uefau17.com

Makanan Khas Lebaran dari Berbagai Daerah di Nusantara, Aceh Hingga Papua - Hot

, Jakarta Makanan menjadi bagian tak terpisahkan dari Idul Fitri atau lebaran yang dirayakan setelah bulan Ramadhan. Saat bulan Ramadhan, umat muslim diwajibkan berpuasa selama sebulan penuh, saat Idul Fitri makanan menjadi bentuk perayaan karena telah berhasil menahan diri untuk tidak makan dan minum di siang hari selama Ramadhan.

Setiap negara dan daerah memiliki hidangan khas lebarannya masing-masing, termasuk juga Indonesia. Wilayahnya yang luas membuat makanan khas lebaran dari berbagai daerah di nusantara beragam.

Selain sebagai bentuk perayaan, beberapa makanan khas lebaran dari berbagai daerah di Indonesia juga merupakan budaya yang dilestarikan secara turun temurun.

Tidak jarang makanan yang disajikan adalah makanan yang hanya disajikan saat momen spesial seperti Lebaran saja. Berikut makanan khas lebaran dari berbagai daerah di nusantara yang rangkum dari berbagai sumber.

* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

1. Timphan

Timphan adalah makanan khas lebaran dari Aceh yang harus ada di rumah-rumah orang Aceh ketika Idul Fitri. Kudapan manis ini terbuat dari campuran tepung, santan dan pisang yang dibungkus daun pisang muda kemudian dikukus. Biasanya, timphan dibuat 1 atau 2 hari sebelum lebaran dan daya tahannya bisa mencapai lebih kurang seminggu. 

Timphan menjadi makanan khas lebaran yang juga dihidangkan saat perayaan hari besar lain seperti Idul Adha dan perayaan besar lainnya. Posisi timphan sebagai makanan khas perayaan masyarakat Aceh ini juga dinyatakan dalam sebuah peribahasa yang berbunyi ìUroe goet buluen goet Timphan ma peugoet beumeuteme rasaî (Hari baik bulan baik Timphan ibu buat harus dapat kurasakan).

2. Lontong Medan

Makanan khas Medan yang satu ini paling sering menjadi hidangan lebaran. Lontong Medan hampir mirip dengan lontong sayur biasa, sehingga menjadi hidangan yang cocok dengan ketupat. Perbedaan antara lontong Medan dengan lontong sayur biasa adalah pada penggunaan rempah-rempahnya yang lebih kompleks. Hidangan ini juga ditambahkan tauco sebagai bumbu yang memberikan rasa khas. Selain itu, lontong medan juga disajikan dengan telur sambal, sambal keripik kentang, bumbu rendang dan kerupuk merah putih. 

3. Kue Maksuba

Makanan khas lebaran dari berbagai daerah selanjutnya adalah kue maksuba. Kue maksuba adalah kue basah khas Kota Palembang. Kudapan ini memiliki cita rasa yang mirip dengan bolu kojo, namun berwarna kekuningan dan garis-garis kehitaman di tengahnya yang nampak seperti kue lapis.

Kue Maksuba juga merupakan makanan yang hanya disajikan saat perayaan tertentu saja, termasuk saat lebaran. Kue ini juga menjadi salah satu hantaran saat pernikahan dan diserahkan oleh pengantin kepada orang tua dan mertuanya. Selain itu, kue Maksuba juga bisa sebagai hantaran calon pengantin pria ke pengantin wanita saat lamaran. Saat lebaran, kue maksuba dibawa oleh pasangan pengantin baru ketika berkunjung ke rumah orang tua dan mertuanya. Hal ini bermakna bahwa kue ini merupakan simbol penghargaan kepada orang yang dihormati.

3 dari 5 halaman

4. Lamang Katan

Lamang katan merupakan makanan khas lebaran dari berbagai daerah rumpun Melayu seperti Bangka Belitung, Riau dan Sumatera Barat. Lamang sendiri adalah hidangan terbuat dari beras ketan yang dimasak bersama santan dalam buluh-buluh bambu dan dilapisi daun pisang. Lamang sendiri dapat disajikan dengan cara yang bervariasi, baik dengan  rendang, sarikaya, kinca dan bahkan durian.

