uefau17.com

Masker Bekas Pakai Bisa Disterilkan Lagi dengan Rice Cooker, Ini Buktinya - Tekno

, Jakarta - Seperti diketahui, masker medis hanya bisa digunakan sekali pakai. Sebab, masker yang telah digunakan akan terkontaminasi berbagai kuman, virus, dan organisme berbahaya lainnya.

Di tengah pandemi Covid-19, masyarakat disarankan untuk memakai masker guna melindungi diri sendiri dan orang lain dari tertular penyakit yang disebabkan karena virus corona.

Namun, masker kini mulai langka dan kekurangan pasokan karena pemasok kewalahan untuk memenuhi permintaan masyarakat. Hal ini juga menyebabkan harga masker terus melonjak.

Untuk mengakali kelangkaan masker, Administrasi Pangan dan Obat-obatan (FDA) Taiwan menyarankan masker bekas pakai dapat didesinfeksi dan digunakan kembali, hanya dengan menggunakan penanak nasi atau rice cooker. Demikian seperti dikutip dari Ubergizmo, Rabu (15/4/2020).

Lewat video, Direktur Jenderal FDA Taiwan Wu Shou-mei dan kepala Pusat Komando Epidemi Sentral (CECC) Chen Shih-chung baru-baru menunjukkan bahwa dengan menggunakan penanak nasi, pengguna bisa mendesinfeksi masker.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini

* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Bagaimana Prosesnya?

Pada dasarnya, cara kerja dari langkah ini adalah menggunakan fungsi pengukus pada penanak nasi selama tiga menit. Setelah itu, masker bisa kembali dalam kondisi cukup baik untuk digunakan lagi.

Akan tetapi, masker yang akan disterilkan dengan rice cooker, kondisi fisiknya harus bagus (tidak kotor atau sobek). Air juga tidak boleh ditempatkan di penanak nasi selama proses ini.

Dilansir Asia One, berdasarkan penemuan FDA Taiwan, tiap masker hanya dapat disterilkan menggunakan rice cooker hingga 4-5 kali.

 

3 dari 5 halaman

Apakah Teknik Ini Layak Diikuti?

Tekno tidak bisa menentukan dengan pasti, apakah metode ini berhasil atau tidak karena belum diuji secara mendalam.

Namun, jika dalam keadaan darurat, mungkin kamu bisa mencobanya, meskipun kamu harus melakukan sedikit penelitian untuk memastikan bahwa langkah itu benar-benar aman.

Sebagai informasi, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), virus flu dapat dibunuh dengan temperatur di atas 75 derajat celsius.

Sementara temperatur untuk merebus air atau menanak nasi, membutuhkan 100 derajat celsius. Secara teori, metode ini efektif untuk mendisinfeksi masker.

4 dari 5 halaman

Cegah Masker Bekas Dibuat Ulang, Robek Dulu Sebelum Dibuang

Masker daur ulang menjadi salah satu upaya pedagang nakal meraup keuntungan di tengah merebaknya virus corona. Masker bekas disetrika atau diperbaiki ulang, kemudian diperjualbelikan dengan harga murah.

Demi mencegah masker bekas yang didaur ulang, dokter Dewi Sumaryani Soemarko punya saran yang tepat.

Bahwa sebelum membuangnya, masker dirobek-robek atau dihancurkan.

"Masker bekas silakan dirobek-robek dan dirusak. Supaya enggak dijual dan enggak bisa digunakan lagi. Terutama untuk masker yang sekali pakai," kata Dewi ditemui di bilangan Salemba, Jakarta, ditulis Rabu (11/3/2020).

"Jadi, habis pakai masker, jangan cuma 'plung' langsung masukin tempat sampah. Dirobek-robek dulu."

Marak masker daur ulang juga melihat tingginya kebutuhan masyarakat, khususnya masker sekali pakai yang berwarna hijau tinggi. Tak heran, masker pun menjadi barang langka di pasaran.

5 dari 5 halaman

Penggunaan Masker

Dewi juga menegaskan, penggunaan masker memang khususnya untuk orang yang sakit, seperti batuk dan flu. Atau kalau tubuh mulai terasa tidak enak, boleh menggunakan masker.

"Ya, bisa juga kalau kita dekat orang yang flu, lalu dia enggak pakai masker ya kita boleh pakai. Tapi sebaiknya orang yang bersangkutan juga perlu (dibilangin) untuk memakai masker," tegasnya.

Yang paling penting menggunakan masker, yaitu para dokter dan tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan. Mereka adalah orang-orang yang setiap hari bertemu dengan pasien.

"Paling utama yang pakai masker itu tenaga kesehatan di rumah sakit. Baik dokter dan perawat. Karena kan mereka setiap hari ketemu orang (pasien) dengan yang punya riwayat macam penyakit," lanjut Dewi.

(Isk/Why)

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat