduanya terletak pada esensi cerita, sementara karakter yang muncul dalam dunia Malam Jumat Kliwon sama sekali berbeda. Istri yang main dukun dalam versi klasik, bernama Roro Ayu Punirah (Yorita Murni). Suaminya, bernama Raden Mas Ngabehi Aryo Tedjo (Doddy Sukma). Istri yang terzalimi, diperankan Suzzanna, bernama Ayu Minati.

Versi 2023 menempatkan Suzzanna sebagai istri terzalimi. Ia dibesarkan oleh orangtua melarat. Ayahnya gila judi hingga ngutang Raden Aryo (Tyo Pakusadewo) dan istrinya, Minati (Sally Marcelina), pasangan priayi yang tak punya anak. Tak bisa bayar utang, Suzzanna dijadikan “alat bayar.” Ia dinikahi Raden Aryo. Benang merahnya, terletak pada Minati yang menyantet Suzzanna hingga melahirkan dari punggung. Punggungnya menggembung lalu meletus. Bayi perempuan muncul dari sana. Suzzanna yang tewas dalam penderitaan dibangkitkan kekasihnya, Surya (Achmad Megantara).

Membuat ulang film yang suskes di eranya, jelas bukan formula baru. Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss part 1 dan 2 membuktikannya. Kedua jilid film ini mengumpulkan total 10 jutaan penonton. Dono Kasino Indro hadir lagi lewat pertunjukan akting ciamik dari tiga aktor. Suzzanna sekali lagi, adalah kasus khusus. Sepanjang kariernya, ia tak pernah memerankan Suzzanna.

Sundel Bolong dalam Malam Satu Suro (1988) menempatkan Suzanna sebagai Suketi alias Uke. Sundel Bolong yang muncul di Telaga Angker (1984), aslinya bernama Anita. Jauh sebelum itu, kita mengenal Sundel Bolong (1981) ikonis yang makan satai 100 tusuk. Semasa hidupnya, ia bernama Alisa. Membintangi film horor sukses dari era 1970 hingga terakhir muncul di Hantu Ambulance (2008), melanggengkan Suzzanna sebagai Ratu Horor Indonesia.

 

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

3 dari 6 halaman

Suzzanna dan Jalan Berliku Menuju Legenda

Dari sekian banyak aktris ikonis yang dipunya Indonesia, mengapa harus Suzzanna? Sejatinya, jalannya menuju legenda hingga dilanggengkan Luna Maya sangat panjang. Tak semua aktris mampu dan atau bersedia melewatinya. Catatan Bapak Perfilman Indonesia, Usmar Ismail bertajuk “Bintang Tidak Dilahirkan Tapi Ditempa Oleh Sang Sutradara, Maka Lahirlah Suzanna” menyebut Suzzanna sebagai dara kota Magelang yang coba-coba ikut Kontes Tiga Dara di Yogyakarta lalu menang. Suzzanna muda digambarkan cukup lincah dan genit.

Lahir di Bogor, 13 Oktober 1942, ia mengingatkan Usmar Ismail pada Indriati Iskak, aktris legendaris yang debut lewat Tiga Dara. “Kalau Indry ada darah Eropa mengalir di tubuhnya, demikian Suzanna. Hanya terbalik. Kalau ibu Indry seorang wanita Eropa, maka papinya Suzanna adalah orang Barat yang bernama Van Os. Hidungnya semancung Indry,” tulis Usmar Ismail dalam dokumen Sinematek, dilihat Showbiz , 7 Agustus 2023. 

Saat Suzzanna menyabet penghargaan Pemeran Kecil Wanita Terbaik di Festival Film Asia di Tokyo (1960) lewat film Asmara Dara (1958), Usmar Ismail lega karena berhasil mencari pengganti Indriati Iskak yang tak lagi muncul dalam produksi Perusahaan Film Nasional Indonesia (Perfini). Sepuluh tahun setelahnya, Suzzanna menjadi yang termahal di Indonesia dengan bayaran 5 juta rupiah. Untuk dekade 1970, angka ini kelewat bombastis.

“Suzanna dengang 5 Juta-nya, Apa Pengaruhnya Terhadap Perkembangan Film Nasional?” demikian artikel nyelekit yang dipublikasikan Harian Berita Yudha edisi Sport dan Film terbitan 16 Februari 1974. Ketika masyarakat Indonesia belum sepenuhnya makmur dan film Nasional ketinggalan dari Hong Kong maupun Barat, Sandi Suwardi Hasan mengontrak Suzanna dengan honor Rp 5 juta untuk sekali main. Sandi memproduksi film Ratapan Rintihan, setelah Suzzanna mencetak box office beruntun lewat Bernapas Dalam Lumpur, Beranak Dalam Kubur, Air Mata Kekasih, Napsu Gila, dan Bumi Makin Panas.

“Maka Suzanna dengan 5 jutanya ini jadi omongan di kantor-kantor, warung-warung, sekolah-sekolah,” Berita Yudha mencatat lalu mengingatkan pada era itu, “Bujet yang tersedia bagi pembuatan film di Indonesia hanya berkisar antara Rp25 juta sampai Rp35 juta. Itu sudah berikut untuk pembayaran sutradara, kameraman, kru-kru, serta honorarium untuk para pemain. Nah, kalau pembayaran untuk seorang pemain utamanya sudah Rp5 juta, bagaimana untuk pemain ke-2, ke-3, dan seterusnya?”

Empat tahun berselang, harian Pos Sore edisi 21 November 1978 mencatat respons Suzzanna ketika honor 15 juta rupiahnya menggegerkan masyarakat Indonesia. “Dia anggap bahwa harga itu adalah harga aktingnya yang dipertaruhkan untuk main dalam sebuah film,” tulis Pos Sore dalam artikel, “Yang Saya Jual Akting, Bukan Tubuh dan Isi.” Kehebohan ini mendahului perilisan film Pulau Cinta, yang mengantar Suzzanna meraih nominasi Piala Citra Pemeran Utama Wanita Terbaik. Ini hanya salah satu dari tumpukan prestasi hingga sensasi yang bersumber dari seorang Suzzanna.

 

 

4 dari 6 halaman

Suzzanna Dalam Kultus Sinema

Suzzanna memang fenomenal. Tanpa di-remake pun, sebenarnya tak ada yang berani merebut gelar Ratu Horor Indonesia dari tangannya. Bernapas Dalam Kubur dan Malam Jumat Kliwon bukan sekadar remake melainkan upaya melanggengkan tradisi pengultusan Suzzanna sebagai “junjungan.” Pelanggengan ini ditempuh dengan membangkitkan Suzzanna lewat Luna Maya. Dipoles dengan prostesis agar secara fisik, kita melihat almarhumah dalam diri Luna Maya. Sementara versi klasiknya sendiri dianggap sebagai cult movie atau film kultus.

Sophie Collins dalam artikel “Cult Classics Explained: How a Movie Fits the Definition,” yang dipublikasikan Movie Web, 15 Agustus 2023 menjelaskan, film kultus bisa jadi tak dibela kritikus saat rilis, dan tidak diapresiasi penonton hingga loyo di tangga box office. Namun, waktu menguji hingga film ini dianggap karya klasik yang mendatangkan penggemar militan. Definisi ini tidaklah baku.

Film kultus tidak harus melempem di pasar atau “dirujak” pemerhati sinema. Merujuk pada “15 Movies That Became Surprising Cult Classics” yang diungkap Luc Haasbroek untuk Collider, edisi 29 Juli 2023, daftar tersebut menempatkan The Wizard of Oz (1939) di takhta teratas. Padahal, karya sineas Victor Flaming ini jauh dari kesan bapuk apalagi bangkrut. Meraih 5 nominasi Oscar termasuk Film Terbaik, The Wizard of Oz membawa pulang 2 piala untuk Lagu Tema dan Tata Musik Terbaik. Berdasar catatan Box Office Mojo dilihat pada Kamis (31/8/2023), film berbiaya produksi 2 jutaan dolar AS ini membawa pulang pendapatan kotor 25 jutaan dolar AS dari seluruh dunia. Angka ini jelas tidak buruk di eranya.

“(Memang) ada banyak perbedaan pendapat mengenai apa sebenarnya yang dimaksud film kultus, tapi satu hal yang disepakati sebagian besar orang: Film tersebut setidaknya harus punya basis penggemar setia yang bersemangat,” Luc Haasbroek mencatat.

Wawancara Showbiz dengan kolektor sekaligus krtikus film, Daniel Irawan, menjelaskan, cult movie secara sederhana adalah film yang dipuja sekelompok orang. Biasanya bukan berasal dari arus mainstream. Semula, yang disukai secara mainstream atau box office tak termasuk kategori cult movie. Karenanya, tak banyak film kultus di dunia. Di Indonesia, mencari film kultus yang sesuai definisi lebih njelimet lagi. 

“Karena film bukan ilmu pasti, pada akhirnya dicarilah yang mendekati definisi di atas. Film-film Suzanna salah satunya. Punya penggemar militan, teruji waktu,” Daniel Irawan mengulas, pada 14 Agustus 2023. Suzzanna sendiri adalah ikon, Ratu Horor Indonesia yang hingga kini belum ada ganti. Lalu, lahirlah remake atau tribute untuk menghormati dan melanggengkan sang ikon, dengan tetap setia pada “soul” tanpa menghilangkan unsur nostalgia. Tujuannya, merangkul generasi kekinian yang tidak dibesarkan bersama film-film Suzanna.

 

5 dari 6 halaman

Menjembatani Suzzanna Bertemu “Mangsa” Baru

Tidak semua film remake berhasil di pasar. Suzzanna Malam Jumat Kliwon salah satu yang sukses. Rahasianya terletak pada Suzzanna yang menitis ke Luna Maya dengan bantuan prostesis. Tak hanya memantaskan diri dari aspek fisik, Luna Maya mendekati warna vokal Suzzanna. Diwawancara Showbiz , Sabtu (29/7/2023), Luna Maya menjelaskan 4 jenis ketawa yang dipelajarinya dari sejumlah koleksi klasik film Suzzanna.  

“Dari ketawa jail, marah, puas, dan ketawa supermarah. Dari eskalasi jail, marah, dan marah banget, itu lama banget take-nya. Karena memang ada beberapa shot yang panjang banget, susah banget,” ia mengenang. Untuk mencapai 4 jenis ketawa ini, ia disampingi vocal coach, Uci untuk memahami eskalasi tawa ala sundel bolong.

Aspek lain yang membuat Suzzanna Malam Jumat Kliwon sukses, kesetiaannya pada pakem klasik. Ini bukan semata soal kezaliman, yang melahirkan balas dendam berlumur darah lalu ditutup adegan polisi moral baca ayat. Ini soal bagaimana hantu membumi, dilihat orang kaya hingga merakyat bersama hansip, tukang satai, soto, dan bakso.

Dalam Malam Jumat Kliwon versi klasik, kita melihat Dorman dan Bokir yang jadi bulan-bulanan hantu, karena berlagak menangkap sundel bolong hingga perkara rebutan singkong. Versi 2023 mengadopsi kegilaan ini. Singkong diganti mi instan. Hanya esensi menangkap setan yang dipertahankan.

Namun, mengandalkan nostalgia saja tak cukup. Mengingat Lagi-lagi Ateng (2019) dan dwilogi Benyamin Biang Kerok (2019) yang memasang the one and only Reza Rahadian gagal di pasar. Kegagalan film remake sebagian besar karena tak ada jembatan yang menghubungkan versi klasik dengan generasi muda. 

Dulu, sebelum industri televisi mengenal sinetron stripping dan FTV menjadi produk generik berjudul aneh-aneh, film klasik Suzzanna kerap diputar ulang di layar gelas. Kehadirannya selalu dinanti penonton lintas usia. Yang tua menjadikannya bahan kangen-kangenan. Di sisi lain, film ini merangkul segmen baru yakni anak-anak yang belum lahir saat Suzzanna bergentayangan di bioskop. “Nanti siang ada film Suzzanna, lo!” begitu orang mengabari temannya. Perkara, film yang tayang menampilkan sang aktris sebagai Sundel Bolong, Nyi Blorong, Bu Lurah Lestari yang disantet lawan politiknya dalam Ajian Ratu Laut Kidul (1991), itu urusan nanti. Pokoknya ada film Suzzanna. Titik.

Ini seperti Warkop DKI. Anda yang dibesarkan di dekade 1990-an pasti mengamini bahwa libur tahun ajaran baru, Lebaran, atau Nataru tidak “sah” tanpa ritual menonton film Warkop di TV. Biasanya, orang menceletuk, “Besok ada film Dono!” Perkara yang ditayangkan Lupa Aturan Main, Depan Bisa Belakang Bisa, atau IQ Jongkok, bodo amat. Pokoknya ada film Dono. Kalau ada Dono, pasti sepaket dengan Kasino, Indro, dan dua-tiga cewek cantik.

Saya mencatat, film jadul Suzzanna masih tayang ulang di layar kaca hingga Mei dan Juni 2023 (dengan sensor ketat, tentunya). Penayangan film klasik Suzzanna di TV ini memungkinkan Ratu Horor bertemu “mangsa” baru yakni generasi 1990-an yang hanya kebagian film Indonesia esek-esek di bioskop. Juga, mereka yang lahir di awal milenium baru. Jadi tak perlu kaget jika Sang Ratu Horor yang menitis ke Luna Maya memantik ledakan besar di bioskop.

 

6 dari 6 halaman

Dan Pengultusan Pun Berlanjut…

Luna Maya telah dua kali mencetak box office lewat karakter Sundel Bolong dalam kisah berbeda. Ini mengukuhkan posisinya sebagai ratu box office genre horor masa kini. Sebelumnya bersama Hitmaker Studios, Luna Maya membintang The Doll 2 dan Sabrina yang masing-masing meraup sejutaan penonton. Luna Maya tak akan pernah jadi Suzzanna. Ini diakuinya. Suzzanna tetaplah Suzzanna. Luna Maya akan menjadi legenda di jalannya sendiri.

Masih segar di ingatan saya, Februari 2012, film Rumah Bekas Kuburan mengklaim bintang utamanya, Julia Perez sebagai “Titisan Suzanna.” Sayang, film ini melempem di pasar dengan jumlah penonton tak sampai 500 ribu. Perkara “titisan” ini sebenarnya seperti gelar diva dalam industri musik. Tahun 2002, beredar kabar Titi DJ dan Krisdayanti berebut gelar diva. Ini terjadi setelah KD sukses menjual album Mencintaimu (Warner Music, 2000) 400 ribu kaset. Sementara Titi DJ menjelma Sang Dewi dalam album Menyanyikan Kembali (Aquarius Musikindo, 2001) dan diganjar platinum (terjual lebih dari 200 ribu kaset). Kepada jurnalis, Krisdayanti berujar, seorang penyanyi tidak bisa mengklaim diri sebagai diva karena gelar itu pemberian masyarakat.

Kini, lewat Suzzanna Malam Jumat Kliwon versi 2023 (dan sebelumnya Bernapas Dalam Kubur yang ditonton lebih dari 3,3 juta orang), publik mulai mengidentikan Luna Maya sebagai Mbak Suzie versi kekinian. Tampaknya, Suzzanna telah menitis ke Luna Maya.

Dan pengultusan Suzzanna sebagai Ratu Horor Indonesia pun akan terus berlanjut. Mengingat, Soraya Intercine Film masih punya banyak warisan Suzzanna untuk “dimutakhirkan” bersama Luna Maya di antaranya: Santet II Wanita Harimau, Telaga Angker, Ajian Ratu Laut Kidul, hingga Perjanjian di Malam Keramat. Pertanyaan lain yang kemudian muncul, sampai kapan film Indonesia mengandalkan mesin nostalgia, remake, dan intellectual property? Lagi-lagi, berlaku hukum klasik: selama permintaan masih tinggi, selama itu pula mesin nostalgia diproduksi.

 

 

Pemain: Luna Maya, Achmad Megantara, Tyo Pakusadewo, Sally Marcelina, Taskya Namya, Adi Bing Slamet, Opie Kumis

Produser: Sunil Soraya

Sutradara: Guntur Soeharjanto

Penulis: Ferry Lesmana, Sunil Soraya, Tumpal Tampubolon

Produksi: Soraya Intercine Film

Durasi: 132 menit

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat