uefau17.com

497 Saham Merah Membara, IHSG Tumbang 2 Persen - Saham

, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) makin anjlok pada perdagangan sesi kedua, Kamis (5/1/2023). Indeks sektor saham kompak tertekan yang dipimpin sektor saham energi.

Mengutip data RTI, pada perdagangan Kamis, 5 Januari 2023 pukul 13.54 WIB, IHSG jatuh 2,17 persen ke posisi 6665. Indeks LQ45 terpangkas 2,22 persen ke posisi 907. Seluruh indeks acuan kompak tertekan. Pada perdagangan Kamis pekan ini, IHSG berada di level tertinggi 6.813,42 dan terendah 6.658,23. Sebanyak 497 saham melemah sehingga menekan IHSG. 94 saham menguat dan 105 saham diam di tempat.

Total frekuensi perdagangan 959.009 kali dengan volume perdagangan 16,2 miliar saham. Nilai transaksi harian Rp 9 triliun. Posisi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 15.519.

Seluruh indeks sektor saham kompak berada di zona merah. Sektor saham energi pimpin koreksi dengan turun 4,72 persen, sektor saham basic melemah 2,19 persen, sektor saham industri susut 1,97 persen, dan sektor saham nonsiklikal merosot 0,62 persen.

Selain itu, sektor saham siklikal terpangkas 1,93 persen, sektor saham kesehatan melemah 0,21 persen, sektor saham keuangan anjlok 2,19 persen, sektor saham properti terpangkas 1,09 persen, sektor saham teknologi susut 2,5 persen, sektor saham infrastruktur terpangkas 2,32 persen dan sektor saham transportasi melemah 2,1 persen.

* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Top Gainers-Losers pada 5 Januari 2023

Saham-saham yang masuk top gainers antara lain:

-Saham AMIN melonjak 34,58 persen

-Saham TMPO melonjak 30,48 persen

-Saham FMII melonjak 24,85 persen

-Saham GOLD melonjak 24,53 persen

-Saham KOIN melonjak 23,44 persen

 

Saham-saham yang masuk top losers antara lain:

-Saham RCCC melemah 9,29 persen

-Saham IDEA melemah 8,82 persen

-Saham ENRG melemah 6,99 persen

-Saham TRIS melemah 6,98 persen

-Saham MEDC melemah 6,98 persen

 

Saham-saham teraktif berdasarkan frekuensi antara lain:

-Saham RUIS tercatat 45.746 kali

-Saham BBRI tercatat 40.042 kali

-Saham DEWI tercatat 35.119 kali

-Saham BBCA tercatat 34.708 kali

-Saham BSBK tercatat 30.390 kali

 

Saham-saham teraktif berdasarkan nilai antara lain:

-Saham BBRI senilai Rp 938,2 miliar

-Saham BBCA senilai Rp 665,2 miliar

-Saham ADRO senilai Rp 548,7 miliar

-Saham ASII senilai Rp 389,4 miliar

-Saham TLKM senilai Rp 264 miliar

3 dari 4 halaman

Kata Analis

Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani menilai terdapat beberapa faktor penyebab penurunan IHSG, salah satunya top 9 saham dengan kapitalisasi terbesar mengalami koreksi pada Kamis pagi ini. Hal tersebut turut mendorong penurunan IHSG secara signifikan.

"Penurunan mayoritas saham kapitalisasi besar itu juga dipengaruhi oleh beberapa sentiment dan faktor makro ekonomi. Kalau kita lihat sejak dua hari yang lalu harga minyak seperti WTI Crude Oil anjlok cukup signifikan dan harga batu bara seperti NewCastle Coal juga menurun sejak awal tahun ini," kata Arjun saat dihubungi .

Dia menjelaskan, faktor tersebut berdampak terhadap penurunan saham energi secara rata-rata. Kemudian, kenaikan kasus COVID-19 di China menyebabkan ketidakpastian permintaan dari importir energi terbesar ini. 

"Statement terbaru dari Direktur Pelaksana IMF yang memperingatkan akan ada resesi pada tiga kawasan ekonomi besar (AS, China, Uni Eropa) dan rilis FOMC Minutes yang semakin mempertegas langkah hawkish bank sentral AS atau The Fed pada 2023 ini turut menambah sentiment negatif untuk IHSG," kata dia.

 

4 dari 4 halaman

Sentimen Lainnya

Sementara itu, Analis Jasa Utama Capital Sekuritas, Cheryl Tanuwijaya mengatakan, penurunan IHSG disebabkan oleh penurunan saham-saham energi dan perbankan dengan kapitalisasi besar, sehingga membebani kinerja IHSG. 

"Semalam rilis data ketenaga kerjaan JOLTS AS berada pada posisi 10,51juta, meski sedikit menurun (bahkan cenderung flat) dari periode sebelumnya tapi lebih tinggi dari perkiraan pasar. Hal ini kembali membuat pasar berekspektasi bahwa The Fed bisa meneruskan kebijakan moneter agresifnya dengan mengacu pasar tenaga kerja yang kuat," kata Cheryl.

Ia menjelaskan, dari China kenaikan kasus masih terus terjadi sehingga makin membuat kekhawatiran resesi global semakin nyata apalagi rilis PMI Manufaktur China, di awal pekan ini sudah menunjukan level terendahnya sejak Februari 2020 saat terjadinya lockdown. 

"Data tersebut penting karena China merupakan mitra dagang utama Indonesia dengan berbagai sentimen tersebut membuat pelaku pasar bersikap risk off terhadap pasar saham Indonesia hari ini," ujar dia.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat