uefau17.com

Niat Puasa Dzulhijjah: Arab, Latin, Arti, dan Keutamaannya - Health

, Jakarta Dzulhijjah adalah bulan yang dimuliakan Allah SWT. Di bulan ini, umat Islam dianjurkan untuk menjalankan ibadah puasa mulai dari tanggal 1 hingga 9 Dzulhijjah.

Dalam kalender Hijriyah 1444 H yang dikeluarkan Kementerian Agama (Kemenag) RI, 1 Dzulhijjah jatuh pada Sabtu, 8 Juni 2024.

Seperti puasa lainnya, puasa Dzulhijjah juga perlu diawali dengan niat. Melansir NU Online, niat puasa Dzulhijjah yakni:

نَوَيْتُ صَوْمَ هٰذَا اليَوْمِ عَنْ أَدَاءِ شَهْرِ ذِيْ الْحِجَّةِ سُنَّةً لِلّٰهِ تَعَالَى  

Nawaitu shauma hâdzal yaumi ‘an adâ’i syahri dzil hijjah sunnatan lillâhi ta’âlâ.

Artinya: “Saya niat puasa sunnah bulan Dzulhijjah hari ini karena Allah ta’âlâ.”  

Niat puasa ini dibaca untuk tanggal 1 hingga 7 Dzulhijjah. Sementara, di hari ke-8 atau disebut hari Tarwiyyah, bacaan niatnya berbeda, yakni:

نَوَيْتُ صَوْمَ هٰذَا اليَوْمِ عَنْ أَدَاءِ تَرْوِيَةَ سُنَّةً لِلّٰهِ تَعَالَى

Nawaitu shauma hâdzal yaumi ‘an adâ’i tarwiyata sunnatan lillâhi ta’âlâ.  

Artinya: “Saya niat puasa sunnah Tarwiyah hari ini karena Allah ta’âlâ.”

Di hari ke-9 Dzulhijjah atau hari Arafah, niat puasa kembali berbeda yakni:

 نَوَيْتُ صَوْمَ هٰذَا اليَوْمِ عَنْ أَدَاءِعَرَفَةَ سُنَّةً لِلّٰهِ تَعَالَى   

Nawaitu shauma hâdzal yaumi ‘an adâ’i arafata sunnatan lillâhi ta’âlâ.  

Artinya: “Saya niat puasa sunnah Arafah hari ini karena Allah ta’âlâ.”

Sedangkan di tanggal 10 Dzulhijjah umat Islam diharamkan untuk berpuasa lantaran ini adalah hari raya Idul Adha. Di mana umat Muslim dianjurkan menjalankan shalat id dan berkurban.

* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Waktu Membaca Niat Puasa Dzulhijjah

Niat puasa Dzulhijjah dapat dibaca dari selepas maghrib hingga menjelang terbit fajar.

Namun, jika pada malam tersebut terlewat atau lupa belum membaca niat, maka boleh membacanya hingga sebelum waktu Dzuhur.

“Hal ini boleh dilakukan dengan syarat belum melakukan sesuatu yang membatalkan puasa seperti makan, minum, ataupun bersetubuh,” mengutip NU Online, Jumat (7/6/2024).

3 dari 4 halaman

Keutamaan Puasa Dzulhijjah

Bulan Dzulhijjah adalah salah satu bulan istimewa dalam tahun Hijriah. Keistimewaan itu di antaranya karena masuk dalam salah satu dari empat bulan mulia (asyhurul hurum), selain Rajab, Dzulqadah, dan Muharram.  

Dalam haditsnya, Rasulullah saw bersabda bahwa berpuasa sunnah sehari di 10 hari pertama bulan Dzulhijjah ini setara dengan setahun berpuasa sunnah.  

“Tidak ada hari-hari yang lebih Allah sukai untuk beribadah selain sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah, satu hari berpuasa di dalamnya setara dengan satu tahun berpuasa, satu malam mendirikan shalat malam setara dengan shalat pada malam Lailatul Qadar.” (HR At-Tirmidzi). 

Bahkan, saking mulianya 10 hari pertama di bulan Dzulhijjah ini disebutkan oleh Nabi Muhammad saw ibadah di waktu tersebut lebih mulia daripada jihad fi sabilillah.

4 dari 4 halaman

Firman Allah Soal Keutamaan Bulan Dzulhijjah

Keutamaan ibadah di 10 hari pertama bulan Dzulhijjah juga telah difirmankan Allah dalam Al-Quran:

وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ فِي أَيَّامٍ مَّعْلُومَاتٍ

Artinya: "Dan mereka yang menyebut nama Allah pada hari-hari yang telah masyhur" (QS. Al-Hajj: 28)

Hari-hari masyhur yang dimaksud adalah 10 hari pertama bulan Dzulhijjah. Hal ini sebagaimana dijelaskan di dalam hadits Rasulullah SAW.

مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيهَا أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ هَذِهِ الْأَيَّامِ يَعْنِي أَيَّامَ الْعَشْرِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَلَا الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ قَالَ وَلَا الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ إِلَّا رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَيْءٍ.

Artinya: “Tiada hari-hari yang amal shalih di dalamnya lebih dicintai Allah daripada hari-hari ini. Yakni 10 hari pertama dari bulan Dzulhijjah. Mereka (para shahabat) bertanya: “Wahai Rasulullah, dan tidak juga berjihad di jalan Allah (lebih utama darinya)?”, beliau bersabda: “Dan tidak juga berjihad di jalan Allah (lebih utama darinya), kecuali seseorang yang berjuang dengan dirinya dan hartanya lalu ia tidak kembali dengan apapun,” (HR Bukhari dan Muslim) dilansir dari laman resmi Kemenag.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat