uefau17.com

Kejar Swasembada Gula, Lahan Karet Tak Produktif Disulap jadi Tanaman Tebu - Bisnis

, Jakarta Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) mengakselerasi target swasembada gula nasional pada tahun 2028, serta penyediaan bioethanol sebagai bahan bakar nabati (biofuel) guna menjamin ketahanan pangan nasional. Hal itu sesuai dengan Perpres No.40 Tahun 2023.

Salah satu upaya yang dilakukan adalah memperluas lahan tebu, dengan mengonversi lahan PTPN Group dari komoditas yang kurang produktif ke komoditas tebu yang memberikan return lebih menjanjikan.

Saat ini, PTPN sendiri memiliki roadmap perluasan lahan tebu di lahan HGU seluas ± 100 ribu Ha, dimana akan dilakukan konversi serta optimalisasi lahan yang sesuai dikembangkan untuk budidaya tebu.

Implementasi aksi korporasi ini salah satunya dilakukan terhadap lahan PTPN I Regional 2 Kebun Jalupang, Kabupaten Subang, Jawa Barat. Lahan konversi eks tanaman karet yang sudah tidak produktif itu akan dialihfungsikan menjadi tanaman tebu secara bertahap dengan rencana perluasan mencapai 4.216 Ha. Adapun, tanam perdana bibit tebu hasil kolaborasi PTPN I dengan PT SGN (Sinergi Gula Nusantara) dilakukan pada Kamis (30/05/2024).

Direktur Pemasaran Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero), Dwi Sutoro, menyampaikan langkah tersebut merupakan salah satu wujud nyata PTPN Group dalam meningkatkan produksi gula kristal putih (GKP) menuju swasembada gula konsumsi 2028 mendatang.

“Karena target swasembada gula nasional masuk dalam PSN, maka ini menjadi tugas bersama. Di dalam ranah Kementerian BUMN kita mendapatkan arahan-arahan terkait permodalan dan korporasinya. Sementara di internal PTPN, kita juga membentuk project management office (PMO) yang anggotanya dari semua bagian terkait untuk melakukan mapping dan mendetailkan supaya geraknya lebih cepat,” ujar Dwi dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis (30/5/2024).

 

* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Layak untuk Tanaman Tebu

Dwi mengatakan, meski lahan tersebut sudah tidak produktif untuk ditanami karet, tetapi secara agroklimat dan tipologi, lahan layak untuk tanaman tebu. Lokasi penanaman juga didukung oleh kesiapan sarana irigasi berupa sungai dan pompanisasi, sehingga tanaman tumbuh normal dan dapat dipanen untuk bibit pada umur 6-7 bulan, atau dipanen pada bulan November-Desember 2024.

Ekstensifikasi tebu di lahan tersebut dimulai dengan penanaman kebun benih varietas unggul, yaitu varietas KK (Kidang Kencana). Luas tanam pada tahap pertama yaitu 5,0 Ha, sebagai cikal bakal pengembangan tebu giling di tahun 2025. “Guna mendukung budidaya tebu yang berada di Region 2 PTPN I Jawa Barat dan sesuai dengan roadmap, dimana diperlukan pembangunan pabrik gula baru kapasitas > 6.000 tcd,” tambah Dwi.

Dengan inisiatif ini, diharapkan PTPN Group tidak hanya mampu memenuhi kebutuhan gula nasional secara mandiri. Selain itu, juga dapat penyediaan bioethanol sebagai bahan bakar nabati yang dapat mendukung program energi terbarukan, mengurangi emisi karbon, dan menciptakan lapangan kerja baru di sektor pertanian dan energi.

Tanam perdana tebu tersebut juga dihadiri oleh Direktur Utama PTPN I Teddy Yunirman, Direktur Operasional PTPN I Fauzi Omar, Regional Head Regional 2 PTPN I Desmanto, Pj. Bupati Kabupaten Subang, Imran, dan sejumlah pimpinan anak usaha Holding Perkebunan Nusantara lainnya.

 

3 dari 4 halaman

Wamen Tiko Tantang BUMN Bawa Indonesia Menuju Swasembada Gula

Sebelumnya, Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo, mengapresiasi terkait fokus PTPN Group dalam mewujudkan percepatan swasembada gula nasional dan keberpihakannya kepada petani. Hal tersebut diungkapkan Kartika Wirjoatmodjo melakukan kunjungan kerja ke kebun HGU Lumajang PTPN I Regional 4.

“Untuk mencapai itu semua, tentu perlu ada upaya khusus yang harus dijaga dari hulu hingga hilirnya,” ujar Tiko.

Tiko mengatakan bahwa untuk menjaga kelangsungan ekonomi Indonesia, dibutuhkan effort khusus. “Supaya kita bisa swasembada, kemudian juga mampu menghasilkan varietas bibit unggul, yang bisa menghasilkan domestic variety produktif di tanah Indonesia,” tambahnya.

Tiko menekankan agar ekosistem tersebut terus dijaga bersama, mulai dari pembibitannya hingga pengelolaan kebunnya.

“Research and development mengenai produktivitas dan efisiensi, disiplin dalam mengelola kebun, pengelolaan keuangan dan komersial, maupun neraca perusahaan, harus menjadi satu kesatuan. Sehingga, nanti ke depannya PTPN bisa bangkit dari sisi produksinya,” imbuhnya.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero), Mohammad Abdul Ghani, menyampaikan bahwa kunjungan Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo, menjadi salah satu bentuk stimulus semangat bagi para planters PTPN Group untuk bisa kembali menorehkan sejarah.

“Seperti yang saya sampaikan tadi pak, saya merasa sangat senang dengan kunjungan bapak. Setiap saya bertemu dengan stakeholder, saya berharap akan ada keyakinan dari bapak. Karena kami sendiri sudah yakin kalau tebu ini mudah. Karena jika cerita tentang tebu itu cerita tentang sejarah, bagaimana kita mengembalikan sejarah tersebut. Maka kewajiban PTPN ke depan itu akan membangun inkubasi-inkubasi kepada masyarakat, melakukan pelatihan-pelatihan dan penyuluhan-penyuluhan. Kita akan menyiapkan itu untuk kembali memperbaiki tata kelola tebu rakyat,” ungkap Ghani.

Lebih lanjut Ghani menyampaikan, bahwa ke depan, selain memperbaiki areal HGU, PTPN Group juga terus berupaya melakukan perbaikan guna membantu para petani. “Sekali lagi, terima kasih atas kunjungan bapak, ini menjadi sumber motivasi bagi kita untuk mewujudkan harapan pemerintah,” ucap Ghani.

 

4 dari 4 halaman

Mau Swasembada, Produksi Gula Indonesia Terus Merosot dalam 10 Tahun

Pemerintah mengejar target swasembada gula yang tertuang dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 40 Tahun 2023. Salah satu implementasinya dengan menyiapkan lahan hingga 1 juta ha di Papua.

Kendati begitu, Direktur Utama Holding BUMN Pangan ID Food Frans Marganda Tambunan mengatakan, saat ini teknologi industri gula di Tanah Air masih terbatas. Data ini juga didukung indikator produksi gula dalam 10 tahun terakhir yang menunjukan penurunan.

Frans menyebut penurunan produksi gula tidak sejalan dengan pertumbuhan gula konsumsi yang terus meningkat setiap tahun.

"Kita melihat dalam satu dekade terakhir produksi gula turun sebesar 1,16 persen. Hal ini berbanding terbalik dengan pertumbuhan luas areal yang meningkat sebesar 7,4 persen, juga rendemen yang hanya meningkat 0,19 persen," terangnya dalam National Sugar Summit 2023 di Kantor ID Food, Jakarta, Rabu (13/12/2023).Lebih lanjut, Frans melaporkan, produk tebu di Indonesia juga anjlok 2,06 persen. Sebagai pelaku usaha industri, ia mengaku tidak bisa diam begitu saja. Terutama dalam mendukung program swasembada gula yang dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) sejak 2023.

"Penurunan kualitas gula ini bukan hanya semata karena permasalahan iklim saja, tapi juga kadang permasalahan kurangnya penerapan teknologi di industri gula Tanah Air," ungkap dia.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat