, Purbalingga – Sekitar 32 kilometer arah timur laut pusat Kota Purbalingga, Jawa Tengah, kerap terlihat elang jawa (Nisaetus bartelsii) mengepak kabut. Sesekali sayapnya membentang diam, kepala menunduk, mata tajamnya mengawasi gerak-gerik mencurigakan di daratan.
Terekam di penglihatannya tebing-tebing curam tinggi menjulang. Tebing itu berperan sebagai benteng belantara hutan heterogen. Jauh di dasar tebing, sungai-sungai hulu berkelok mengikuti topografi perbukitan Zona Serayu Utara dari Dieng, Banjarnegara, hingga kaki Gunung Slamet, Purbalingga.
Elang itu menukik tajam, menyambar burung kecil yang tengah melintas. Dibawanya burung itu ke dahan pohon Rasamala, pohon tertinggi yang biasa tumbuh di kawasan hutan.
Advertisement
Selain elang, owa jawa (Hylobates moloch) yang masuk kategori kritis juga tinggal bersama di Perbukitan Siregol barat jalan Desa Kramat–Sirau, Kecamatan Karangmoncol.
Baca Juga
Tak jauh dari sana, kawanan lutung jawa (Trachypitechus auratus) dan Surili (Presbytis comata) menunggu waktu untuk turun ke Sungai Tambra. Sesekali mereka naik ke pinggir jalan raya, bahkan kerap juga menyeberang ke bukit sisi timur jalan.
Ya, habitat satwa itu benar-benar berada sekitar 200 meter dari tepi jalan. Beruntung bagi mereka, jurang Sungai Tambra dan tebing-tebing tinggi membatasi gerak manusia merambah hutan.
Hutan heterogen perbukitan Siregol haruslah dijaga, tidak ada perburuan dan deforestasi. Owa membutuhkan lahan jelajah yang luas, sehingga fragmentasi habitat yang mengancam kelestariannya juga harus dihindari.
Bertahun-tahun hanya mengandalkan perlindungan alami, pada 2016 masyarakat desa Kramat dan pencinta alam mulai bergerak. Digawangi Muhammad Faiz dan Perhimpunan Pegiat Alam Ganesha Muda (PPA Gasda) mereka secara konsisten menyerukan konservasi Perbukitan Siregol.
Saksikan video pilihan berikut ini:
* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Pejuang Surga Satwa
Faiz, ayah dua anak itu kini lumayan terkenal. Wajahnya pada April 2018, kerap terlihat di layar SCTV. Aji Wisnu Santosa dan kawan-kawannya dari Jas-jes Cinema-lah yang mengirimkan video dokumenter kiprah Faiz dengan judul "Pejuang Surga Satwa yang Terabaikan" untuk bersaing di Liputan6 Awards 2018, Local Heroes Competition.
Video berdurasi 3 menit 52 detik itu merekam adegan demi adegan tentang pemuda yang mengabdikan dirinya berjuang mendirikan wilayah konservasi. Pukul 05.30 WIB, Faiz dan pemuda lain berangkat ke lokasi pengamatan.
Dengan kamera seadanya, mereka mendapatkan beragam foto dan video dari ratusan satwa langka dilindungi. Perilaku sehari-hari, jenis, jumlah satwa, dan identifikasi pakan alami juga tak luput dicatat.
"Hampir setiap hari kami melakukan pengamatan satwa. Selain itu, dilakukan pembersihan sampah di area konservasi dan patroli perburuan liar," ujarnya, Rabu, 25 April 2018.
Dari pengamatan Faiz, di sana terdapat owa jawa (Hylobates moloch), lutung jawa (Trachypitechus auratus), elang jawa (Nisaetus bartelsii), surili (Presbytis comata), binturong (Arctictis binturong), dan monyet ekor panjang (Macaca fascicularis).
Selanjutnya, masih dijumpai julang emas (Rhyticeros undulatus), kukang jawa (Nycticebus javanicus), bajing jelarang (Ratufa bicolor), bubut besar (Centropus sinensis), dan beraneka ragam kupu-kupu serta capung. Bahkan, ditengarai masih ada macan kumbang (Panthera pardus) di kawasan tersebut.
"Beberapa tahun yang lalu, warga masih sering menjumpai macan, tapi sekarang belum terdengar lagi kabar itu," katanya.
Khusus untuk owa jawa, dia telah memetakan berapa keluarga owa yang tinggal di Siregol, peta teritori, luas jelajah, dan kerapatan habitatnya. Karena perbukitan dipenuhi tebing curam, metode line transect muskil dilakukan.
Sebagai gantinya, Faiz menggunakan metode survei Vocal Count, yakni menentukan jumlah kerapatan dengan rumus trigonometri melalui suara owa. Dia mempelajari metode survei primata, dari seminar yang diselenggarakan oleh Swara Owa di Sokokembang, Pekalongan.
"Berdasar Vocal Count, kerapatan grup owa jawa pada Maret 2018 terbanyak 9,2 grup per kilometer persegi," katanya.
Sementara, saat observasi langsung dari titik pengataman jalan Kramat-Sirau terdapat 31 kelompok owa jawa dengan masing-masing keluarga 3-5 ekor. Faiz melihat banyak keluarga lain dalam jarak pandang 800-1.000 meter, tetapi terbentur dengan peralatan yang kurang memadai.
Advertisement
Upaya Peningkatan Status Siregol
Perbukitan Siregol merupakan area hutan lindung pangkuan Resort Pemangku Hutan Picung, Perum Perhutani Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) Banyumas Timur seluas 2.466 hektare. Kawasan tersebut berbatasan langsung dengan Desa Kramat, Desa Sirau, Kecamatan Karangmoncol dan Desa Langkap, Kecamatan Kertanegara.
Keunikan Siregol dengan owa jawa sebagai maskotnya telah menarik minat lembaga swadaya masyarakat, perguruan tinggi dan pegiat lingkungan untuk meneliti lebih jauh. PPA Gasda secara khusus mengedukasi dan mendampingi masyarakat di sekitar hutan sejak dua tahun lalu.
"Kami tidak ingin fungsi konservasi dari kawasan tersebut berkurang atau bahkan hilang," ujar Ketua Harian PPA Gasda Taufik Katamso.
Salah satu kegiatan yang pernah diselenggarakan adalah Siregol Primate Watching, dengan kegiatan Pengamatan bersama dan diskusi pada 25-26 November 2017. Kegiatan tersebut dihadiri sejumlah pihak termasuk BKSDA Jateng, Biodiversity Society, Bird Watching, Bioexplorer Unsoed, Perhutani KPH Banyumas Timur, Swara Owa, dan KP3 Primata Fakultas Kehutanan UGM.
"Peserta sekitar 45 orang. Dari sana, dukungan untuk menetapkan Siregol sebagai kawasan konservasi mengalir deras," kata Taufik yang juga Ketua Forum Pengurangan Risiko Bencana.
Beberapa waktu setelah pertemuan, Pemdes bersama masyarakat menetapkan peraturan yang memuat pelarangan berburu, memasuki hutan, dan membuang sampah di kawasan konservasi. Mereka berharap peraturan itu juga diterapkan desa-desa lain di sekitar Siregol.
Alumnus Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, Gunanto Eko Saputro mengatakan, kawasan Siregol merupakan benteng terakhir hutan yang masih alami di Kabupaten Purbalingga. Mutiara hijau itu perlu segera ditetapkan sebagai kawasan konservasi, bentuknya bisa dengan Kawasan Ekosistem Esensial (KEE).
Saat ini, PPA Gasda, LMDH dan Podarwis Desa Kramat tengah melakukan kajian akademik keragaman hayati, kondisi biofisik, dan rencana konservasi kawasan Siregol. Kajian itu nantinya sebagai langkah awal pengusulan KEE kepada Pemkab Purbalingga, Perum Perhutani, dan Kementerian Kehutanan.
"Hutan di koridor Siregol memiliki keanekaragaman tumbuhan dan satwa langka dilindungi, sehingga perlu dipayungi regulasi yang lebih ketat," ujarnya yang juga angota PPA Gasda.
Sigotak, Narasi Konservasi
Salah satu pihak yang memberi saran dan turut mewarnai arah perkembangan Siregol ialah Irwan Fakhruddin, dosen di Program KKI Komunikasi FISIP UI sekaligus creative director di Probindo. Beberapa kali, dia dan keluarganya menjajaki Desa Kramat untuk mencari jalan terbaik pengembangan wisata.
Berkali-kali mengamati dan berdiskusi dengan warga Desa Kramat dan PPA Gasda, tagline terbaik diambil ”Sigotak, Narasi Konservasi”. Sigotak diambil dari nama dua bukit, yakni Siregol dan Argo Botak yang menjadi pusat koloni satwa-satwa langka itu.
"Narasi konservasi adalah cara pandang, tekad dan ajakan tiada henti untuk merasakan pengalaman memberi dan menerima dari alam," ujarnya yang juga konsultan Branding Wonderful Indonesia.
Menurutnya, warga keramat sudah memiliki pandangan jauh ke depan. Mereka tidak serta-merta gagap mendirikan wisata artifisial di desa yang hanya menjadikan lanskap Siregol sebagai latar foto.
Dalam pandangannya, di Purbalingga banyak desa wisata kehilangan karakter karena bertujuan menarik massa sebanyak mungkin. Padahal, para pelancong tidak ingin hanya sekadar swafoto, tapi juga merasakan pengalaman batin yang akan terus dikenang.
Wisatawan bisa merasakan menginap di rumah warga, merasakan kehidupan khas desa dengan bertani, memasak gula kelapa, membuat ketupat, menyantap masakan lokal dan belajar kesenian khas lokal. Tentu saja, kegiatan pengamatan satwa, dan konservasi menjadi tajuk utama wisata Desa Kramat.
"Seperti anak saya, dia tahu pandai besi dari YouTube. Tetapi dengan langsung ke pandai besi, dia merasakan pengalaman batin yang nantinya bisa diceritakan ke teman-temannya," ujarnya.
Kades Kramat, Suwarso mengatakan, meski berlandaskan wisata minat khusus, tetapi jika pengamatan dilakukan sampai tiga hari, masyarakat bisa mendulang rupiah melalui penginapan dan makanan, kemudian wisata budaya, sosial, dan ekonomi.
Peran penting warga di wisata tersebut ialah bagaimana wisatawan betah berlama-lama di Desa Kramat. Kesemua hal itu perlu ditempuh, sebab berkaca dari grafik wisata mass tourism yang berbasis selfie deck polanya seperti gunung, naik memuncak kemudian terjun bebas.
"Tetapi untuk wisata konservasi, grafiknya terus naik," katanya.
Dengan penerapan narasi konservasi nantinya, dia berharap Desa Kramat mendapatkan kemajuan yang berlandaskan karakter asli dan kearifan lokal. Majunya desa, menurut dia, tidak sebatas infrastruktur, tetapi majunya peradaban dengan akhlak baik yang memanusiakan manusia dan memuliakan alam.
Terkini Lainnya
38 Jenis Burung Langka di Hutan Damarwulan
Kabar Terkini Sepasang Elang Jawa yang Dilepas Jokowi Bulan Lalu
Cerita Penyelamatan Elang Laut dan Owa yang Dijual di Facebook
Pejuang Surga Satwa
Upaya Peningkatan Status Siregol
Sigotak, Narasi Konservasi
owa jawa
Elang Jawa Langka
Siregol
Purbalingga
Rekomendasi
Megahnya Masjid Muhammad Cheng Hoo Purbalingga yang Kental dengan Ornamen Oriental
Begal Motor Sadis di Watukumpul Pemalang Ditangkap di Purbalingga, Salah Satunya sedang Ngopi
Copa America 2024
Jadwal Lengkap Copa America 2024, Hasil, Klasemen Grup A, B, C, D Cek di Sini
Prediksi Copa America 2024 Brasil vs Kolombia: Misi Hindari Uruguay
Hasil Copa America 2024: Uruguay Singkirkan Amerika Serikat, Panama Melenggang ke Perempat Final
Bermain Imbang Lawan Meksiko, Ekuador Lolos ke Perempat Final Copa America 2024
Hasil Copa America 2024: Drama VAR, Ekuador Lolos ke Perempat Final Singkirkan Meksiko, Venezuela Hajar Jamaika
Hasil Copa America 2024 Argentina vs Peru dan Kanada vs Cile: La Albiceleste Juara Grup, Les Rouges Dampingi ke Perempat Final
Timnas Indonesia U-16
Jadwal Lengkap, Hasil, dan Klasemen Piala AFF U-16 2024: Timnas Indonesia Bidik Gelar Ketiga
Link Siaran Langsung Vietnam vs Indonesia di Vidio: Perebutan Peringkat 3 AFF U-16 2024
Ini Penyebab Kekalahan Lawan Australia Menurut Pelatih
Timnas Indonesia Gagal Pertahankan Gelar Piala AFF U-16, Nova Arianto Tetap Beri Apresiasi
Hasil Piala AFF U-16 2024 Indonesia vs Australia: Dapat Kartu Merah dan Kebobolan 5 Gol, Garuda Nusantara Gagal ke Final
Hasil Piala AFF U-16 2024 Indonesia vs Australia: Dapat Kartu Merah, Garuda Nusantara Paksa Skor Imbang di Babak Pertama
Judi Online
Gawat! 82 Persen Pengguna Internet Terpapar Iklan Judi Online
Menko PMK Pastikan Pelaku Judi Online Dihukum Berat dan Tak Dapat Bansos
Puan Minta MKD Buka Daftar Anggota DPR yang Diduga Terlibat Judi Online
Dewan Pers Minta Kapolri-Kapolda Usut Kebakaran Rumah Wartawan di Karo
MKD: 2 Anggota DPR dan 58 Staf Terlibat Judi Online, Perputaran Uang Capai Rp 1,9 Miliar
MKD DPR Sebut Hanya 2 Anggota Dewan yang Terlibat Judi Online
Pilkada 2024
Menanti Langkah PDIP Menentukan Pilihan Sosok untuk Maju di Pilkada Jakarta
Survei: Elektabilitas Helldy Agustian Tertinggi di Pilwalkot Cilegon
KPU RI Resmi Terbitkan Peraturan Anyar soal Batasan Usia Kepala Daerah, Ini Isinya
Puan Sebut PDIP Pertimbangkan Kaesang Maju Pilkada Jateng
Hasto PDIP: Coklit Ini Penting Dalam Menjamin Hak Konstitusional Warga
PPP Sebut Pernyataan KPU soal Usia Cagub-Cawagub Bukan Hanya untuk Kaesang
TOPIK POPULER
Populer
Fakta Menarik Pulau Padar, Permata Tersembunyi di Kepulauan Komodo
Ini Penyebab Kekalahan Lawan Australia Menurut Pelatih
Hari Kelautan Nasional Diperingati Setiap 2 Juli, Berikut Sejarah dan Cara Merayakannya
Sineas Gorontalo dan Maluku Merapat, Fesbul Buka Pendaftaran untuk Seleksi Lokus 6
Mengatasi Kecemasan dalam Pribadi Introvert
Seleksi Anggota Komisi Informasi Tahun 2024-2028 Dibuka, Berminat? Simak Persyaratannya
Ada Tiket Pesawat Covid-19 di DPRD Riau, Mantan Pj Wali Kota Pekanbaru Diperiksa Polisi
Usai Wamil, Jin BTS Ambil Bagian Jadi Pembawa Obor di Olimpiade Paris 2024
2 Kasus Pembunuhan Cor di Palembang, Para Tersangka Masih Berkeliaran Bebas
Gunung Ibu Meletus Lagi, Semburkan Abu Vulkanik Setinggi 3.000 Meter
Euro 2024
Jadwal Lengkap Euro 2024, Hasil, Klasemen Grup A, B, C, D, E, F Cek di Sini
Jadwal Lengkap Euro 2024 dan Hasil Babak 16 Besar, 8 Besar, Semifinal, Final
Hasil Euro 2024: Cody Gakpo dan Donyell Malen Menyala, Belanda Sikat Rumania 3-0 untuk Tiket Perempat Final
Tonton Live Streaming Euro 2024 Rumania vs Belanda, Segera Dimulai
Link Live Streaming Euro 2024 Austria vs Turki, Rabu 3 Juli Pukul 02.00 WIB: Siapa Lolos ke 8 Besar?
Link Live Streaming Euro 2024 Rumania vs Belanda: Uji Kelayakan Koeman
Berita Terkini
Usai Masjidil Haram, Jemaah Haji Sakit Kini Difasilitasi Ziarah ke Nabawi
Mirip 'University War', Simak 5 Fakta Menarik Clash Of Champions
7 Fenomena Astronomi Juli 2024, Ada 2 Hujan Meteor
Jadwal Lengkap Euro 2024, Hasil, Klasemen Grup A, B, C, D, E, F Cek di Sini
Jadwal Lengkap Euro 2024 dan Hasil Babak 16 Besar, 8 Besar, Semifinal, Final
Hasil Euro 2024: Cody Gakpo dan Donyell Malen Menyala, Belanda Sikat Rumania 3-0 untuk Tiket Perempat Final
Jadwal Lengkap, Hasil, dan Klasemen Piala AFF U-16 2024: Timnas Indonesia Bidik Gelar Ketiga
Jadwal Lengkap Copa America 2024, Hasil, Klasemen Grup A, B, C, D Cek di Sini
Bolehkah Puasa di Tanggal 1 Muharram alias 1 Suro, Bagaimana Hukumnya?
PSI Berikan Surat Tugas Menantu Pakde Karwo Bayu Airlangga Maju Pilkada Surabaya 2024
5 Olahraga yang Tepat untuk Memulai Gaya Hidup Sehat
HEADLINE: Pemerintah Wajibkan Pencadangan Data Nasional Usai Diserang Hacker, Langkah Terlambat?
Cara Masyarakat Jambi Melestarikan Adat Istiadat dan Lingkungan Lewat Lubuk Larangan
Seleksi Anggota Komisi Informasi Tahun 2024-2028 Dibuka, Berminat? Simak Persyaratannya
Gempa Hari Ini Selasa 2 Juli 2024 Getarkan Kepulauan Tanimbar Maluku