uefau17.com

Pertamina Tak Ingin Hanya Hasilkan Produk Green Saja, Tapi Harus Sustainable - Bisnis

, Jakarta - Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati mengungkap strategi dalam memastikan ketahanan energi. Tak cuma itu, dia ingin produknya juga ramah lingkungan.

Namun, Nicke menyebut, pihaknya tak ingin hanya menghasilkan produk yang ramah lingkungan atau berlabel 'green'. Tapi, bisa juga sustainable atau berkelanjutan dan berdampak luas.

"Jadi strategi Pertamina yang paling utama adalah kita bagaimana membangun atau memiliki sustainable energy, sustainable artinya adalah semua materialnya dan bahan bakunya dimiliki oleh Indonesia," kata dia di sela-sela Indonesia Sustainability Forum 2023, di Hotel Park Hyatt, Jakarta, Kamis (7/9/2023).

Poin sustainable yang ditekankannya adalah pada aspek ketersediaan yang bisa memenuhi kebutuhan yang ada. Selanjutnya, masuk pada ranah energi yang rendah emisi.

"Jadi bukan cuma bicara 'green' saja, tapi juga harus sustainable, suplainya harus ada terus menerus. Kemudian kita miliki kemampuan untuk kelolanya jadi energi lebih baik yang disebut low carbon energy," paparnya.

Nicke mencontohkan, pihaknya sukses menerapkan konsep sustainable pada biodiesel B35 berbasis kelapa sawit. Pada bagian ini, Indonesia sebagai produsen kelapa sawit yang cukup besar bisa memiliki dampak berkelanjutan ke bangak sektor.

"Jadi kami yakini bahwa biodiesel adalah sustainable energi yang memang cocok untuk Indonesia karena bisa meng-create lapangan pekerjaan, mulai dari perkebunan, di pabrik prosesnya, maupun di distribusi. Jadi ini salah satu yang diluncurkan," paparnya.

* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Jajaki Peluang Lain

Lebih lanjut, Nicke menuturkan tengah menjajaki peluang lainnya dalam memproduksi energi. Salah satunya adalah produk turunan gas.

Dia juga membuka kemungkinan dengan masuknya teknologi-teknologi lainnya untuk diterapkan di Indonesia. Tentunya, mengaca pada pasokan dan kebutuhan di dalam negeri.

"Tentu akan ada produk lain termasuk turunan gas, ada hydrogene kita mulai dengan OIM terkemuka untuk melakukan uji coba penggunaan green hydrogene untuk transportasi," kata dia.

"Tentu saja produk lain akan kita lakukan juga penjajakan, apakah pengembangan teknologi, ataupun kita menggunakan teknologi yang proven di luar kemudian diadaptasi dengan kebutuhan dalam negeri," pungkas Nicke.

 

3 dari 4 halaman

Modal Indonesia Tekan Emisi Karbon

Ketua Umum Kadin Indonesia Arsjad Rasjid mengungkap modal Indonesia dalam mendukung penurunan emisi karbon dan ekonomi berkelanjutan. Mulai dari sumber daya alam, hingga sumber daya manusia yang bisa dilatih.

Arsjad menyebut, Indonesia kaya akan mineral yang mendukung ekosistem baterai kendaraan listrik. Pada saat yang sama, Indonesia kaya akan potensi bauran energi baru terbarukan (EBT).

"Kita punya potensi menghasilkan 440 GW tenaga surya, angin, dan air. Kita juga merupakan produsen nikel, timah, dan tembaga terkemuka di dunia yang merupakan mineral penting untuk produksi baterai dan teknologi energi ramah lingkungan lainnya," paparnya dalam ISF 2023, di Park Hyatt, Jakarta, Kamis (7/9/2023).

Selain sumber daya alam, Arsjad menyebut, Indonesia juga memiliki populasi muda dan terus bertambah. Artinya, ada peluang tenaga kerja yang dapat dilatih mengenai ekonomi ramah lingkungan.

"Ini bukan hanya tentang kepemilikan sumber daya, kita berbicara tentang potensi kepemimpinan global dalam industri ramah lingkungan," kata dia.

Guna menangkap potensi ini, kata Arsjad, perlu kolaborasi dari setiap lapisan masyarakat. Baik pemerintah, pengusaha, hingga masyarakat sipil.

"Satu hal yang pasti kita tidak bisa bekerja sendiri untuk menyelesaikan tantangan yang kompleks ini. hal ini membutuhkan upaya kolaboratif dari semua sektor masyarakat, pemerintah, dunia usaha, LSM, dan masyarakat sipil," bebernya.

 

4 dari 4 halaman

Tantangan

Ketua Umum Kadin Indonesia Arsjad Rasjid mengungkap dampak dari perubahan iklim yang terjadi saat ini. Misalnya, tingkat polusi yang ada di DKI Jakarta.

Arsjad menyebut, kondisi ini jadi satu tantangan yang dihadapi saat ini. Mulanya, perubahan iklim adi pembicaraan di berbagai ajang, tapi kini ada di depan mata.

"Tantangan-tantangan yang kita hadapi sejauh ini dan yang mendesak, perubahan iklim yang tadinya merupakan kekhawatiran lama, kini kita hadapi setiap hari," kata dia dalam Indonesia Sustainability Forum (ISF) 2023, di Park Hyatt, Jakarta, Kamis (7/9/2023).

"Kabar baru-baru ini bahwa Jakarta dinobatkan sebagai kota dengan polusi tertinggi di dunia merupakan suatu hal yang patut diwaspadai," sambungnya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat