, Jambi - Air keruh itu masih tampak menggenang di sisi kiri Candi Kembar Batu yang berada di kompleks Percandian Muarajambi. Genangan itu terjadi setelah guyuran hujan yang terjadi semalam.
Saluran atau tali air di Candi Kembar Batu yang dulu dibikin leluhur, sekarang tak berfungsi lagi. Tumpahan air dari langit tak dapat lagi mengalir ke kanal-kanal sejak pagar beton dan besi pongah itu menghalanginya.
Biasanya sebelum ada sumbatan dari pagar beton dan besi, air langsung mengalir dari parit ke kanal-kanal tua yang menghubungkan bangunan candi lainnya. Sekarang kehadiran pagar beton baru itu seperti mencekik air sehingga tak leluasa mengalir.
Advertisement
Sebagian besar bangunan candi di komplek Percandian Muarajambi selalu dikelilingi oleh struktur parit dan kanal-kanal. Fungsinya selain sebagai pagar juga berfungsi sebagai saluran air yang mengalir ke kanal-kanal dan sungai.
Baca Juga
Pun parit dan kanal itu pada masa lampau pernah berfungsi menjadi saluran lalu lintas perahu yang menghubungkan satu bangunan dengan bangunan candi lainnya. Sebagai benteng penghalau binatang liar, dan sebagai kolam penampungan air dari Batanghari saat musim banjir.
"Parit dan kanal-kanal itu menjadi urat nadinya kompleks Percandian Muarajambi. Jadi kalau urat nadinya disumbat tentu tidak berfungsi, contohnya kecilnya di Candi Kembar Batu," kata Ketua DPC Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Kabupaten Muaro Jambi, Supriyadi kepada belum lama ini.
Bangunan candi menurut Supriyadi, tak perlu lagi dibangun pagar beton. Selain merusak estetika, juga merusak bangunan cagar budaya itu sendiri. Seharusnya pagar parit yang dibuat leluhur agar dibiarkan alami, karena bisa menjadi tempat belajar tentang tata kelola air.
"Fungsi parit itu digunakan untuk sistem drainase kompleks candi, terbukti saat Sungai Batanghari meluap, di kompleks Percandian Muarajambi tidak terkena genangan ataupun banjir," kata dia.
Kehadiran pagar-pagar beton baru yang bisa menghilangkan fungsi drainase itu tak hanya disesalkan oleh Supriyadi. Namun juga disesalkan oleh Ridho selaku Ketua Karang Taruna Desa Muarajambi, Kecamatan Maro Sebo, Muaro Jambi.
Ridho, lelaki berbadan gempal yang biasa dipanggil Pak Karang itu memang bukan seorang arkeolog. Tapi ia mengetahui betul jika struktur parit itu adalah jalur saluran air. Itu diketahui karena ia penduduk lokal dan cukup intens berkecimpung di percandian Muarajambi.
"Setiap candi ada parit suci, dan itu ada satu jalur yang menghubungkan ke kanal kuno, airnya hidup mengalir deras. Seharusnya bukan pagar beton yang dibangun," kata Ridho.
Nenek moyang dulu sebut dia, telah memikirkan teknologi untuk mengamankan bangunan candi, yakni dengan jalur air. Ketika musim puncak penghujan dan banjir akan kelihatan banyak kanal-kanal yang dialiri air.
"Itu (parit dan kanal-kanal kuno) yang harus dinormalisasi seharusnya," katanya.
Kawasan percandian Muarajambi memiliki 82 reruntuhan bangunan kuno (menapo) yang terhampar di area 3.981 hektare. Dari 82 reruntuhan kuno itu, beberapa diantaranya telah diekskavasi, seperti Candi Kembar Batu, Candi Gumpung, Candi Kedaton, Candi Tinggi I dan II.
Ragam literatur berpendapat kawasan candi Muarajambi sebagai peninggalan Kerajaan Melayu Kuno dan Sriwijaya. Juga, literatur lain menyebutkan kawasan itu dulunya sebagai tempat orang-orang menimba ilmu dan sebagai pusat pengajaran agama Buddha.
Kini masih banyak persoalan di kompleks Percandian Muarajambi itu. Salah satunya, yakni upaya pelestarian yang malah menghilangkan estetika itu kini tengah dihadapi cagar budaya peninggalan Buddha yang diperkirakan dibangun pada abad VII-XIII.
Tak hanya kehadiran pagar beton di Candi Kembar Batu yang merusak drainase air. Pun kehadiran besi sebagai penopang jembatan kayu yang dibangun di atas gapura candi, juga menurut Ridho, dapat merusak estetika pelestarian di kompleks Percandian Muarajambi.
* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Atas Nama Pelestarian
Sore itu pengunjung lalu lalang di komplek Percandian Muarajambi. Rombongan pengunjung itu melewati jembatan undak-undakan dan memasuki pelataran Candi Gumpung.
Jembatan undak-undakan berkelir coklat dan hijau yang ditopang oleh besi itu melangkahi undak-undakan gapura di Candi Gumpung. Besi sebagai penopang jembatan itu hampir menyentuh batu-bata bangunan candi.
Penambahan elemen baru seperti jembatan di atas gapura bisa merusak artistik atau estetika bangunan tua. Apalagi menurut Ridho, penopang jembatan itu menggunakan besi. Selain di Candi Gumpung, jembatan serupa juga dibangun di Candi Kembar Batu, Candi Tinggi I dan Candi Tinggi II.
Penambahan elemen baru dengan menggunakan bahan besi itu bisa menjadi bumerang untuk benda cagar budaya. Dikhawatirkan jika besi sebagai penopang itu berkarat maka akan cepat membuat rapuh batu bata yang berada di bawahnya.
"Itu jembatan pakai besi, fungsinya supaya batu bata tidak diinjak secara langsung. Tapi sebenarnya ada cara lain supaya pengunjung yang pakai sepatu itu tidak menginjak bangunan candi, misalnya ketika masuk candi itu pakai sandal yang sudah disiapkan," kata Ridho.
"Juga diakui ada hal-hal yang harus kita kembangkan, tapi sebelum membangun jembatan itu tentu butuh kajian yang matang supaya tidak menjadi bumerang," lanjutnya.
Advertisement
Evaluasi BPCB Jambi
Kepala Balai Pelestarian Caga Budaya (BPCB) Jambi, Iskandar Mulia Siregar, mengaku tidak mengetahui jika pagar beton yang dibangun oleh institusinya itu telah menghambat saluran drainase di Candi Kembar Batu. Pembangunan pagar itu awalnya kata dia, hanya sebagai pembatas kepemilikan lahan negara.
Iskandar juga tak menampik, kalau keberadaan parit yang terhubung ke kanal kuno itu sangat penting. Ia juga mengaku akan segera mengecek pembangunan pagar beton yang dibangun oleh pihak ketiga itu.
"Nanti segera kita tengok kesana. Memasuki tahun 2020 ini saya belum ada ke sana. Kalau memang menghambat saluran air karena nilai sejarah kanal itu yang penting, jadi kemungiknan pagar itu akan kita pindah atau kita bongkar. Tidak masalah," kata Iskandar kepada .
Pembangunan pagar yang telah merusak drainase air itu lanjut dia, menjadi koreksi bagi pekerjaan di institusinya. Sebab selama ini pengawai BPCB yang berada di Muarajambi jumlah terbatas sehingga mereka sulit mengontrol dalam pengerjaan pelestarian.
"Bagaimana caranya kalau sudah menghalangi air maka harus diperbaiki itu, karena itu kan masih tahap pemeliharaan. Kenapa kita menggunakan beton dan besi karena kalau pakau kayu itu agak susah mencari bahannya," ujarnya.
Sementara itu terkait penambahan elemen baru berupa jembatan dengan penopang besi yang dibangun di pintu masuk candi, dia mengaku, dilema. Sebab, jika tidak ada jembatan dikhawatirkan akan ramai diinjak pengunjung.
"Memang kita agak sulit juga, kalau pakai kayu tidak kuat. Tapi kalau besi itu nanti karatan gimana. Jadi solusinya besi itu kita cat. Juga soal jembatan itu memang kita sempat dilema juga, kalau pengunjung tidak boleh masuk ya tidak mungkin," pungkas Iskandar.
Simak video pilihan berikut:
Terkini Lainnya
5 Situs Candi di Mojokerto, Tawarkan Suasana Masa Lampau
Kisah Misteri Penemuan Candi Lengkongsari, Satu Patung Tiba-Tiba Hilang
Perjalanan Memburu Roh Candi Borobudur
Atas Nama Pelestarian
Evaluasi BPCB Jambi
Jambi
Percandian Muarajambi
Estetika Candi
Muaro Jambi
Rekomendasi
Senandung Jolo, Kesenian Sastra Tutur Khas Muaro Jambi
Kawasan Candi Muaro Jambi Bisa Lebih Hebat dari Angkor Wat
Cerita Warga Kumpeh Jambi: Berharap Dana Bagi Hasil, tapi Hasilnya Nihil
Copa America 2024
Hasil Copa America 2024: Kolombia Jadi Juara Grup Usai Tahan Imbang Brasil, Kosta Rika Tekuk Paraguay
Link Live Streaming Copa America 2024 Brasil vs Kolombia, Sesaat Lagi Tanding di Vidio
Link Live Streaming Copa America 2024 Brasil vs Kolombia, Rabu 3 Juli Pukul 08.00 WIB di Indosiar dan Vidio
Jadwal Lengkap Copa America 2024, Hasil, Klasemen Grup A, B, C, D Cek di Sini
Prediksi Copa America 2024 Brasil vs Kolombia: Misi Hindari Uruguay
Hasil Copa America 2024: Uruguay Singkirkan Amerika Serikat, Panama Melenggang ke Perempat Final
Timnas Indonesia U-16
Rekor Pertemuan Indonesia vs Vietnam di Piala AFF U-16, Kembali Adu Penalti?
Prediksi Piala AFF U-16 2024 Vietnam vs Indonesia: Penghiburan Medali Perunggu
Jadwal Lengkap, Hasil, dan Klasemen Piala AFF U-16 2024: Timnas Indonesia Bidik Gelar Ketiga
Link Siaran Langsung Vietnam vs Indonesia di Vidio: Perebutan Peringkat 3 AFF U-16 2024
Ini Penyebab Kekalahan Lawan Australia Menurut Pelatih
Timnas Indonesia Gagal Pertahankan Gelar Piala AFF U-16, Nova Arianto Tetap Beri Apresiasi
Judi Online
Sidak Ponsel Personel Polisi di Ponorogo Antisipasi Judi Online, Apa Hasilnya?
5 Ciri Jika Kamu Sudah Kecanduan Judi Online, Segera Tangani
Pimpinan MPR Sayangkan PPATK Belum Serahkan Nama Anggota DPR Terlibat Judi Online
Gawat! 82 Persen Pengguna Internet Terpapar Iklan Judi Online
Menko PMK Pastikan Pelaku Judi Online Dihukum Berat dan Tak Dapat Bansos
Puan Minta MKD Buka Daftar Anggota DPR yang Diduga Terlibat Judi Online
Pilkada 2024
PKB Serahkan 4 Rekomendasi ke Bakal Calon di Pilkada 2024, Simak Daftarnya
Menanti Langkah PDIP Menentukan Pilihan Sosok untuk Maju di Pilkada Jakarta
Survei: Elektabilitas Helldy Agustian Tertinggi di Pilwalkot Cilegon
KPU RI Resmi Terbitkan Peraturan Anyar soal Batasan Usia Kepala Daerah, Ini Isinya
Puan Sebut PDIP Pertimbangkan Kaesang Maju Pilkada Jateng
Hasto PDIP: Coklit Ini Penting Dalam Menjamin Hak Konstitusional Warga
TOPIK POPULER
Live Streaming
Pencadangan Data Pasca Serangan Ransomeware, Kesiapan atau Keterlambatan?
Populer
Takut Ketahuan Orang Tua, Pasangan Mahasiswa di Ende Tega Buang Bayinya
Dukungan untuk Ekonomi Kreatif di Indonesia lewat Kolaborasi UNESCO dan Swasta
Peta Politik Pilgub Banten 2024, Airin-Andra Semakin Seru
Simak, Cara Efektif Membangun Kemampuan Sosialisasi yang Baik
Peletakan Batu Pertama Rumah Pensiun Jokowi di Karanganyar Dilakukan Tertutup
Warung Dekat Markas Polisi di Bone Bolango Bebas Jualan Miras, Ada Beking Oknum?
Mirip 'University War', Simak 5 Fakta Menarik Clash Of Champions
Ketika ODGJ Larikan Mobil Keluarga di Pekanbaru, Begini Jadinya
Bagaimana Menangkal Paparan HIV? Lakukan 11 Cara Pencegahannya
Seleksi Anggota Komisi Informasi Tahun 2024-2028 Dibuka, Berminat? Simak Persyaratannya
Euro 2024
Di Istanbul, Suporter Sambut Meriah Kemenangan Turki atas Austria
Dua Gol Merih Demiral Antar Turki Melaju ke Perempat Final Euro 2024
Bungkam Rumania 0-3, Belanda Raih Tiket Perempat Final Euro 2024
Jadwal Lengkap Euro 2024 dan Hasil Babak 16 Besar, 8 Besar, Semifinal, Final
Jadwal Lengkap Euro 2024, Hasil, Klasemen Grup A, B, C, D, E, F Cek di Sini
Berita Terkini
Disebut ke Jakarta untuk Bertemu Tokoh, Gibran: Tiap Hari Pun Bertemu
Polda Sumut Periksa 16 Saksi Selidiki Kasus Kematian Wartawan Akibat Kebakaran Rumah di Karo
Resmikan Ekosistem Mobil Listrik di Karawang, Jokowi: Siapa Bisa Hadang Kita?
Inflasi AS Buat Kemajuan, Bos The Fed Masih Sabar Turunkan Suku Bunga
Maksimal Transfer BCA 2024 Terbaru, Lebih Fleksibel dalam Bertransaksi
Server PDN Diretas, Jokowi Minta Semua Data Nasional Di Back Up
8 Momen Apes Kendaraan Terjebak di Jalan Sempit Hingga Dicor Semen Ini Kocak
Top 3 Tekno: Janji Manis Brain Cipher hingga Data Kominfo Diduga Bocor
Superbank Kembali Dapat Suntikan Modal dari Grab, Singtel, dan KakaoBank, Nilainya Fantastis
Buya Yahya Menyebut Tahun Baru Hijriyah Bukan Hari Raya, Kenapa?
Thariq Halilintar Tersentuh dengan Perjuangan Ibunya yang Mengajaknya Naik Haji di Usia 2 Bulan
KPU DKI Jakarta Libatkan Kelompok Disabilitas dalam Pemutakhiran Data Pemilih
Bursa Incar IPO Perusahaan Mercusuar dengan Aset di Atas Rp 3 Triliun
Pesawat Garuda Indonesia Penjemput Jemaah Haji Tujuan Jeddah Putar Balik Kembali ke Bandara Adi Soemarmo