, Bandung - Lembaga Antariksa dan Penerbangan Negara (Lapan) menyatakan tidak menutup kemungkinan Kota Bandung, Jawa Barat, mengalami peningkatan frekuensi dan intensitas badai ekstrem.
Badai ekstrem di Bandung itu dipicu semakin berkurangnya tutupan lahan yang menyebabkan ketidakseimbangan radiasi termal. Akibatnya, mendorong ketidakstabilan di atmosfer yang memicu awan terbentuk ke atas semakin tinggi dengan gaya updraft kuat.
Selain itu, topografi wilayah Bandung juga dikelilingi oleh pegunungan sehingga sirkulasi lokal angin lembah-gunung sangat dominan mengontrol curah hujan bahkan badai.
Menurut peneliti Sains Atmosfer Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer Lapan, Erma Yulihastin, tutupan lahan yang semakin berkurang di wilayah pegunungan sekitar Bandung juga dapat mengakibatkan radiasi termal di atas gunung meningkat. Akibatnya, angin lembah yang terbentuk menjadi lebih kuat pada sore hari.
"Jika faktor lokal ini berinteraksi dengan faktor gangguan cuaca dalam skala yang lebih luas, maka hal ini juga dapat mempercepat pembentukan dan pematangan awan-awan badai," kata Erma dalam keterangan tertulis kepada , di Bandung, Rabu (10/5/2017).
Erma Yulihastin mengatakan, cuaca ekstrem berupa hujan badai es yang melanda kota Bandung pada 19 April dan 3 Mei 2017, dikonfirmasi akibat terjadinya peningkatan temperatur global yang mengintensifkan peningkatan frekuensi dan intensitas hujan atau cuaca ekstrem. Dua kejadian badai es itu prosesnya hampir serupa.
Baca Juga
Advertisement
Sebelumnya, kata Erma, otoritasnya telah memprediksi badai es akan terjadi lewat tengah hari pada saat kejadian. Hal itu berdasarkan terlihatnya konvergensi kuat terjadi di sepanjang Jawa Barat bagian tengah antara angin tenggara, berkecepatan tujuh meter per detik yang bersifat lembab dan angin dari utara berkecepatan enam meter per detik yang juga lembab.
Konvergensi angin lembab tersebut bertemu dengan udara di atas Bandung dan sekitarnya yang lebih kering sehingga terbentuklah front, atau pertemuan dua jenis massa udara yang berbeda.
"Kondisi ini memicu konveksi lokal dengan updraft (gerakan vertikal udara) kuat, yang didukung oleh faktor pengangkatan oleh pegunungan, atau disebut elevated terrain, yand ada di sekeliling Bandung. Gabungan beberapa faktor tersebut telah membangkitkan badai guruh yang merusak (severe thunderstorm) karena menghasilkan hujan deras, petir, es, dan angin kencang yang diakibatkan oleh pembentukan front (gust front) beberapa hari lalu di Kota Bandung," tutur Erma.
Erma memaparkan badai yang berlangsung singkat yang berdurasi 20 - 30 menit pada 3 Mei 2017 di ibu kota Provinsi Jawa Barat itu dapat diidentifikasi sebagai badai dalam satu sel tertutup. Badai semacam itu, kata dia, dapat berkembang menjadi badai multi-sel jika bergabung dengan sel badai lainnya, sehingga dapat bertahan lebih lama dan menjangkau area yang lebih luas hingga ratusan kilometer.
Sebenarnya ujar Erma, fenomena badai guruh merupakan fenomena yang biasa terjadi di atmosfer seiring dengan pembentukan awan cumulus yang berubah menjadi awan cumulus menara atau cumulonimbus. Namun, dampak merusaknya bisa diperparah oleh perubahan iklim global yang terjadi saat ini.
Banyak penelitian yang menunjukkan, bahwa cuaca ekstrem seperti gelombang panas, badai guruh, siklon tropis, hujan torensial mengalami peningkatan frekuensi dan intensitas karena perubahan iklim tersebut.
"Para ilmuwan mempercayai bahwa perubahan iklim global berdampak secara regional hingga lokal, meskipun penelitian mengenai hal ini masih sangat sulit dikonfirmasi karena keterbatasan data pengamatan di permukaan," ungkapnya.
Kecenderungan badai yang meningkat karena perubahan iklim, Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer Lapan menyebutkan diperlukan pemantauan kondisi cuaca yang kontinyu melalui radar cuaca. Untuk saat ini, hanya radar yang dapat menggambarkan fase hidup sel badai dari pertumbuhan hingga peluruhannya.
Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer Lapan sendiri telah mengembangkan Santanu yaitu Sistem Pemantauan Hujan berbasis radar hujan yang dimodifikasi dan dikembangkan dari radar kapal sehingga berbiaya rendah.
Radar itu dapat memberikan data hujan secara kontinyu setiap 2 menit. Selain itu, Lapan juga memiliki mobile radar cuaca yang dapat berpindah-pindah tempat karena dipasang di atas bus. Diharapkan keberadaan radar-radar tersebut dapat mendukung sistem peringatan dini cuaca ekstrem.
Terkini Lainnya
Cuaca Ekstrem Landa Cilacap, 3 Petani Tersambar Petir
Badai Ekstrem 'Mengubah' Siang Menjadi Malam
Bisikan Lirih Wanita pada Suaminya Sebelum Diperkosa 4 Pria
Bandung
Badai Ekstrem
Badai Es
Rekomendasi
10 Sektor 'Lahan Basah' Investasi Kota Bandung: Ada Pariwisata, Fesyen, dan Infrastruktur
Aktivitas Kawasan Gedebage Bandung Meningkat, Alasan Pemprov Jabar Rencana Buka Kembali 2 Gerbang Tol
12 Lokasi Parkir di Festival Asia Afrika 2024 Bandung 6-7 Juli
Arief S Kartasasmita, Rektor Anyar Unpad Janji Ongkos Kuliah Bakal Terjangkau
600 Ribu Ton Sampah Hanyut ke Sungai Berujung di Laut, 4 Juta Ton Dibakar Cemari Udara
PT KA Bandung Ubah Jadwal 3 Perjalanan Kereta Api Mulai Juli 2024
Guru Besar ITB: Warga Indonesia Telan 52 Juta Partikel Mikroplastik per Bulan
3 Faktor Pemicu Kekerasan Seksual: Insting, Relasi Gender, dan Kuasa
Copa America 2024
Jadwal Lengkap Copa America 2024, Hasil, Klasemen Grup A, B, C, D Cek di Sini
Reaksi Lionel Messi Gagal Penalti di Duel Argentina Vs Ekuador
Hasil Copa America 2024: Argentina Susah Payah Tundukkan Ekuador Lewat Adu Penalti
Hasil Copa America 2024: Lionel Messi Gagal Cetak Gol, Argentina Lolos ke Semifinal Lewat Adu Penalti Singkirkan Ekuador
Saksikan Live Streaming Copa America 2024 Argentina vs Ekuador, Baru Dimulai
Ketua KPU
KPU Minta Kasus Pencabulan Hasyim Asy'ari Tidak Menyeret-nyeret Keluarga
Tak Cuma Gaji Puluhan Juta, Hasyim Asy'ari Dapat Sederet Fasilitas Ini Saat jadi Ketua KPU
Megawati Kecewa Kasus Ketua KPU Hasyim Asy'ari: Kok Begitu Ya, Pusing Saya
Infografis DKPP Pecat Ketua KPU Hasyim Asy'ari Terkait Tindak Asusila
Top 3 News: Ketua KPU Hasyim Asy'ari Beri Fasilitas Korban Asusila Apartemen di Jaksel dan Uang Perbulan
Timnas Indonesia U-16
Timnas Indonesia Rebut Perunggu Piala AFF U-16 2024, Erick Thohir: Lebih Baik di Kualifikasi Piala Asia U-17 2025
Jadwal Lengkap, Hasil, dan Klasemen Piala AFF U-16 2024: Timnas Indonesia Bidik Gelar Ketiga
Timnas U-16 Kalahkan Vietnam 5-0, Nova Arianto Minta Skuad Garuda Muda Tak Euforia
Hasil Piala AFF U-16 Vietnam vs Indonesia: Cetak 5 Gol Tanpa Balas, Garuda Nusantara Amankan Peringkat 3
Hasil Piala AFF U-16 Vietnam vs Indonesia: Cetak Gol Telat, Garuda Nusantara Unggul 2-0 di Babak Pertama
Link Live Streaming Piala AFF U-16 2024 Vietnam vs Indonesia, Sebentar Lagi Mulai di Vidio
Pilkada 2024
Faldo Maldini Pamitan ke Jokowi Sebelum Maju Pilkada Tangerang
Pilkada Sulteng 2024, PKS Beri Surat Rekomendasi untuk Pasangan Anwar-Reny
Peluang PDIP Usung Bobby Nasution di Pilgub Sumut, Puan: Belum Ada Keputusan, Tapi Bisa Jadi
Pengamat Nilai Sinyal Dukungan Gerindra Perkuat Posisi Eman Suherman Maju Pilkada Majalengka 2024
Organisasi Sayap Gerindra PP Satria Dukung Marshel Widianto Jadi Calon Wakil Wali Kota Tangsel 2024
Puan Respons Wacana Duet Anies-Andika di Pilkada Jakarta 2024: Menarik
TOPIK POPULER
Populer
Refleksi Perjalanan Wakil Ketua DPRD Blora Siswanto dalam Buku Jurnalis Liputan6.com
Pemprov Jabar Perkuat Kapasitas SDM dan Infrastruktur Guna Mengantisipasi Serangan Siber
Beraksi Puluhan Kali, Sindikat Pencuri AC di Bandar Lampung Akhirnya Mati Kutu
Projo Siap Menangkan Danny Pomanto di Pilgub Sulsel, Jokowi Tersenyum
Saat Warga Pengungsi Gunung Ruang Menjadi Pantarlih Pilkada Sulut 2024
Penyandingan Hasil Suara Pileg 2024: 10 Lembar Surat C Hasil, Hilang di KPU Kota Serang
Komunitas Padel Ini Gelar Turnamen di Jakarta
Sempat Diprotes Ormas, Festival Kuliner Nonhalal di Solo Kembali Dibuka
Euro 2024
Jadwal Lengkap Euro 2024 dan Hasil Babak 16 Besar, 8 Besar, Semifinal, Final
Jadwal Lengkap Euro 2024, Hasil, Klasemen Grup A, B, C, D, E, F Cek di Sini
Link Live Streaming Euro 2024 Spanyol vs Jerman, Sebentar Lagi Tanding
Link Live Streaming Euro 2024 Portugal vs Prancis, Sabtu 6 Juli Pukul 02.00 WIB
Link Live Streaming Euro 2024 Spanyol vs Jerman Jumat 5 Juli Pukul 23.00 WIB, Duel Raksasa di 8 Besar
Prancis Vs Portugal 8 Besar Euro 2024: Les Bleus Siap Tampil Garang
Berita Terkini
Pemkot Tangerang Siap Gelar Uji Coba Program Makan Bergizi Gratis
Polisi Gagalkan Peredaran 7.200 Botol Oli Palsu Asal Tangerang di Bandar Lampung
Ilmuwan Temukan Perubahan Iklim Buat Jamur Lebih Beracun untuk Manusia
13 Hewan Purba Tertua di Dunia yang Masih Hidup Sampai Sekarang
UAH Kisahkan Nabi Ayub AS yang Menolak Mengeluh saat Diuji Allah, Ini Hikmahnya
6 Hewan yang Berkaitan dengan Dewa-Dewi Mesir Kuno, Bahkan Menjadi Simbol
KRI Dewaruci Bersama Laskar Rempah Singgah di Tanjung Uban, Kepri
Jadwal Lengkap Euro 2024 dan Hasil Babak 16 Besar, 8 Besar, Semifinal, Final
Jadwal Lengkap Copa America 2024, Hasil, Klasemen Grup A, B, C, D Cek di Sini
Jadwal Lengkap Euro 2024, Hasil, Klasemen Grup A, B, C, D, E, F Cek di Sini
Mengenal Sumur Thor, Lubang Raksasa Misterius di Tepi Laut
Jadwal, Hasil, dan Klasemen Final Four PLN Mobile Proliga 2024: Siapa Rebut Gelar Juara?
3 Bek yang Ingin Direkrut Manchester United di Musim Panas 2024: Ada Eks Pinjaman Setan Merah
Menara Pandang Banjarmasin, Spot Wisata Komplet untuk Nikmati Pesona Kota Seribu Sungai
HEADLINE: Bursa Pilgub Sumut 2024 Kian Sengit, Bobby Nasution Bakal Lawan Edy Rahmayadi Atau Ahok?