Lamang katan disajikan dengan tapai dari ketan hitam, yang merupakan olahan beras ketan hitam yang difermentasi dengan ragi jenis Saccharomyces. Lamang dipotong dengan ketebalan sekitar 2 centimeter, kemudian diletakkan dalam mangkuk kemudin disiram dengan tapai beserta kuahnya. Potongan lamang gurih dengan tekstur padat berpadu dengan kuah tapai manis asam, menghasilkan rasa yang unik nan segar di lidah.

5. Ketupat Colet

Ketupat colet juga merupakan makanan khas masyarakat Melayu dan selalu disajikan saat perayaan, baik Idul Fitri, Idul Adha, maupun pada acara khusus seperti syukuran atau menyambut tamu istimewa. Ketupat colet sebenarnya tidak jauh berbeda dari ketupat pada umumnya. Ketupat dibuat dari bahan dasar beras yang dibungkus oleh anyaman daun kelapa muda atau yang biasa disebut janur. Ketupat kemudian direbus dengan santan sampai matang.

Perbedaan ketupat colet adalah penyajiannya yang dicolet atau dicocol dengan rendang yang dimasak tidak terlalu kering seperti kalio sehingga bumbu-bumbunya masih banyak dan agak basah. Rendang berbumbu melimpah menjadi cocolan ketupat yang nikmat. Biasanya agar lebih mudah disantap dengan tangan, daging pada rendang akan dipotong kecil-kecil. Perpaduan ketupat yang lembut dengan daging rendang yang gurih, pedas, dan berempah ini sangat memanjakan lidah.

6. Lempok Durian

Pecinta durian pasti suka sekali dengan lempok durian yang menjadi makanan khas lebaran dari Palembang. Lempok durian secara umum terbuat dari tiga bahan saja, yaitu buah durian, gula, dan sedikit garam. Untuk membuat lempok durian, hal pertama yang dilakukan adalah masukan ke dalam panci besar daging buah durian yang sudah dipisahkan dari bijinya. Lalu masukan gula dan sedikit garam.

Sambil terus diaduk, adonan lempok durian kemudian dimasak di atas kompor yang nyala apinya tidak terlalu besar, lamanya proses mengaduk bisa memakan waktu hampir 4 jam. Ketika adonan lempok sudah mulai mengental, matikan api dan biarkan lempok menjadi dingin dengan sendirinya. Lempok yang sudah dingin biasanya dikemas dengan menggunakan plastik.

4 dari 5 halaman

7. Kue Biji Ketapang

Salah satu kue lebaran yang menjadi idola banyak orang adalah kue kering biji ketapang. Berbeda dengan kue kering lain yang merupakan warisan bangsa Eropa seperti kue nastar atau kastengel, kue biji ketapang berasal dari Betawi. Kue kering ini  terbuat dari terigu, margarin, gula pasir, santan, garam, telur dan vanili. Bahan kue yang ada dicampur menjadi satu hingga menjadi adonan. Adonan kemudian dipotong kecil-kecil menyerupai biji ketapang dan digoreng hingga berwarna kuning keemasan. 

Nama kue ketapang berasal dari bentuknya yang mirip biji ketapang. Ketapang memang salah satu tanaman yang banyak ditemukan di tanah Betawi pada zaman dahulu. Bijinya dapat dikonsumsi sebagai kudapan gurih dan renyah dan menginspirasi pembuatan kue ketapang.

8. Madumongso

Madumongso adalah kudapan khas lebaran dari Ponorogo, Jawa Timur. Makanan ringan yang mirip jenang ini berbahan dasar beras ketan hitam memiliki rasa asam manis. Cita rasa madumongso berasal dari hasil fermentasi ketan hitam yang dibuat tape terlebih dahulu. Setelah proses fermentasi selesai, tape ketan tersebut ditambahkan dengan bahan-bahan lainnya dan dimasak hingga mengental seperti dodol. Madumongso biasanya dikemas dengan kertas minyak yang warna-warni.

Konon madumongso dibuat oleh masyarakat Ponorogo pada zaman dahulu yang rindu dengan rasa kurma yang mereka makan saat melaksanakan ibadah Haji. Maka dari itu dibuatlah Jajanan yang rasanya manis dan teksturnya seperti buah kurma. 

9. Pote Jaje Tujak 

Poteng jaje tujak adalah makanan khas Lombok saat lebaran. Hidangan ini terdiri dari 2 makanan yakni poteng atau tapai ketan dan jaje tujak atau tetel. Hampir setiap rumah di Lombok pasti menyajikan pote jaje tujak sebagai suguhan ke tamu yang berkunjung. Hidangan ini mirip dengan tape uli yang berasal dari Betawi.

Ada suatu tradisi unik dalam pembuatan jajanan khas Lombok ini. Masyarakat Lombok percaya bahwa dalam membuat poteng tak boleh sembarangan. Seseorang yang membuat poteng atau tapai harus dalam keadaan suci atau tidak sedang haid agar tidak merusak hasil akhir poteng. Selain itu, penyajian pote jaje tujak juga dilakukan setelah selesai salat sehingga masih dalam kondisi suci karena usai berwudhu.

5 dari 5 halaman

10. Tiliaya

Tiliaya merupakan salah satu makanan khas lebaran dari Gorontalo. Konon keberadaan kue tiliaya sudah ada sejak zaman penjajahan. Kue ini menjadi warisan turun temurun masyarakat  Gorontalo. Kue basah ini hanya bisa dijumpai pada upacara-upacara adat, atau perayaan keagamaan tertentu, termasuk saat lebaran.

11. Gogoso

Pada waktu lebaran tiba, gogoso menjadi menu wajib yang tak kalah saing dari ketupat. Sekilas, gogoso atau gogos mirip dengan lemper, karena sama-sama dibungkus dengan daun pisang. Bedanya, gogoso lebih ramping,berisi daging ikan tongkol yang diolah dengan parutan kelapa sangrai, dan dibakar.

Gogoso atau gogos menjadi makanan khas Makassar yang  diwariskan turun temurun dari nenek moyang suku Bugis. Selain terbuat dari beras ketan, ada juga varian  gogoso yang terbuat dari banne, sejenis biji-bijian seperti pasir dan berwarna coklat. Varian ini lebih sering disebut dengan nama gogoso kambu.

12. Burasa

Burasa adalah salah satu panganan khas masyarakat Bugis di Sulawesi Selatan. Burasa merupakan makanan sejenis lontong yang selalu ada pada hari lebaran, biasanya tersaji bersama coto makassar ataupun opor ayam.

Burasa dibuat dengan memasak beras terlebih dahulu dengan santan yang banyak hingga menjadi nasi lembek, selanjutnya dibungkus dengan daun pisang. Berbeda dengan lontong yang bagian ujungnya disemat lidi, burasa dibuat dalam dua bagian dalam satu ikatan menggunakan tali rafia atau serat daun pisang. Bungkusan burasa kemudian direbus hingga matang. Panganan ini juga biasanya ditemui di luar provinsi Sulawesi Selatan seperti Gorontalo atau Kalimantan dan beberapa daerah lain di Indonesia dan Malaysia. 

13. Karasi

Karasi adalah kue khas lebaran dari Wakatobi dengan rasa manis yang khas. Karasi merupakan kue kering berbahan dasar jagung muda yang diparut lalu dicampur dengan gula merah cair. Ada juga karasi berbahan tepung beras yang dicampur dengan gula pasir. Cara membuat karasi unik karena menggunakan cetakan dari batok kelapa yang untuk menuangakan adonan cair ke kuali. Adonan bahan digoreng dengan minyak panas sampai berubah warna kuning keemasan. 

14. Kue Lontar

Kue lontar adalah makanan khas lebaran dari papua yang merupakan warisan budaya kuliner Kolonial Belanda. Rasanya yang istimewa membuat kue lontar selalu hadir sebagai sajian istimewa kepada tamu ketika menyambut perayaan hari besar keagamaan seperti Lebaran dan Natal. Kue ini juga kerap dicari umat Muslim di Papua untuk disantap saat berbuka puasa pada Ramadan karena rasanya yang manis.

Kue lontar umumnya dicetak dalam mangkuk keramik bergambar ikan di bagian dasarnya, oleh sebab itu kue ini juga disebut kue mangkuk ikan. Menurut sejarah, kue ini dibawa masuk oleh para serdadu Hindia Belanda yang menduduki Papua sejak 1910 silam. Penamaan kue lontar konon berasal dari bahasa Belanda yaitu ronde taart atau kue bundar. Tetapi karena penduduk setempat kesulitan melafalkannya, maka akhirnya mereka menyebutnya sebagai kue lontar seperti yang kita kenal sekarang ini.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat