, Seoul - Sebelum masa jabatannya habis dalam tujuh bulan ke depan, Presiden Korea Selatan Moon Jae-in dan pemerintahannya masih berkomitmen mewujudkan impian lama mereka, yaitu penyatuan kembali Semenanjung Korea dalam satu negara.
Mengingat Jerman salah satu dari sedikit negara yang berpengalaman dengan reunifikasi, Menteri Unifikasi Lee In-young berkunjung ke Eropa mendiskusikan hal yang dapat dipelajari dari reunifikasi Jerman pada tahun 1990, berikut dengan perkembangannya, demikian dikutip dari DW Indonesia, Rabu (6/10/2021).
Baca Juga
Para analisis mengatakan bahwa Moon dan Lee telah 'frustrasi' soal kelanjutan agenda mereka dalam menggabungkan kedua Korea dalam lima tahun belakangan ini.
Advertisement
Tapi mereka menggarisbawahi kebuntuan hubungan lintas perbatasan bukan dari pihak Korea Selatan.
Sepanjang tahun lalu, sikap penolakan dan keras kepala Pyongyang pada Korea Selatanefektif menghentikan hubungan bilateral yang sudah terhenti, ditambah lagi upaya reunifikasi bertambah rumit karena peluncuran serangkaian rudal oleh Korea Utara.
Pada Jumat (01/10) pihak Korea Utara mengonfirmasi kalau mereka sudah menguji coba rudal anti-pesawat sebelumnya, serta pada Selasa mereka meluncurkan senjata rudal luncur hipersonik berkemampuan nuklir.
AS dan Jepang mengutuk peluncuran tersebut, dan mengomentari bahwa rudal hipersonik sebagai "pelanggaran atas beberapa resolusi Dewan Keamanan PBB."
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Unifikasi Korea Tetap Sebuah Prospek Jangka Panjang
Pada Rabu, hari uji coba peluncuran rudal terbaru Korea Utara, Lee berangkat ke Eropa untuk berdiskusi dengan Belgia dan Swedia, sebelum akhirnya berkunjung ke Jerman.
Lee dijadwalkan hadir pada Minggu (03/10) dalam upacara peringatan 31 tahun reunifikasi Jerman, atas undangan parlemen Jerman. Dia juga berpidato mengenai hubungan antar-Korea di Freie Universität Berlin pada Sabtu (02/10), dan direncanakan akan bertemu dengan Presiden Jerman Frank-Waler Steinmeier pada Senin (04/10) guna membahas tentang pengalaman Jerman saat sebelum dan setelah reunifikasi, dan membahas potensi kebersamaan di Semenanjung Korea.
Pada tahun 1990, Jerman menghadapi sangat banyak rintangan dan hal yang tidak bisa diantisipasi beberapa tahun setelah penyatuan kedua negara tersebut, namun menurut para analis, situasi di Korea jauh lebih rumit.
Salah satu masalah utama yang perlu digarisbawahi adalah sikap Korea Utara yang menganggap bahwa hanya mereka yang sah di semenanjung tersebut. Pihak Korea Utara bersikeras jika reunifikasi nantinya akan dilaksanakan, maka harus sesuai dengan syarat dan aturan mereka. Dinasti Kim yang memerintah Semenanjung Korea diasumsikan tidak punya daya tarik bagi sebagian besar dari 52 juta penduduk Korea Selatan.
"Pemerintah akhirnya menyadari bahwa mereka kehabisan waktu dan hal yang direncanakan tidak akan terjadi, termasuk membangun hubungan baik dengan Korea Utara dan mempercepat agenda reunifikasi," jelas Ahn Yinhay, profesor ilmu hubungan internasional di University of Seoul.
"Lee merasa frustrasi karena pihak Utara menolak untuk menyerah dan dia tidak bisa melakukan apa-apa," jawabnya saat diwawancarai DW. "Saat ini, tidak banyak yang dapat dilakukannya, selain berkunjung ke negara yang punya pengalaman serupa, berdiskusi dengan pejabat pemerintahan dan mencoba hal tersebut berlanjut sesuai rencana."
Leif-Eric Easlay, profesor muda ilmu hubungan internasional Ewha Womans University di Seoul setuju dengan kondisi di semenanjung terkait pihak Utara yang masih terus menentang semua harapan dan bertahan dari kelangkaan makanan, obat, sementara hampir semua kesejahteraan dapat dinikmati saudara mereka di Selatan, artinya unifikasi masih jadi sebuah "prospek jangka panjang."
Advertisement
Unifikasi Jerman Tidak Bisa Dijadikan Panutan
"Karena Pyongyang masih menolak banyak rencana terkait hubungan antar-Korea yang disusulkan Seoul, Lee bisa mencari dukungan dan saran dari pihak internasional," sebutnya. "Salah satu pelajaran dari pengalaman Jerman adalah perubahan sejarah dapat terjadi secara cepat dan tak terduga, jadi koordinasi dan persiapan lebih lanjut merupakan hal penting."
"Namun pihak Eropa menyadari bahwa unifikasi Jerman tidak dapat dijadikan contoh. Dibandingkan dengan Jerman Timur, Korea Utara terlah terisolasi cukup lama, lebih mengancam dengan senjata nuklir dan rudal, penderitaan ekonomi karena salah manajemen dan banyak terjadi pelanggaran HAM," tambahnya.
Lebih lanjut dia menambahkan bahwa, pengaruh bertambahnya kekuatan Cina, "jadi faktor yang rumit dari pada saat Rusia di untuk Jerman."
"Di akhir Perang Dingin, Moskow dapat diganjar karena menghormati pilihan Jerman," sebutnya. "Beijing jauh lebih berkuasa saat ini dan ingin menjalankan kepentingannya di Semenanjung Korea."
Meskipun ada banyak perbedaan yang jelas antara Jerman Barat dan Timur pada tahun 1990, jurang pemisah antara Korea Selatan dan Utara sangat jelas. Perekonomian pihak Utara merupakan penghasilan sebagian kecil dari penghasilan pihak Selatan, terbesar keempat di Asia dan ke-10 di dunia. Nilai PDB Korea Selatan mencapai Rp 25,7 kuadriliun dengan rata-rata pendapatan per kapita mencapai Rp 671 juta per tahunnya. Sebagai perbandingan, PDB Korea Utara diperkirakan hanya Rp 390 triliun pada tahun 2020, dengan pendapatan per kapitanya di bawah Rp 28,5 juta per tahun.
Bertahun-tahun salah mengelola perekonomian, ditambah investasi pada senjata nuklir dan rudal balistik antar benua, membuat perindustrian, agrikultur dan infrastruktur di seluruh Korea Utara secara efektif tidak dapat dioperasikan, menjadikan negara itu hanya memiliki sedikit bahan mentah yang dapat ditambang.
Jika terjadi reunifikasi, para analis mengatakan bahwa biaya yang akan ditanggung pihak Selatan dapat melebihi Rp 42.741 kuadriliun, dan diperingatkan bahwa ada kemungkinan bertambahnya biaya tambahan yang tidak terduga.
Dampak Unifikasi: Migrasi Massal
Mengingat rendahnya standar hidup di Korea Utara dan banyaknya ambisi warga negara tersebut untuk membelot, membuat Ahn yakin jika mayoritas dari 26 juta penduduk Korea Utara akan mencoba menyeberang ke Korea Selatan, dilihat dari pengalaman Jerman Barat pada tahun 1990.
Banyaknya penduduk yang dilanda kemiskinan, ditambah pembangunan kembali Korea Utara dapat mengancam kesejahteraan ekonomi Korea Selatan, sebutnya.
"Banyak pendapat yang mengatakan bahwa Korea Utara berada di ambang kehancuran selama bertahun-tahun dan baru-baru ini disebutkan dalam waktu 30 hingga 40 tahun," sebutnya. "Namun ada kemungkinan Kim Jong Un jatuh sakit dan sekarat atau terjadi kudeta di Pyongyang. Hal ini dapat terjadi secara mendadak, dan Korea Selatan perlu mempersiapkan segala kemungkinannya," jelasnya.
"Tapi jika bangkrut, kondisinya mungkin akan terlihat seperti di Jerman," tambahnya. "Pihak Korea Selatan tidak bisa juga menampung banyak orang dalam waktu bersamaan, menurut saya, kita perlu menjaga perbatasan Zona Demiliterisasi agar dapat menghentikan migrasi massal, saat dunia akan saling membantu membangun kembali Korea Utara."
Terkini Lainnya
Ribuan Orang di Korea Selatan Keracunan Kimchi yang Terkontaminasi Virus
Jadi Tipe Idaman Cowok Indonesia, Ini 5 Jurus Rahasia Xaviera Clash of Champions Fasih Bahasa Korea
Survei: Status Ekonomi Rendah Picu Kaum Muda Korea Selatan Enggan Menikah
Unifikasi Korea Tetap Sebuah Prospek Jangka Panjang
Unifikasi Jerman Tidak Bisa Dijadikan Panutan
Dampak Unifikasi: Migrasi Massal
Korea Selatan
Korea Utara
Jerman
korea
Reunifikasi Jerman
DW
DW Indonesia
Moon Jae-in
Rekomendasi
Jadi Tipe Idaman Cowok Indonesia, Ini 5 Jurus Rahasia Xaviera Clash of Champions Fasih Bahasa Korea
Survei: Status Ekonomi Rendah Picu Kaum Muda Korea Selatan Enggan Menikah
Lee Young Ji Ungkap Kisah Pilu di Balik Lagu Unknown Guy, tentang Sang Ayah yang Meninggalkannya Sejak Kecil
Cegah Perdagangan Ilegal, Korsel Luncurkan Sistem Pemantauan Transaksi Kripto
Potret Afgan Bareng Dita Secret Number dan Zayyan Xodiac, Sukses Konser di Seoul
Bukchon Hanok Village di Seoul Bakal Batasi Jam Kunjungan Turis demi Kurangi Sampah dan Suara Berisik
Afgan Pilih Seoul Jadi Pemberhentian Pertama Tur Asia Menyambut Album Sonder, Aksi Dita Karang Kejutkan Fans
Perusahaan Kripto di Korea Selatan Bakal Evaluasi 1.300 Koin yang Beredar
Polisi China Kini Bisa Geledah Isi Ponsel Pribadi, Wisatawan Korea Diminta Hati-hati
Copa America 2024
Jadwal Lengkap Copa America 2024, Hasil, Klasemen Grup A, B, C, D Cek di Sini
Kesedihan Selimuti Fan Zone Copacabana Brasil
Mengejutkan, Uruguay Depak Brasil dari Copa America 2024
Hasil Copa America 2024 Uruguay vs Brasil: Selecao Kalah Dramatis Lewat Adu Penalti, La Celeste Tantang Kolombia di Semifinal
Hasil Copa America 2024 Kolombia vs Panama: Gulung Los Canaleros 5-0, Luis Diaz Cs Kunci Tiket Semifinal
Saksikan Live Streaming Copa America 2024 Uruguay vs Brasil, Segera Dimulai
Ketua KPU
Pasca Hasyim Asy’ari Dipecat, Mahfud Sarankan Seluruh Komisioner KPU RI Diganti
KPU Minta Kasus Pencabulan Hasyim Asy'ari Tidak Menyeret-nyeret Keluarga
Tak Cuma Gaji Puluhan Juta, Hasyim Asy'ari Dapat Sederet Fasilitas Ini Saat jadi Ketua KPU
Megawati Kecewa Kasus Ketua KPU Hasyim Asy'ari: Kok Begitu Ya, Pusing Saya
Infografis DKPP Pecat Ketua KPU Hasyim Asy'ari Terkait Tindak Asusila
Timnas Indonesia U-16
Timnas Indonesia Rebut Perunggu Piala AFF U-16 2024, Erick Thohir: Lebih Baik di Kualifikasi Piala Asia U-17 2025
Jadwal Lengkap, Hasil, dan Klasemen Piala AFF U-16 2024: Timnas Indonesia Bidik Gelar Ketiga
Timnas U-16 Kalahkan Vietnam 5-0, Nova Arianto Minta Skuad Garuda Muda Tak Euforia
Hasil Piala AFF U-16 Vietnam vs Indonesia: Cetak 5 Gol Tanpa Balas, Garuda Nusantara Amankan Peringkat 3
Hasil Piala AFF U-16 Vietnam vs Indonesia: Cetak Gol Telat, Garuda Nusantara Unggul 2-0 di Babak Pertama
Link Live Streaming Piala AFF U-16 2024 Vietnam vs Indonesia, Sebentar Lagi Mulai di Vidio
Pilkada 2024
DPD PSI Jakbar Usul Kaesang hingga Deddy Corbuzier Maju Pilgub Jakarta 2024
Maju Pilkada 2024, Eman Suherman Berkomitmen Tulus Bantu Warga Majalengka
KPU Diminta Perkuat Iman Usai Tercoreng kasus Asusila Hasyim Asy'ari
Lumayan! Ini Besaran Gaji PPS Pilkada 2024 dan Masa Kerjanya, Simak Cara Daftarnya
Bawaslu Sulut Pastikan Pengungsi Gunung Ruang Punya Hak Pilih dalam Pilkada 2024
Nadiem Makarim Masuk Daftar Usulan Cagub DKI dari PSI Jakut
TOPIK POPULER
TODAY IN HISTORY
7 Juli 1937: Awal Mula Insiden Jembatan Marco Polo, Sekitar 100.000 Orang China Tewas
Populer
Minibus di Ukraina Barat Kecelakaan, 14 Orang Tewas
Survei: Status Ekonomi Rendah Picu Kaum Muda Korea Selatan Enggan Menikah
Astronot NASA Keluar dari Simulasi Misi Mars Setelah Bertahan 378 Hari
Studi Ini Kuak Kandungan Buah Delima Bisa Bantu Otak Cegah Alzheimer
Serangan Udara Israel Tewaskan 16 Orang di Sekolah Gaza
PM Prancis Mundur Usai Sayap Kiri Unggul dalam Pemilu Legislatif
Dalai Lama Bantah Rumor Kesehatannya yang Memburuk pada Ulang Tahun ke-89
Produser Film Titanic Jon Landau Meninggal Dunia di Usia 63 Tahun
Netanyahu Ogah Hentikan Perang di Jalur Gaza
Euro 2024
Jadwal Lengkap Euro 2024 dan Hasil Babak 16 Besar, 8 Besar, Semifinal, Final
Jadwal Lengkap Euro 2024, Hasil, Klasemen Grup A, B, C, D, E, F Cek di Sini
Hadiah Piala Eropa atau Euro 2024 Bikin Ngiler, Cek di Sini Besarannya
Akanji Gagal Penalti di Laga Inggris Vs Swiss, Punya Nilai Pasar Rp 782 Miliar
Cristiano Ronaldo Buka Suara usai Gagal Antar Portugal ke Semifinal Euro 2024, Apa Katanya?
Tampil Kompak, Ini 7 Potret Andrea Dian dan Ganindra Bimo Nonton Euro 2024 di Jerman
Berita Terkini
Satgas Damai Cartenz Tangkap KKB Basoka Lawiya di Nabire Papua Tengah
Intip Spesifikasi Realme 13 Pro Plus yang Memukau dan Bikin Heboh, Seperti Apa?
Anggaran Pendidikan 20% dari APBN Tersebar di Kementerian dan Lembaga, Jadi Tak Efisien
Tatkala Aisyah Istri Nabi jadi Korban Hoaks, Dituduh Selingkuh dengan Sahabat Terpercaya
Saatnya Vote Talenta Industri Kreatif Favorit Kamu di Telkomsel Awards 2024!
Salshabilla Adriani dan Ibrahim Risyad Menikah 7 Juli 2024, Pamer Buku Nikah Sambil Kutip Ayat Alquran
Tarif Tol Jakarta Bandung Golongan 1, Wajib Diketahui Warga Ibukota Sebelum Liburan
BMKG Prediksi Hujan Guyur Kota-Kota Besar Hari Ini, Pakar Bagikan Kiat Jaga Kesehatan di Musim Pancaroba
Resep Asam Manis Daging Kambing, Olahan Daging Kurban Simple
Dalai Lama Bantah Rumor Kesehatannya yang Memburuk pada Ulang Tahun ke-89
Lagu BTS yang Membahas Tentang Kesehatan Mental, Penuh Pesan Positif
Bursa Saham Asia Bervariasi, Investor Cermati Data Inflasi China hingga AS
Pemandangan Langka bagi Turis, Penjaga Gerbang Istana Buckingham Inggris Menangis Saat Bertugas
Beasiswa Unggulan 2024 Dibuka untuk Mahasiswa Disabilitas, Catat Tanggal dan Syarat Pendaftarannya
Harga Emas Antam Hari Ini Bertahan di Rp 1.396.000 per Gram