uefau17.com

Asa Pengembangan Peran Kebaya Jadi Alat Diplomasi dan Pemersatu Bangsa - Lifestyle

, Jakarta - Kongres Wanita Indonesia (KOWANI) tidak ingin semata melestarikan eksistensi kebaya, namun juga mengembangkan perannya. Inisiasi ini diungkap seiring berlangsungnya rangkaian perayaan Hari Kebaya Nasional yang puncaknya akan diperingati pada Rabu, 24 Juli 2024.

Ketua Umum KOWANI Giwo Rubianto Woyogo mengungkap bahwa kebaya bisa jadi simbol pemersatu beragam etnis dan budaya di Indonesia. "Di peringatan perdana Hari Kebaya Nasional, kami ingin menggaungkan kembali nilai histori dan semangat perjuangan perempuan Indonesia dengan berkebaya," ucapnya saat jumpa pers di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Kamis, 6 Juni 2024.

Sebagai representasi upaya tersebut, pada 10 Juli 2024, pihaknya akan mengundang salah satu narasumber dari Global Peace Awareness sebagai speaker untuk memaparkan cara kebaya bisa jadi salah satu simbol kolaborasi dan alat perdamaian bagi seluruh perempuan. "Bukan hanya di Indonesia atau ASEAN, tapi dunia," menurut Giwo.

Asa ini dinilai kian valid dengan terus didorongnya kebaya jadi warisan budaya takbenda UNESCO. Tahun lalu, Indonesia bergabung dengan empat negara Asia Tenggara: Brunei Darussalam, Malaysia, Singapura, dan Thailand, dalam pengajuan joint nomination kebaya sebagai Warisan Budaya Takbenda UNESCO.

Kendati demikian, Indonesia juga mengajukan kebaya labuh dan kebaya kerancang dalam single nomination. Terkait itu, Giwo menyebut pihaknya fokus pada inisiasi joint nomination kebaya di peringatan bulan depan."Waktu kami hadir di (sidang) UNESCO dua tahun lalu, sudah disampaikan bahwa target kita untuk joint nomination dulu," ungkapnya pada Lifestyle usai jumpa pers.

 

* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Kebaya Jadi Simbol Kampanye Anti-kekerasan

Giwo menyambung, "Kita hilangkanlah egoisme dengan adanya joint nomination. Bersama-sama, kita sinergi, berkolaborasi untuk mewujudkan perdamaian." KOWANI sebagai anggota Asian Confederation Women Organisations (ACWO) dan anggota tetap PBB yang hadir pada bulan Maret setiap tahunnya akan memanfaatkan diplomasi kebaya untuk menyuarakan perdamaian di momen-momen ini.

Sejalan dengan itu, dorongan memakai kebaya juga disatukan dengan kampanye anti-kekerasan yang disuarakan di kampus-kampus. "Ini kami bekerja sama dengan KemenPPPA (Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak)," sebut Giwo. "Jadi, tagline-nya, 'Bangga Berkebaya Tanpa Kekerasan.'"

Ia mengungkap, "Kami sudah lakukan (edukasi perihal kebaya) di salah satu universitas swasta di Jakarta Utara." Sebagai langkah awal, mereka akan melanjutkan gerakan ini di sejumah kampus swasta nasional maupun universitas negeri di Jakarta.

Bertajuk "Lestarikan Budaya dengan Bangga Berkebaya," KOWANI siap menggelar perayaan perdana Hari Kebaya Nasional tahun ini. Giwo menyebut perwujudannya merupakan bagian dari tanggung jawab pihaknya sebagai ibu bangsa.

3 dari 4 halaman

Kapan Peringatan Hari Kebaya Nasional?

"Penetapan Hari Kebaya Nasional (setiap 24 Juli) itu merujuk pada tanggal diselenggarakannnya Kongres Wanita Indonesia X yang saat itu dihadiri presiden pertama RI, Ir. Soekarno," kata Ketum KOWANI saat jumpa pers di bilangan Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (6/6/2024). "Saat itu, Presiden Soekarno menyampaikan peran perempuan sangat penting dalam pembangunan."

Membangkitkan semangat itu, Giwo menyebut bahwa rangkaian peringatan Hari Kebaya Nasional, yang ditetapkan melalui Keputusan Presiden Nomor 19 Tahun 2023, tidak semata mengajak berkebaya. Sederet agendanya bermaksud membahas makna mendalam busana tradisional tersebut.

Sebelum perayaan puncak yang dijadwalkan berlangsung di Istora Senayan Jakarta, bulan depan, KOWANI telah memulai berbagai side event dalam rangkaian peringatan Hari Kebaya Nasional. Pada 10 Mei 2024, mereka sudah menyelenggarakan webinar "Aku dan Kebaya." "Talkshow dan parade kebaya juga sudah diselenggarakan pada 28 Mei 2024," imbuh Giwo.

Di puncak perayaan Hari Kebaya Nasional, Giwo mengatakan, akan ada pameran budaya hasil kreasi para perempuan. "Di antaranya ada pelukis dan perempuan difabel pembuat kebaya. Segala aktivasinya akan berhubungan dengan kebaya," sebutnya.

4 dari 4 halaman

Selasa Berkebaya

Di samping, ada KOWANI Expo yang mememerkan ragam karya UMKM yang telah dikurasi secara cermat. "Kami juga akan melibatkan organisasi wanita, komunitas pecinta kebaya, para anggota KOWANI tentunya, serta para mahasiswa," sebut Giwo, menambahkan bahwa total peserta perayaan Hari Kebaya Nasional mencapai tujuh ribu perempuan lintas usia.

"Di hari peringatan (kebaya), kami juga ingin menggaungkan kembali nilai histori dan semangat perjuangan perempuan Indonesia," imbuhnya. Ia berharap, para perempuan Indonesia di hari itu juga akan menunjukkan solidaritas dengan berkegiatan menggunakan kebaya.

"Karena salah satu pesan yang mau kami bawa adalah kebaya itu bisa dipakai saat berkegiatan sehari-hari. Padu-padan dan kreasinya bisa disesuaikan asal desain kebaya masih sesuai pakem," ia menyebutkan.

Dalam upaya jangka panjang, supaya semangat berkebaya tidak semata jadi peringatan anual, KOWANI menyebut tengah mengadvokasi terwujudnya "Selasa Berkebaya." Terkait itu, mereka hanya meneruskan gerakan sudah dilakukan berbagai organisasi dan komunitas, termasuk Perempuan Berkebaya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat