uefau17.com

Kata Epidemiolog soal Meninggalnya 12 Anak di Sumbar karena Gagal Ginjal Akut - Regional

, Padang - Kasus gagal ginjal akut saat ini tengah menjadi sorotan publik, begitu juga di Sumatera Barat. Hingga Rabu (19/10/2022) malam dari 22 kasus, terdapat 12 anak meninggal dunia akibat penyakit tersebut di provinsi ini.

Ahli Epidemiologi Universitas Andalas, Defriman Djafri memandang kasus gagal ginjal akut ini harus segera diinvestigasi mendalam oleh pihak terkait untuk mencari penyebab, model, dan klasternya.

"Perlu langkah antisipasi yang tepat agar tidak menjadi lebih besar," katanya, Kamis (20/10/2022).

Ia menyebut langkah antisipasi saat ini adalah meminta masyarakat agar tidak mengonsumsi obat sirup, tetapi juga tidak jelas informasi persoalan obat ini bagaimana polanya.

"Informasinya tidak jelas apakah sama antarpasien ini sama-sama meminum obat yang sama," ujarnya.

Menurutnya, hal itu menjadi penting untuk segera menginvestigasi, apalagi dengan informasi liar yang beredar di tengah masyarakat dan membuat kekhawatiran.

 

* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Ada Kaitan dengan Covid-19?

Kemudian Defriman juga mengaitkan dengan Covid-19, bahwa beberapa penelitian di beberapa negara, 20 persen di antara anak-anak yang terpapar Covid-19 menderita gagal ginjal akut.

"Namun belum disimpulkan apakah itu penyebabnya Covid-19 atau tidak, tapi 20 persen anak-anak yang Covid-19 menderita gagal ginjal," ujarnya.

Namun demikian, di Indonesia, lanjutnya, kajiannya belum ada seperti beberapa negara yang melakukan penelitian itu.

Makanya, kata Defriman, dalam tata laksana yang dikeluarkan Kemenkes, juga termasuk memastikan anak yang menderita gagal ginjal saat ini apakah pernah kena Covid-19 atau tidak.

Dari sisi epidemiologi, kata Defriman, hal yang ditakutkan adalah bisa jadi gagal ginjal dengan waktu yang bersamaan ini bersifat akumulatif dan efek domino.

"Efek domino ini yang ditakutkan karena kita gagal mendeteksi dari awal," ujarnya.

Jadi, menurutnya sebelum buru-buru berbicara penyebabnya adalah obat, harus ada langkah investigasi, dan dilihat pola dari pasien-pasien sehingga data dan polanya jelas.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat