uefau17.com

Antisipasi Suku Bunga The Fed Turun, Sektor Saham Ini Berpotensi Cuan - Saham

, Jakarta - Bank Sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve (the Fed) mempertahankan suku bunga untuk ketiga kalinya berturut-turut dalam pertemuan yang berakhir pada Rabu, 13 Desember 2023.

The Fed juga bersiap memangkas suku bunga pada 2024 dan seterusnya. Kabar ini menjadi sinyal positif untuk sejumlah sektor saham yang tertekan sepanjang suku bunga melambung.

Secara umum, Pengamat Pasar Modal, Lanjar Nafi menilai persepsi arah suku bunga yang bergerak lebih rendah menjadi sentimen positif untuk sektor. Sebab, biaya untuk melakukan ekspansi dalam konteks pembiayaan modal menjadi relatif lebih rendah, baik berupa pinjaman ke bank ataupun penerbitan obligasi.

"Sektor keuangan diuntungkan suku bunga yang lebih rendah dapat meningkatkan pinjaman konsumen dan aktivitas pinjaman perusahaan, yang dapat menguntungkan bagi institusi keuangan seperti bank," kata Lanjar kepada , Jumat (15/12/2023).

Sektor selanjutnya yang diramal bakal cuan yakni properti. Dengan suku bunga yang lebih rendah cenderung mendukung sektor properti dan real estat, karena dapat mendorong aktivitas pembelian rumah dan investasi properti. Lalu ada sektor teknologi, yang terpukul cukup dalam saat suku bunga acuan The Fed naik.

"Beberapa perusahaan di sektor teknologi dan inovasi dapat merasakan dampak positif, terutama jika suku bunga yang lebih rendah mendorong pengeluaran perusahaan untuk investasi dan pengembangan menjadi lebih murah," imbuh Lanjar. Selanjutnya, ada sektor konsumer.

Menurut Lanjar, suku bunga yang lebih rendah akan berimbas pada pertumbuhan ekonomi yang lebih baik dapat meningkatkan daya beli sehingga pada akhirnya sector konsumer turut diuntungkan.

Senada, Head of Research Team Mirae Asset Sekuritas Indonesia Robertus Hardy dalam risetnya menilai sektor teknologi digital akan menjadi salah satu sektor yang prospektif tahun depan.

Hal itu seiring dengan kemampuan pelaku industrinya menutup kerugian ketika daya beli masyarakat diprediksi meningkat sehingga memicu gencarnya pembelian barang.

"Sektor teknologi digital akan menjadi salah satu sektor yang prospektif tahun depan, bersama dengan sektor perbankan, telekomunikasi, otomotif, logistik, dan sektor lain yang terkait dengan konsumsi.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

The Fed Beri Sinyal Pangkas Suku Bunga, Bagaimana Dampaknya ke Pasar Modal RI?

Sebelumnya diberitakan, Bank Sentral Amerika Serikat (AS), The Fed mempertahankan suku bunga pada pertemuan ketiga secara berturut-turut. The Fed memberikan sinyal paling jelas trend kenaikan suku bunga agresif mungkin telah selesai.

Kondisi tersebut meningkatkan spekulasi pasar mengenai serangkaian pemangkasan suku bunga pada tahun depan sebagai pelonggaran kebijakan di tengah ancaman merosotnya perekonomian AS.

Pengamat Pasar Modal, Lanjar Nafi mencermati sikap yang lebih dovish pada kebijakan moneter dalam konteks ini adalah suku bunga Amerika, menyebabkan penurunan minat akan USD secara global. Terlihat pada dolar indeks yang merosot dan menjadi sentimen positif dalam terapresiasinya secara signifikan nilai tukar rupiah terhadap USD.

"Tentu hal ini menjadi suatu hal yang positif untuk pasar modal. Selain itu Langkah the Fed juga akan membawa Langkah serupa untuk Bank Indonesia yakni memangkas suku bunga," kata dia kepada , Kamis (14/12/2023).

Spekulasi arah suku bunga yang lebih rendah akan menguntungkan bagi pertumbuhan ekonomi dan para pelaku bisnis. Lanjar mengatakan pelaku bisnis atau usaha dapat mengembangkan bisnis lebih agresif dengan biaya bunga yang relatif lebih rendah.

"Imbas untuk pasar obligasi pun positif. Pemotongan suku bunga cenderung membuat obligasi yang ada lebih menarik, karena investor mencari imbal hasil yang lebih tinggi di tengah suku bunga yang lebih rendah," imbuh dia.

 

3 dari 4 halaman

Target IHSG

Economist CGS-CIMB Sekuritas Indonesia, Wisnu Trihatmojo menilai suku bunga The Fed saat ini telah mencapai puncak dan akan mengalami tren turun pada paruh kedua 2024. Berangkat dari asumsi tersebut, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada 2024 diperkirakan sentuh level 7.960.

"Kalau kita asumsikan ekonomi Amerika Serikat tahun depan softlanding dan ada penurunan suku bunga, baseline IHSG untuk 2024 akan di kisaran 7.960 dibandingkan angka (IHSG) 2023 pada level 7.250. Jadi ada peningkatan sekitar 10 persen di IHSG," kata Wisnu.

Menurut Wisnu, Kondisi demikian akan menarik investor untuk masuk pasar Indonesia mulai sekarang. Meski begitu, Wisnu juga mewanti-wanti kemungkinan sebaliknya jika The Fed mempertahankan suku bunga atau bahkan kembali mengambil kebijakan untuk menaikan suku bunga acuan.

"Karena pendorongnya kalau The Fed turunkan suku bunga, maka risiko downside adalah kebalikannya. Yaitu kalau The Fed terus mempertahankan suku buka atau amit-amit masih naikin suku bunga tahun depan. Itu akan jadi downside risk yang efeknya besar untuk pasar Indonesia," jelas Wisnu.

Sentimen kedua yang patut dicermati adalah ekspektasi perbaikan pasar China. Sebab jika kondisi pasar negeri tirai bambu itu masih koyak, akan berdampak pada ekonomi global dan potensi resesi di Amerika Serikat semakin besar. Selanjutnya, inflasi akibat harga pangan global yang terus meningkat akan berimbas negatif untuk impor Indonesia dan berdampak pada Rupiah.

4 dari 4 halaman

The Fed Beri Sinyal Bakal Pangkas Suku Bunga pada 2024

Sebelumnya diberitakan, Bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed) mempertahankan suku bunga untuk ketiga kalinya berturut-turut dalam pertemuan yang berakhir pada Rabu, 13 Desember 2023.

Di sisi lain, the Fed bersiap memangkas suku bunga pada 2024 dan seterusnya. Dengan berkurangnya inflasi dan ekonomi yang bertahan, pengambil kebijakan di the Federal Open Market Committee (FOMC) dengan suara bulan memutuskan pertahankan bunga acuan 5,25 persen-5,5 persen. Demikian mengutip dari laman CNBC, Kamis (14/12/2023).

Seiring keputusan tetap mempertahankan suku bunga, anggota komite prediksi setidaknya tiga kali penurunan suku bunga pada 2024, dengan asumsi kenaikan 25 basis poin. Jumlah itu kurang dari harga pasar, tetapi lebih agresif dari apa yang diindikasikan oleh pejabat sebelumnya.

Pasar telah antisipasi secara luas keputusan untuk tetap mempertahankan suku bunga itu yang dapat mengakhiri siklus kenaikan suku bunga sebanyak 11 kali, mendorong suku bunga the Fed ke level tertinggi lebih dari 22 tahun.

Namun, terdapat ketidakpastian mengenai seberapa ambisius FOMC melonggarkan kebijakan moneter. Di sisi lain, seiring keputusan tersebut, indeks Dow Jones melonjak lebih dari 400 poin, melampaui 37.000 untuk pertama kalinya.

Dot plot komite mengenai ekspektasi masing-masing anggota menunjukkan empat kali pemangkasan suku bunga pada 2025. Kemudian tiga kali pengurangan suku bunga pada 2026 sehingga akan menurunkan suku bunga menjadi 2-2,25 persen, mendekati perkiraan jangka panjang.

Mengutip CNN, sejumlah ekonom menuturkan, tahap terakhir perjuangan atasi inflasi akan menjadi tahap tersulit the Fed. Dalam konferensi pers, ketua the Fed Jerome Powell kembali menegaskan, kenaikan suku bunga tambahan masih mungkin dilakukan.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat