uefau17.com

Muncul Dugaan Kasus Gagal Ginjal Akut pada Anak di Jabar, Menkes Budi: Kemungkinan Campak - Health

, Jakarta Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Menkes RI), Budi Gunadi Sadikin, menyinggung perihal dugaan kasus gagal ginjal akut pada anak di Jawa Barat.

Budi menuturkan bahwa saat ini masih dilakukan pengecekan pada dua kasus dugaaan gagal ginjal akut atau Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal (GGAPA) di sana. 

"Itu ada dua. Sekarang sedang dicek apakah itu gagal ginjal atau enggak," kata Menkes Budi.

Kemungkinan Bukan Gagal Ginjal Akut Melainkan Campak

Budi menyebut bahwa indikasi sementara dari pasien terduga kasus gagal ginjal akut adalah infeksi. Salah satu kemungkinannya bisa jadi campak.

"Bisa campak," ujar Budi di sela-sela Penandatangan Nota Kesepahaman Antara Kementerian Kesehatan RI dengan PT Astrazeneca Indonesia di JS Luwansa Kuningan, Jakarta Selatan pada Senin (21/2)

"Karena kalau gagal ginjal itu dia tidak... Misalnya begini, kalau dia dikasih obat-obatan anti-infeksi biasanya dia tidak bereaksi. Sekarang ini dikasih obat-obatan anti-infeksi, tidak dikasih fomepizole, jadi harus dikasih fomepizole baru biasa bereaksi," Budi menambahkan.

Fomepizole adalah  jenis antidotum atau antidot (antidote). Antidotum adalah jenis obat penawar racun untuk keracunan senyawa Etilen Glikol (EG) dan Dietilen Glikol (DEG).

Kedua senyawa tersebut berkaitan dengan kejadian gagal ginjal akut. Penatalaksanaan terapi keracunan pada umumnya disebut terapi antidotum.

Pasien Terduga Kasus Gagal Ginjal Akut Bereaksi Terhadap Obat Anti-Infeksi

Sementara pada terduga kasus gagal ginjal akut pada anak di Jawa Barat dikasih obat-obatan anti-infeksi  mengalami perbaikan. 

"Jadi kemungkinan itu. Teman-teman di RSCM (RS Ciptomangunkusumo Jakarta) itu masih lihat sepertinya bukan GGAPA," Menkes Budi menekankan.

 

* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Menanti Hasil Lab pada Dugaan GGA di Jabar

Dokter yang memeriksa sudah mengirimkan sampel darah dan plasma dari pasien. Juga data obat yang dikonsumsi juga sudah dikirim untuk diteliti.

Saat ini, Kemenkes RI masih menanti hasil pemeriksaan laboratoriumnya.

"Karena lab-nya harus diperiksa, data darahnya, plasmanya, dan data obatnya," pungkas Budi.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat