uefau17.com

Charles III Warisi Tahta Elizabeth II, Ini Beda Suksesi Sistem Monarki dengan Khulafaur Rasyidin - Islami

, Banyumas - Charles Philip Arthur George atau Charles III resmi naim tahta menggantikan Ratu Elizabeth II, yang juga ibunya.

Kini pria yang bernama lengkap Charles Philip Arthur George resmi menjadi Raja Kerajaan Bersatu Britania Raya dan Irlandia Utara beserta raja dari negara-negara berdaulat yang termasuk dalam alam Persemakmuran

Lahir 14 November 1948, Charles III adalah anak tertua dari mendiang Ratu Elizabeth II dan mendiang Pangeran Philip. Ia naik takhta pada 8 September 2022 setelah kematian ibunya, mewarisi tahta dalam sistem monarki.

Sebagai Adipati Cornwall dan Adipati Rothesay mulai tahun 1952 hingga aksesinya, ia menjadi putra mahkota terlama dalam sejarah Britania Raya dan menyandang gelar Pangeran Wales terlama.

Pada usia 73 tahun, Charles adalah orang tertua yang mengambil takhta kerajaan Britania Raya, sebuah rekor yang sebelumnya dipegang oleh William IVpada usia 64 tahun.

Selama menjadi putra mahkota, Charles aktif dalam berbagai kunjungan kenegaraan sebagai perwakilan dari Ratu Elizabeth II, dengan lebih dari empat ratus kunjungan resmi dilakukan setiap tahunnya.

Charles juga aktif dalam bidang kemanusiaan dan sosial, juga menjadi pelindung dan pendukung dari berbagai yayasan amal dan seni. Dalam bidang arsitektur, Charles dikenal sebagai pelindung dari gerakan Arsitekur Klasik Baru.

Berbeda dari sistem monarki, dalam Islam, tak ada istilah putra mahkota. Suksesi dalam kepemimpinan Islam, yang bisa dicontoh dari Khulafaur Rasyidin, adalah dengan jalan musyawarah atau demokrasi.

Meski mungkin saja terjadi perbedaan pandangan dan pilihan namun kepemimpinan dalam Khulafaur Rasyidin bisa menjadi barometer bagaimana sebuah pemimpin Islam terpilih dan bagaimana pemerintahannya.

Saksikan Video Pilihan Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Peralihan Masa Rasulullah ke Abu Bakar dan Umar

Masa pemerintahan Khulafaur Rasyidin dianggap sebagai masa kepemimpinan yang berat, lantaran baru saja ditinggal oleh Rasulullah SAW. Namun, di sisi lain, masa ini juga dikenal sebagai zaman paling gemilang.

Ada empat Khulafaur Rasyidin dalam Islam (sebagian sejarawan berpendapat enam-pen). Mereka adalah Sayyidina Abu Bakar as-Shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib.

Namun ada pula yang memasukkan Hasan bin Ali dan Umar bin Abdul Aziz, sebagaimana yang dijelaskan oleh Syekh Nawawi Banten dalam kitabnya, Sullam al-Munajah Syarah Safinatis Shalat.

Para Khulafaur Rasyidin menjadi pimpinan-pimpinan yang sangat adil, dan bijaksana, sebagaimana sosok yang menjadi teladan bagi mereka, yaitu Rasulullah. Mereka mewakili nabi dalam mewujudkan keadilan, menyebarluaskan kebajikan dan kasih sayang, serta ucapan dan perbuatannya tidak pernah menyimpang dari ajaran suci yang dibawa olehnya.

Mengutip laman NU, era itulah yang menjadi parameter dalam mengukur sejauh mana lurusnya penguasa setelah Rasulullah.

Abu Bakar As-Shiddiq

Setelah Rasulullah wafat, sahabat Abu Bakar yang sekaligus mertuanya ditunjuk oleh para sahabat sebagai penggantinya untuk memegang kendali umat Islam, sekaligus melanjutkan estafet kepemimpinan menantunya itu. Ia merupakan khulafaur rasyidin pertama yang menjadi pimpinan umat Islam setelah Rasulullah.

Sosok yang santun, adil, penyayang, dan bijaksana dalam dirinya, merupakan representasi dari apa yang ia lihat dari Rasulullah dalam memimpin umat Islam. Oleh karena itu, para sahabat sepakat untuk menunjuknya sebagai pimpinan umat Islam saat itu.

Menurut Syekh Nawawi Banten, Abu Bakar menjadi pimpinan umat Islam selama dua tahun setengah. Saat itu, ia tidak hanya memiliki tugas untuk menyebarkan ajaran Islam, namun juga memiliki tanggung jawab untuk mengembalikan kaum muslimin yang sudah keluar dari ajaran Islam (murtad) pasca-meninggalnya Rasulullah.

Setelah genap memimpin umat Islam selamat dua tahun setengah. Ia wafat di usia 63 tahun. Ia meninggalkan umat Islam pada malam Selasa tanggal 23 Jumadil Akhir, antara waktu Maghrib dan Isya, kemudian dimakamkan di Madinah berdekatan dengan makam Rasulullah.

Umar bin Khattab

Setelah sahabat Abu Bakar wafat, Sayyidina Umar merupakan satu-satunya sahabat yang dipilih untuk melanjutkan perjuangan sahabat dekatnya itu. Sikapnya yang tegas dalam berdakwah, dan bijaksana dalam menyebarkan ajaran Islam menjadi salah satu alasan di balik terpilihnya Umar untuk menjadi pimpinan kaum muslimin.

Umar bin Khattab merupakan khulafaur rasyidin kedua setelah sahabat Abu Bakar. Ia menjadi pimpinan umat Islam selama sepuluh bulan dan lima hari. Dalam catatan sejarahnya, ia mampu menyebarkan ajaran Islam dengan sangat luas sekalipun dengan tempo yang sangat singkat selama menjadi pemimpin.

Sayyidina Umar wafat di usia 63 tahun, sebagaimana usia sahabat Abu Bakar. Ia meninggalkan umat Islam pada hari Rabu tanggal 27 bulan Dzulhijah, setelah dibunuh oleh Abu Lu’luk al-Mughirah (Fairuz), saat sedang melakukan shalat Subuh, kemudian dimakamkan di Madinah berdekatan dengan makam Rasulullah dan Abu Bakar.

 

3 dari 3 halaman

Masa Pemerintahan Utsman dan Ali

Utsman bin Affan Sayyidina Utsman bin Affan

Merupakan pimpinan umat Islam ketiga dalam sejarah khulafaur rasyidin setelah masa kepemiminan Sayyidina Umar. Ia memimpin kaum muslimin dengan tempo yang tidak sedikit, yaitu selama dua belas tahun kurang dua belas hari.

Utsman dibaiat oleh umat Islam, meski sempat terjadi friksi antarkelompok. Akan tetapi, Utsman dengan kemampuan dan akhlaknya mampu mendirikan pemerintahan yang efektif dan adil.

Selama menjadi pemimpin umat Islam, ia telah berhasil menaklukkan berbagai kerajaan-kerajaan yang menentang terhadap ajaran yang ia dakwahkan.

Terbukti, pada masa kepemimpinannya itu, ia telah berhasil menyebarkan ajaran Islam hingga kota Mesir. Tepat di masa keemasan pimpinannya itu, Utsman bin Affan pergi meninggalkan umat Islam di usia 88 tahun.

Ia wafat karena dibunuh oleh penduduk Mesir dan orang-orang Khawarij setelah melaksanakan shalat Ashar, tepat pada hari Rabu tanggal 18 Dzulhijjah, kemudian dimakamkan di Makbarah Baqi’ di Madinah.

Ali bin Abi Thalib

Setelah wafatnya Utsman bin Affan, Ali menjadi kandidat paling kuat khalifah setelahnya. Meski terjadi perbedaan, namun pada akhirnya para tokoh Islam yang mewakili berbagai kelompok berbaiat kepada Ali bin Abi Thalib.

“Saya (Rasulullah) adalah gudangnya ilmu, dan Ali adalah pintunya ilmu.”

Demikian salah satu hadis populer perihal kelebihan Sayyidina Ali dari sahabat yang lainnya. Ia menjadi sahabat pertama yang masuk Islam dari kalangan anak kecil, sekaligus menjadi suami dari putri Rasulullah, Sayyidah Fatimah az-Zahra.

Ali bin Abi Thalib merupakan khulafaur rasyidin keempat setelah wafatnya Utsman bin Affan. Ia dipercaya untuk melanjutkan perjuangan Rasulullah dan para pimpinan Islam sebelumnya. Pada masa kepemimpinannya, ia berhasil menyebarkan ajaran Islam melebihi jangkauan khulafaur rasyidin sebelumnya.

Selama bertugas, ia tidak hanya menyebarkan ajaran Islam, namun menyejahterakan rakyatnya, berlaku sangat adil dan bijaksana, sebagaimana pimpinan-pimpinan sebelumnya. Namun, dalam masa kepemimpinannya tersebut dikenal dengan istilah masa tersulit jika dibanding dengan masa-masa sebelumnya.

Sebab, pada masa itu terjadi perang saudara antara umat Islam pasca-wafatnya Sayyidina Utsman. Kendati demikian, ia tetap memiliki sejarah yang luar biasa dalam mengatasi semua itu. Tepat di masa kepemimpinannya yang sudah mencapai 5 tahun, ia meninggalkan umat Islam setelah dibunuh oleh Abdurrahman bin Muljam di usia 65 tahun. Pembunuhan tersebut terjadi malam Jumat 17 Ramadhan tahun 40 H, kemudian dimakamkan di Kufah.

Tim Rembulan

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat