uefau17.com

Dubes Rusia Telepon Ibunda di Moskow Saat Pemberontakan Wagner - Global

, Jakarta - Pada akhir Juni 2023, pemerintah Rusia sempat diancam oleh pemberontakan grup Wagner. Kelompok tentara bayaran itu bergerak menuju Moskow pada 23 Juni 2023 karena merasa kecewa dengan pemerintah Rusia. 

Duta Besar Rusia Lyudmila Vorobieva menegaskan bahwa kondisi pemerintahan negaranya baik-baik saja, dan pemberontakan Wagner tidak mendapatkan dukungan dari warga Rusia atau anggota Wagner itu sendiri. 

Namun, Dubes Lyudmila mengaku menelepon ibunya ketika ia mendengar kabar pemberontakan Wagner. 

"Tentu kita tercengang, tentu kita terkejut, semuanya tidak ada yang memperkirakan hal itu," ujar Dubes Rusia Lyudmila Vorobieva dalam press briefing di rumah dinasnya, Jakarta, Rabu (5/7/2023).

"Namun, saya tidak akan menyebut bahwa orang-orang takut. Ibu saya berusia 86 tahun dan tentu saya meneleponnya ketika saya mendengar apa yang terjadi di sana. Ia di Moskow. Dan ia bilang ke saya: 'Jangan khawatir. Jangan khawatir. Tak ada yang mendukung Prigozhin'. Ibu saya orang yang bijaksana, jadi saya tidak khawatir," ujar Dubes Rusia.

Prigozhin Sosok Ambisius

Dubes Rusia Lyudmila Vorobieva berkata saat ini pemimpin Wagner Yevgeny Prigozhin berada di Belarusia. Prajurit Wagner juga berada di Belarusia, sementara prajurit Wagner yang berada di garis depan untuk melawan Ukraina sedang tidak bertempur untuk saat ini. 

Karakter Prigozhin disebut Dubes Rusia sebagai orang yang amat ambisius, meski ia mengakui bahwa Prigozhin cukup pintar karena bisa berkembang dari pebisnis katering menjadi bos prajurit sewaan. 

Prajurit Wagner tidak hanya bertempur di Ukraina, melainkan ada juga yang di Afrika sebagai prajurit sewaan. 

Dubes Lyudmila berkata tidak ingin berspekulasi mengenai apa sebenarnya motif dari Wagner, serta apakah kelompok itu memang dipengaruhi asing.

* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Bos Wagner Tiba di Belarus, Rusia Nyatakan Tutup Kasus Pemberontakan

Sebelumnya dilaporkan, pemimpin kelompok tentara bayaran swasta Wagner, Yevgeny Prigozhin (62), lolos dari tuntutan atas pemberontakan bersenjata singkat yang terjadi pada Sabtu (24/6/2023). Prigozhin tiba di pengasingannya di Belarus pada Selasa (27/6), hari yang sama ketika pihak berwenang Rusia menyatakan telah menutup penyelidikan kriminal atas pemberontakan Wagner.

Pengasingan Prigozhin adalah bagian dari kesepakatan yang mengakhiri pemberontakan Wagner.

Presiden Belarus Alexander Lukashenko mengonfirmasi keberadaan Prigozhin di negaranya dan mengatakan bahwa Prigozhin dan sejumlah pasukannya dipersilakan tinggal beberapa waktu dengan biaya sendiri.

Menurut Lukashenko, sejumlah pejuang Wagner sekarang berada di wilayah Luhansk di Ukraina timur yang dianeksasi secara ilegal oleh Rusia pada September lalu.

Prigozhin tidak terlihat lagi sejak Sabtu, ketika dia melambai ke sejumlah simpatisan dari sebuah kendaraan di selatan Kota Rostov. Pada Senin (26/6), dia mengeluarkan pernyataan audio yang menjelaskan latar belakangnya pemberontakan kelompoknya.

Lalu pada Selasa (27/6) pagi, sebuah jet pribadi yang diyakini miliknya terbang dari Rostov ke pangkalan udara di Minsk.

Sementara itu, Moskow mengatakan bahwa persiapan sedang dilakukan bagi pasukan Wagner yang bertempur di Ukraina, yang menurut Prigozhin berjumlah 25.000, untuk menyerahkan senjata berat mereka ke militer Rusia.

Meski penyelidikan kriminal atas pemberontakan Wagner ditutup, namun Presiden Vladimir Putin diduga menargetkan Prigozhin dengan tuduhan kesalahan keuangan yang melibatkan afiliasi perusahaan yang dimilikinya, Concord Group.

Selama bertahun-tahun, Prigozhin menikmati kontrak katering yang menguntungkan dengan pemerintah Rusia. Polisi dilaporkan melakukan penggeledahan terhadap kantornya di St. Petersburg pada Sabtu dan menemukan USD 48 juta di dalam truk di luar.

Prigozhin yang mengonfirmasi laporan tersebut mengatakan bahwa uang itu akan diberikan kepada pihak keluarga pasukannya.

Pemberontakan Wagner sejauh ini merupakan ancaman terbesar bagi Putin sejak berkuasa. Dia sendiri mengakui bahwa peristiwa pada Sabtu mungkin saja berujung pada perang saudara. Namun, dalam pidatonya pasca pemberontakan, presiden Rusia itu berusaha menunjukkan stabilitas dan menegaskan otoritasnya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat