uefau17.com

Menyusuri Setting Film Buatan di Studio Alam Gamplong Yogyakarta - Lifestyle

, Jakarta - Hingga saat ini, Yogyakarta masih menjadi salah satu tujuan wisata lokal yang digemari turis domestik dan luar negeri. Nyaris tak akan kehabisan bahan untuk menelusuri tempat-tempat menarik yang tersedia di kota ini. Studi Alam Gamplong adalah salah satu tempat wisata yang unik dan sayang untuk dilewatkan.

Objek wisata ini sangat cocok untuk pengunjung yang menyukai susana tradisional dengan berbagai spot foto Instagramable. Tak hanya itu, di sini, pengunjung juga dapat berwisata sekaligus mengedukasi diri dengan sejarah dan juga proses pembuatan film-film lokal. Maka, Studio Gamplong seringkali dijuluki sebagai Hollywood mini di Indonesia.

Studio alam yang mulai beroperasi pada awal 2018 lalu ini memang sering dijadikan tempat syuting film yang berlatar era 1600an hingga tahun 2000an, atau yang bertema tradisonal zaman dulu. Eksistensi Studio Gamplong juga semakin meningkat sejak diketahui sebagai lokasi syuting film Bumi Manusia, Habibie Ainun 3, dan lainnya.

Awalnya, studio yang beralamat di Jalan Gamplong No.1, Sumberrahayu Moyudan Sleman, Yogyakarta ini merupakan wujud dedikasi Dapur Film, yang dikelola sutradara ternama Hanung Bramantyo, sebagai upaya meningkatkan potensi perekonomian daerah kelahirannya. Selain itu, lokasi ini juga didukukung oleh Moeryati Soedibyo, pendiri Mustika Ratu, serta jajaran pemerintah daerah hingga pemerintah pusat.

Tak hanya dapat dijadikan lokasi syuting, atau tempat berwisata saja, Studio Gamplong juga dapat dijadikan tempat untuk pemotretan, pre-wedding, lokasi pertemuan, pagelaran acara, dan lainnya. Tidak ada tarif khusus yang ditetapkan bagi para pengunjung saat ingin masuk ke lokasi wisata, tetapi mereka dapat memberi bayaran dengan sukarela.

Setelah sempat tutup beberapa bulan karena pandemi, Studio Gamplong sudah dapat dikunjungi kembali pada hari Selasa hingga Minggu, pada pukul 08.00 s.d. 17.00 WIB, dan tutup setiap Senin. Protokol kesehatan juga dijalankan dengan cukup ketat di mana pengunjung harus selalu memakai masker di area wisata.

Jika Anda penasaran seperti apa rupa lokasi wisata unik ini, berikut adalah potret Studio Alam Gamplong.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 6 halaman

1. Latar Batavia Era Jajahan Belanda

Salah satu lokasi yang menarik adalah dengan setting di era jajahan Belanda, tahun 1600an, terutama masa pemerintahan VOC. Bangunannya pun dibuat sedemikan mirip dengan bangunan di era tersebut, tak lupa pula disandingkan dengan benteng besar di bagian depan wilayah bangunan kekuasaan Belanda itu. Berfoto di depan bangunan ini tentu akan membawa Anda kembali ke masa sebelum kemerdekaan.

3 dari 6 halaman

2. Pendopo Sultan Agung

Tak kalah menarik, setting Pendopo Sultan Agung peninggalan Keraton Kerto ini juga akan membawa Anda kembali ditark ke kera 1600an. Replika museum Sultan Agung di dalamnya pun dibuat dengan detail yang cukup apik menyerupai aslinya. Bangunannya pun terbilang luas, serta dikelilingi pagar tembok dengan gapura yang kokoh dan tinggi.

4 dari 6 halaman

3. Pusat Ekonomi Komplek Pecinaan

Salah satu daya tarik lain dari Studio Gamplong adalah setting lokasi yang menggambarkan replika komplek pecinaan dan pasar di era 1600an sebagai pusat perekonomian saat itu di Pulau Jawa. Tiap-tiap set juga dapat diubah kapan pun sesuai dengan kebutuhan produksi fim yang sedang berlangsung.

5 dari 6 halaman

4. Museum Bumi Manusia

Terdapat pula Museum Bumi Manusia, yang juga digunakan dalam proses syuting film Bumi Manusia karya Hanung Bramantyo. Rumah tersebut merupakan rumah Nyai Ontorosoh (dalam film: Ine Ferbriyanti) dan Annelies Mallema (dalam film: Mawar Eva de Jongh), yang kemudian dibuka untuk publik sejak Agustus 2019 lalu. Namun, untuk masuk ke dalamnya, jumlah pengunjung juga akan dibatasi sesuai dengan aturan pihak pengelola.

6 dari 6 halaman

5. Pusat Kerajinan Tenun

Selain menghadirkan berbagai lokasi dengan latar belakang zaman yang berbeda-beda, demi melengkapi statusnya sebagai wisata edukasi, maka ada pula pusat kerajinan tenun, terutama tenun dari limbah eceng gondok, yang dapat dikunjungi. Wisatawan dapat belajar menenun menggunakan alat tradisional dan mengenal prosesnya langsung dengan para pengrajin. 

(Brigitta Valencia Bellion)

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat