uefau17.com

RUPST BNBR Rombak Susunan Pengurus, Armansyah Yamin Jadi Komisaris Utama - Saham

, Jakarta - Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) PT Bakrie and Brothers Tbk (BNBR) menyetujui perubahan susunan manajemen perseroan.

Dalam rapat tersebut, pemegang saham menyetujui pengangkatan Armansyah Yamin sebagai Komisaris Utama menggantikan Jenderal Polisi (Purn) Drs. Sutanto, serta mengangkat Raniwati Malik sebagai Komisaris Independen.

Pada jajaran Direksi, Perseroan juga menunjuk Kartini Sally sebagai Direktur. Sebelum diangkat sebagai Komisaris Utama, Armansyah Yamin telah bergabung dalam jajaran pengurus perseroan sebagai Komisaris. Sementara itu, Raniwati Malik yang dikenal sebagai ahli di bidang hukum perusahaan, sebelumnya menduduki berbagai posisi eksekutif dan Komisaris di beberapa perusahaan besar. 

Adapun Kartini Sally pernah menjabat sebagai salah satu direktur di PT Bank Mandiri Tbk (BMRI). Rapat tersebut juga membahas lebih jauh kelanjutan program-program sustainable business yang tengah digarap perseroan. Melalui PT VKTR Teknologi Mobilitas (VKTR), perseroan semakin fokus dengan proyek elektrifikasi transportasi dengan mengembangkan bus listrik untuk sarana transportasi publik.

Bahkan, perseroan berencana mengantar VKTR untuk melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 2022. Direktur Utama dan CEO Bakrie & Brothers, Anindya Bakrie mengatakan, aksi tersebut sekaligus menjadi langkah pivoting perseroan kepada sustainable business yang ditandai dengan pengembangan industri kendaraan listrik.

"Insya Allah kami akan dapat melaksanakan IPO VKTR di akhir tahun 2022. Dengan langkah ini, diharapkan valuasi VKTR bisa tumbuh pesat dan potensi pengembangan perusahaan ini menjadi terbuka lebih luas lagi,” kata Anin dalam keterangan resmi, Kamis, 21 Juli 2022.

 

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Bakal Bawa IPO VKTR Teknologi Mobilitas pada Akhir 2022

Sebelumnya, sejumlah perusahaan rupanya tengah bersiap mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia. Teranyar, PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) mengumumkan rencana untuk mengantarkan anak usahanya, PT VKTR Teknologi Mobilitas (VKTR) untuk melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Direktur Utama dan CEO Bakrie & Brothers, Anindya Bakrie mengatakan, aksi tersebut sekaligus menjadi langkah pivoting perseroan kepada sustainable business yang ditandai dengan pengembangan industri kendaraan listrik.

"Insya Allah kami akan dapat melaksanakan IPO VKTR di akhir tahun 2022. Dengan langkah ini, diharapkan valuasi VKTR bisa tumbuh pesat dan potensi pengembangan perusahaan ini menjadi terbuka lebih luas lagi,” kata Anin dalam keterangan resmi, Kamis (21/7/2022).

Melalui VKTR, perseroan semakin fokus dengan proyek elektrifikasi transportasi dengan mengembangkan bus listrik untuk sarana transportasi publik.

Pada awal tahun ini, sebanyak 30 unit bus listrik dari BYD-VKTR telah beroperasi di Jakarta sebagai bagian dari armada operasional Trans Jakarta. Anin menambahkan, saat ini VKTR tengah memacu kerja sama dengan banyak pihak, sebagai salah satu strategi perseroan untuk membangun ekosistem industri elektrifikasi yang lengkap dan kuat dari hulu hingga hilir.

"Selain dengan BYD Auto dan perusahaan karoseri lokal Tri Sakti, melalui VKTR, kami telah berinvestasi dan bekerjasama dengan perusahaan teknologi retrofit dan heavy mobility dari Inggris Equipmake dan produsen baterai ramah lingkungan BritishVolt, juga asal Inggris,” imbuh Anin.

Di sisi lain, VKTR juga baru-baru ini telah menandatangani kesepakatan dengan beberapa perusahaan pemasok bahan baku baterai, termasuk perusahaan daerah.

 

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

3 dari 4 halaman

Tambang Nikel Sulteng Pasok Nikel

Sebelumnya, PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) melalui entitas anak PT VKTR Teknologi Mobilitas (VKTR) menyepakati kerja sama dengan PT Tambang Nikel Sulteng (TNS) dalam upaya penyediaan pasokan bijih nikel.

Kesepakatan kerja sama ini dituangkan dalam Nota Kesepahaman (MoU) yang ditandatangani oleh Direktur Utama VKTR Gilarsi W. Setijono dan Direktur Utama TNS Ronny Tanusaputra, di Palu, Sulawesi Tengah, Selasa, 19 Juli 2022.

Sesuai dengan baleid tersebut, TNS akan menyediakan pasokan bijih nikel yang diperoleh dari proses penambangan yang ramah lingkungan kepada VKTR.

Bijih nikel tersebut akan diolah oleh perusahaan patungan (joint venture company) antara VKTR dan pihak lain. Adapun, TNS nantinya juga diberikan peluang untuk memiliki saham di dalam perusahaan patungan tersebut.

"Saat ini VKTR terus berupaya untuk mengambil peran dalam pengembangan ekosistem kendaraan listrik di Tanah Air, mengingat Indonesia memiliki cadangan bijih nikel sebanyak 25 persen dari seluruh cadangan dunia," kata Gilarsi dalam keterangan resmi, Rabu, 20 Juli 2022.

 

 

4 dari 4 halaman

Hilirisasi Industri Nikel

Gilarsi menambahkan, hilirisasi industri nikel bisa menjadikan Indonesia pemain utama dalam bidang produksi baterai lithium. Hilirisasi ini tentunya akan meningkatkan nilai tambah ekonomi secara signifikan. Pada 2022, pemerintah menargetkan produksi olahan nikel tembus di angka 2,58 juta ton.

Menurut Gilarsi, target itu bakal ditopang lewat produksi Feronikel sebesar 1,66 juta ton, Nickel Pig Iron 831.000 ton, dan Nickel Matte 82.900 ton.

"Kita berharap, dalam lima tahun ke depan produksi nikel dalam negeri bisa terus meningkat secara sustainable mengingat melimpahnya cadangan nikel di Indonesia,” kata dia.

Adapun umur cadangan bijih nikel Indonesia dapat mencapai 73 tahun untuk jenis bijih nikel kadar rendah di bawah 1,5 persen atau bijih nikel limonit. Asumsi umur cadangan tersebut berasal dari jumlah cadangan bijih nikel limonit mencapai 1,7 miliar ton dan kebutuhan kapasitas pengolahan di dalam negeri sebesar 24 juta ton per tahun.

Sementara untuk bijih nikel kadar tinggi di atas 1,5 persen atau nikel saprolit, umur cadangannya disebutkan hanya cukup untuk sekitar 27 tahun ke depan.

Hitungan ini berdasarkan asumsi jumlah bijih saprolit sebesar 2,6 miliar ton dan kapasitas kebutuhan biji untuk smelter dalam negeri mencapai 95,5 juta ton per tahun.

"Dengan kecukupan cadangan nikel di Tanah Air, serta dukungan policy yang pro terhadap sustainable industry, kita semua optimis Indonesia akan bisa menjadi pemain global yang dominan ke depannya,” tutur Gilarsi.

 

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat