uefau17.com

Langgar Aturan Pasar Modal, Bos Perusahaan Kripto Terraform Labs Hadapi Perintah Penangkapan - Bisnis

, Jakarta - Pengadilan Korea Selatan mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap pendiri perusahaan kripto Terraform Labs, Do Kwon. Keruntuhan spektakuler mereka awal tahun ini menakuti investor karena nilai token utama anjlok parah.

Dilansir dari BBC, Kamis (15/9/2022) kabar terkait penangkapan Do Kwon menyusul ungkapan jaksa yang meyakini bahwa Terraform Labs yang terdaftar di Singapura telah melanggar aturan pasar modal.

Seorang juru bicara kantor kejaksaan Korea Selatan mengatakan kepada BBC bahwa surat perintah penangkapan telah dikeluarkan untuk Kwon dan lima orang lain yang terkait dengan kasus tersebut.

Namun, juru bicara tersebut enggan untuk mengungkapkan waktu penangkapan.

Menurut sejumlah laporan media, Kwon diyakinitengah berada di Singapura, yang tidak memiliki perjanjian ekstradisi dengan Korea Selatan.

Dalam sebuah wawancara baru-baru ini dengan acara kripto Coinage, Kwon mengatakan agak sulit untuk memutuskan apakah akan kembali ke Korea Selatan.

Dia juga mengaku "tidak pernah berhubungan dengan penyidik".

Laporan  Financial Times menyebut, jaksa berencana untuk menangkap dan mengekstradisi Kwon dari Singapura dengan menghapus paspornya, serta bekerja dengan organisasi kepolisian internasional Interpol.

Sementara itu, baik pihak Interpol maupun kepolisian di Singapura tidak menanggapi permintaan komentar dari BBC.

* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Nilai Token Terra Luna Anjlok pada Mei 2022

Pada pertengahan Mei 2022, token Terra Luna turun dari level tertinggi di atas USD 100 menjadi USD 0,09.

Keruntuhannya terkait dan diperburuk oleh penurunan nilai TerraUSD, yang disebut "stablecoin".

Terram oerusahaan di belakang stablecoin mencoba memastikan bahwa mereka tetap seimbang dengan aset termasuk dolar AS. Namun, nilai TerraUSD turun menjadi USD 0,40.

Runtuhnya Terra memicu aksi jual mata uang kripto utama seperti Bitcoin, Ethereum, dan Tether.

3 dari 4 halaman

Harga Kripto Hari Ini 15 September 2022: Bitcoin cs Kompak Menguat

Harga Bitcoin dan kripto teratas lainnya terpantau alami pergerakan yang seragam pada perdagangan Kamis, 15 September 2022. Mayoritas kripto kembali menguat setelah sempat melemah pada hari sebelumnya tersengat sentimen data inflasi AS.

Berdasarkan data dari Coinmarketcap, Kamis (15/9/2022) pagi, kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar, Bitcoin (BTC) menguat tipis 0,50 persen dalam 24 jam terakhir dan 5,01 persen sepekan.

Saat ini, harga bitcoin berada di level USD 20.312 per koin atau setara Rp 302,8 juta (asumsi kurs Rp 14.910 per dolar AS). 

Ethereum (ETH) juga kembali menguat pagi ini. Selama 24 jam terakhir, ETH pulih 2,95 persen dan 0,08 persen dalam sepekan. Dengan begitu, saat ini ETH berada di level USD 1.640 per koin. 

Kripto selanjutnya, Binance coin (BNB) kembali menguat. Dalam 24 jam terakhir BNB naik tipis 0,80 persen dan 0,83 persen sepekan. Hal itu membuat BNB dibanderol dengan harga USD 280,16 per koin. 

Kemudian Cardano turut meroket. Dalam satu hari terakhir ADA meroket 3,01 persen dan 1,16 persen sepekan. Dengan begitu, ADA berada pada level USD 0,4832 per koin.

Adapun Solana (SOL) berhasil kembali bertengger di zona hijau. Sepanjang satu hari terakhir SOL melesat 2,14 persen dan 4,86 persen sepekan. Saat ini, harga SOL berada di level USD 34,27 per koin.

Begitupun XRP turut melonjak pagi ini. XRP naik 2,81 persen dalam 24 jam terakhir dan 2,01 persen sepekan. Dengan begitu, XRP kini dibanderol seharga USD 0,3422 per koin. 

Stablecoin Tether (USDT) dan USD coin (USDC), pada hari ini sama-sama menguat 0,01 persen. Hal tersebut membuat harga keduanya masih bertahan di level USD 1,00

Sedangkan Binance USD (BUSD) melemah 0,04 persen dalam 24 jam terakhir, membuat harganya turun sedikit ke level USD 0,9997.

Adapun untuk keseluruhan kapitalisasi pasar kripto dalam 24 jam kembali bertengger di level USD 1 triliun, dari sebelumnya di kisaran USD 991,3 miliar.

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

4 dari 4 halaman

Pasar Kripto Rontok Usai Rilis Data Inflasi AS

Sebelumnya, Pasar aset kripto harus terima kenyataan data inflasi AS berhasil membuat guncangan besar. Sejumlah aset kripto, seperti Bitcoin, Ethereum, dan Solana jatuh nilainya dan terjebak zona merah.

Melansir Coinmarketcap pada Rabu (14/9/2022) siang, nilai Bitcoin (BTC) alami penurunan hingga 8,34 persen bertengger di USD 20.329 atau sekitar Rp 303,4 juta. 

Ethereum (ETH) juga bernasib sama anjlok 6,30 persen dan berada di posisi USD 1.584. Altcoin lainnya pun juga tiarap, seperti XRP, Cardano (ADA), Solana (SOL), dan Dogecoin (DOGE).

Trader Tokocrypto, Afid Sugiono, menjelaskan semua kelas aset kripto dan saham menyusut pasca laporan inflasi AS Agustus yang menunjukkan peningkatan lebih dari yang diantisipasi. 

"Data indeks harga konsumen (CPI) Agustus menunjukkan kenaikan harga 8,3 persen yang tak terduga tinggi dibandingkan ekspektasi untuk kenaikan 8,1 persen,” kata Afid dalam analisis pasar harian yang diterima , Rabu (14/9/2022). 

Hal tersebut bisa menandakan The Fed kemungkinan akan menaikkan suku bunga lagi 0,75 persen minggu depan. Bitcoin langsung turun menjauh dari level harga USD 21.000. 

“Sedangkan, Ethereum juga tidak bisa menahan penurunan juga, padahal The Merge semakin dekat, tetapi tak bisa memompa harga lebih jauh. Jadi dalam jangka pendek, kripto akan rentan terhadap tekanan jual lebih lanjut," lanjut Afid.

Angka inflasi AS akan mendapatkan sebagian besar perhatian di seluruh pasar. Angka inflasi yang lebih besar dari perkiraan dapat dipastikan akan membuat kenaikan suku bunga agresif selama pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) berikutnya.

"21 September mendatang, FOMC akan menentukan kenaikan suku bunga. Market dipastikan akan merah selama 6 hari ke depan, kecuali ada komen positif dari The Fed. Dampak The Merge juga kemungkinan tidak akan berpengaruh kuat ke market untuk rebounce," ujar Afid.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat