uefau17.com

Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi Beli 150 Ribu Saham BMRI, Segini Nilainya - Saham

, Jakarta - Direktur Utama PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) Darmawan Junaidi menambah kepemilikan saham BMRI pada akhir Mei 2024.

Mengutip keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), 7 Juni 2024 ditulis Senin (10/6/2024), Darmawan Junaidi memebli 150.000 saham BMRI dengan harga Rp 5.900 per saham pada 27 Mei 2024. Nilai pembelian saham BMRI itu sekitar Rp 885 juta.

"Tujuan transaksi investasi dengan status kepemilikan langsung,” tulis Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi dalam keterbukaan informasi BEI.

Setelah pembelian saham BMRI, Darmawan memiliki 10.984.200 saham atau 0,11 persen dari sebelumnya 10.834.200 saham BMRI.

Selain itu, Komisaris Bank Mandiri Tedi Bharat juga melakukan transaksi jual beli saham BMRI. Pada 16 April 2024, ia menjual 42.600 saham Bank Mandiri dengan rata-rata harga Rp 6.575 per saham. Dengan demikian, nilai penjualan saham sebesar Rp 280,09 juta. Usai penjualan saham itu, Tedi memiliki 200 saham BMRI.

Pada 29 April 2024, Tedi Bharat membeli 43.400 saham BMRI dengan harga Rp 6.862,50. Nilai pembelian saham BMRI itu sekitar Rp 297,83 juta. Setelah transaksi pembelian, Tedi memiliki 43.600 saham BMRI.

Aksi beli tersebut pun berlanjut pada 6 Mei 2024. Tedi membeli 3.600 saham dengan harga Rp 6.331,25. Nilai pembelian saham itu sebesar Rp 22,79 juta.Adapun tujuan transaksi ini untuk investasi dengan status kepemilikan langsung.

Pada perdagangan saham BMRI sesi pertama, 10 Juni 2024, harga saham BMRI stagnan di posisi Rp 6.275 per saham. Saham BMRI dibuka di posisi Rp 6.275 per saham. Harga saham BMRI berada di level tertinggi Rp 6.350 dan level terendah Rp 6.200 per saham. Total frekuensi perdagangan 7.762 kali dengan volume perdagangan 580.791 saham. Nilai transaksi Rp 363,9 miliar.

* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Direksi Bank Mandiri Borong Saham BMRI saat Harga Turun

Sebelumnya, direksi PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) melakukan pembelian sejumlah saham BMRI pada periode 2-3 Mei 2024. Aksi beli ini dilakukan bertepatan dengan harga saham BMRI yang sedang dalam tren turun.

Merujuk data RTI, saham BMRI berada di zona merah pada perdagangan 2-3 Mei 2024. Pada Kamis, 2 Mei 2024, saham BMRi ditutup turun 8,33 persen ke posisi 6.325. Sedangkan pada 3 Mei 2024, saham BMRI ditutup turun 2,77 persen ke posisi 6.150

BMRI mampu kembali ke zona hijau pada Senin, 6 Mei 2024 dengan kenaikan 2,03 persen ke posisi 6.275. Hingga penutupan Rabu, 8 Mei 2024, saham BMRI parkir di posisi yang sama atau mengalami perubahan 0,00 persen.

Melansir keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (10/5/2024), Direktur Keuangan Bank Mandiri, Sigit Prastowo memborong 1,3 juta saham BMRI pada 2 Mei 2024. Rinciannya, sebanyak 800 ribu lembar dibeli dengan harga Rp 6.325 per saham atau total senilai Rp 5,06 miliar. Kemudian 500 ribu lembar lainnya dibeli pada harga Rp 6.350 per saham atau total senilai Rp 3,18 miliar.

Selanjutnya, Direktur Corporate Banking Bank Mandiri, Riduan melakukan pembelian saham BMRI pada 3 Mei 2024. Jumlah saham yang dibeli yakni 100 ribu lembar. Rinciannya, sebanyak 50 ribu lembar dibeli dengan harga Rp 6.175 per saham atau total senilai Rp 308,75 juta. 50 lembar lainnya dibeli dengan harga Rp 6.225 per saham atau totalnya senilai Rp 311,25 juta.

Pada hari yang sama, Direktur Informasi dan Teknologi Bank Mandiri, Timothy Utama memborong 150 ribu saham BMRI dengan harga Rp 6.250 per saham. Dengan demikian, Timothy merogoh kocek Rp 937,5 juta dalam aksi ini.

 

 

3 dari 4 halaman

Rapor Kinerja Bank Besar Kuartal I-2024, Siapa Paling Moncer?

Bank-bank besar yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) telah mengumumkan kinerja kuartal I 2024 yang berakhir pada 31 Maret 2024. Bank-bank besar tersebut antara lain, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), dan Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI).

Dari sisi laba, BCA mencatatkan pertumbuhan tertinggi yakni 11,7 persen yoy menjadi Rp 12,9 triliun pada kuartal I 2024. Pertumbuhan laba BCA jauh meninggalkan bank-bank besar lainnya yang tumbuh di kisaran 1-2 persen pada periode yang sama.

BRI membukukan laba Rp 15,98 triliun atau naik 2,45 persen. Disusul BNI dengan kenaikan laba 2 persen menjadi Rp 5,33 triliun. Sementara pertumbuhan laba Bank Mandiri paling tipis yakni 1,13 persen menjadi Rp 12,7 triliun pada kuartal I 2024.

Penyaluran KreditDari sisi penyaluran kredit, Bank Mandiri mencatatkan pertumbuhan paling tinggi yakni 19,1 persen atau mencapai Rp 1.435 triliun pada kuartal I 2023. Disusul BCA dengan pertumbuhan 17,1 triliun mencapai Rp 835,7 triliun pada periode yang sama.

Kredit BRI tumbuh 10,89 persen mencapai Rp 1.308,65 triliun pada kuartal I 2024. Sementar ayang lain tumbuh double digit, kredit BNI tumbuh single digit atau sebesar 9,6 persen mencapai Rp 695,16 triliun pada periode yang sama.

 

4 dari 4 halaman

Himpun Dana

Di sisi pendanaan, total dana pihak ketiga (DPK) konsolidasi Bank Mandiri tumbuh 13 persen menjadi Rp 1.572 triliun di akhir kuartal I 2024. Pertumbuhan ini didorong oleh tabungan yang naik 10,6 persen YoY menjadi Rp 607 triliun secara konsolidasi.

Selanjutnya, BRI berhasil menghimpun DPK sebesar Rp 1.416,21 triliun atau tumbuh 12,80 persen yoy hingga akhir Maret 2024. Dana murah masih mendominasi portofolio simpanan dengan pertumbuhan 7,80 persen secara yoy.

DPK BCA naik 7,9 persen menyentuh Rp 1.121 triliun per Maret 2024. Dana giro dan tabungan (CASA) tumbuh sekitar 7,3 persen mencapai Rp 904,5 triliun.

Terakhir, DPK BNI pada kuartal I 2024 mencapai Rp 780,23 triliun atau tumbuh 4,9 persen. Kontribusi dana murah masih mendominasi sebesar Rp 543,50 triliun atau 69,66 persen dari total DPK.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat