uefau17.com

Terungkap, Begini Taubatnya Ulama dan Orang Awam Menurut Gus Baha - Islami

, Jakarta - Dalam sebuah video yang diunggah di kanal YouTube, KH Ahmad Bahauddin Nursalim, atau lebih dikenal sebagai Gus Baha, menyampaikan pandangannya mengenai perbedaan konsep taubat antara orang awam dan ulama.

Salah satu poin yang diangkat oleh Gus Baha adalah penggunaan Surat Al-Baqarah ayat 160 sebagai landasan untuk membedakan taubat ulama dengan taubat orang awam. Ayat tersebut, menurutnya, menegaskan bahwa taubat ulama melibatkan pengulangan dan penyebaran ilmu.

Menurut Gus Baha, konsep tingkatan taubat juga menjadi hal penting yang perlu dipahami. Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani mengklasifikasikan taubat menjadi dua tingkatan, yang terdiri dari orang awam dan mereka yang telah mencapai tingkat makrifat.

Dalam konteks ini, Gus Baha menekankan bahwa meskipun tingkatan kedua taubat cenderung berbeda dengan tingkatan pertama, bukan berarti orang yang telah mencapai tingkatan kedua tidak memperhatikan aspek tingkatan pertama.

Mereka, menurutnya, telah melewati tingkatan tersebut dan berada pada posisi yang lebih tinggi.

 

Simak Video Pilihan Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Begini Penjelasan Taubat

Diskusi juga mencakup penafsiran mufassir tentang Surat Al-Baqarah ayat 160. Ibnu Katsir dalam Tafsir al-Qur'an al-'Azhim menjelaskan bahwa ayat tersebut menyiratkan bahwa taubat akan diterima oleh Allah bahkan bagi mereka yang sebelumnya melakukan tindakan kekufuran atau bid'ah.

Pandangan para mufassir juga membahas tentang kecaman Allah terhadap mereka yang menyembunyikan kebenaran, sebagaimana tercantum dalam ayat tersebut.

Namun, pengecualian diberikan kepada mereka yang bertaubat, memperbaiki diri, dan mengungkapkan kebenaran.

Selanjutnya, Gus Baha menyoroti pentingnya menyebarkan ilmu yang benar, seperti yang diungkapkan dalam beberapa hadis Nabi.

Menyembunyikan ilmu, baik yang berkaitan dengan ajaran agama maupun ilmu pengetahuan, dilarang.

Di sisi lain, Quraish Shihab dalam Tafsir al-Misbah memberikan catatan bahwa tidak semua ilmu harus disebarkan secara luas.

Ada pertimbangan tertentu yang harus dipertimbangkan, seperti keadaan, waktu, dan sasaran. Intinya, tidak semua informasi harus disampaikan, dan tidak semua pertanyaan harus dijawab, sesuai dengan konteks dan kebutuhan.

Dengan demikian, kajian dengan Gus Baha membuka ruang diskusi yang menarik mengenai perbedaan konsep taubat antara orang awam dan ulama, serta pentingnya penyebaran ilmu yang benar dalam konteks agama Islam.

3 dari 3 halaman

Definisi dan Hakikat Taubat

Mengutip Almanhaj.or.id, secara bahasa, at-Taubah berasal dari kata تَوَبَ yang bermakna kembali. Dia bertaubat,  artinya ia kembali dari dosanya (berpaling dan menarik diri dari dosa)[2].

Taubat adalah kembali kepada Allâh dengan melepaskan hati dari belenggu yang membuatnya terus-menerus melakukan dosa lalu melaksanakan semua hak Allâh Azza wa Jalla .

Secara Syar’i, taubat adalah meninggalkan dosa karena takut pada Allâh, menganggapnya buruk, menyesali perbuatan maksiatnya, bertekad kuat untuk tidak mengulanginya, dan memperbaiki apa yang mungkin bisa diperbaiki kembali dari amalnya.

Hakikat taubat yaitu perasaan hati yang menyesali perbuatan maksiat yang sudah terjadi, lalu mengarahkan hati kepada Allâh Azza wa Jalla pada sisa usianya serta menahan diri dari dosa. Melakukan amal shaleh dan meninggalkan larangan adalah wujud nyata dari taubat.

Taubat mencakup penyerahan diri seorang hamba kepada Rabbnya, inabah (kembali) kepada Allâh Azza wa Jalla dan konsisten menjalankan ketaatan kepada Allâh.

Jadi, sekedar meninggalkan perbuatan dosa, namun tidak melaksanakan amalan yang dicintai Allâh Azza wa Jalla , maka itu belum dianggap bertaubat.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat