uefau17.com

Drama Menegangkan 5 Nelayan di Kapal Rusak - Regional

, Semarang - Kendaraan mogok di darat, sekalipun menyusahkan, tetap lebih nyaman dibanding kapal yang terhenti di laut lepas. Setidaknya itu yang yang disampaikan Teguh, salah satu anak buah kapal atau ABK kapal nelayan pencari rajungan jenis sopek.

Sejak Selasa, 26 Desember 2017, kapal Ikhtiari yang digunakan untuk mencari ikan di perairan laut utara Jawa terombang-ambing karena mesin kapal mati.

Teguh bercerita, awalnya ia bersama empat kawannya berangkat mencari rajungan pada Senin, 25 Desember 2017. Tiba di tempat biasanya, mereka bergegas memasang perangkap.

"Ombak waktu itu tak begitu besar. Kami baru selesai memasang hampir separuh perangkap, tiba-tiba mesin kapal mati," ucap Teguh, usai dievakuasi tim SAR Basarnas, Kamis (28/12/2017).

Biasanya, ia sudah sangat paham mengenai masalah mesin mati pada kapal nelayan. Namun, kali ini, ternyata ada onderdil yang memang rusak dan harus diganti. Nakhoda kapal nelayan itu segera membuka kotak penyimpanan onderdil cadangan.

"Kalau nakhoda bilang yang rusak noozle-nya. Jadi noozle bocor, sehingga mesin kapal mati," kata Teguh.

Saat mesin mati, ombak tiba-tiba membesar. Teguh mengaku tidak tahu penyebabnya. Lima nelayan itu mulai terlihat panik saat suku cadang yang dibawanya tak ada satu pun yang cocok. Mereka pasrah digoyang ombak besar.

"Lumayan juga ombaknya. Rasanya jangkar yang sudah kami turunkan mau terangkat saja," kata Teguh.

Kelima nelayan itu sukses melewati dua malam dengan selamat. Berkali-kali mereka mencoba mengecek perbekalan dan juga mencoba membenahi kerusakan mesin.

Rabu, 27 Desember 2017, ombak berubah "jinak". Mereka memutuskan dua orang pergi ke daratan mencari onderdil.

"Waktu itu ada kapal nelayan jenis sopek. Kami kemudian memberi tanda suar. Mereka merapat dan kami berdua ke daratan mencari onderdil," kata Teguh.

 

* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Pilih Cari Onderdil, Bukan Cari Bantuan

Ada yang aneh ketika mereka sudah tiba di daratan, yakni tidak meminta bantuan untuk menarik kapal mereka yang rusak dan memperbaikinya di tepian. Tentang hal itu, Teguh mengaku tidak sempat terpikirkan.

Bahkan, ketika onderdil berupa noozle itu sudah didapatnya, ternyata Teguh kesulitan mendapatkan tumpangan menuju ke kapalnya yang macet.

Pikirannya mulai panik, mengingat masih ada tiga temannya yang berjaga di kapal itu.

"Saya dikasih tahu ibu-ibu warung untuk lapor Basarnas. Tapi, karena saya tidak tahu, saya memutuskan untuk tidur saja di kapal," kata Teguh.

Saat hendak tidur itulah, ia didatangi petugas Basarnas. Ia diminta menceritakan lokasi kapalnya yang rusak serta jumlah nelayan serta persediaan logistik yang ada.

Pada Kamis (28/12/2017), Basarnas mengirimkan kapal cepat RIB milik Basarnas Jateng.

 

3 dari 3 halaman

Evakuasi Pakai Metode Konvensional

Menurut Adil Triyanto, sebenarnya kapten kapal Basarnas Jateng nyaris tak sulit mengevakuasi nelayan dan kapalnya. Basarnas menggunakan metode konvensional, yakni kapal rusak tersebut ditarik dengan tali.

"Tim berhasil mengevakuasi kapal tersebut pada pukul 09.30 WIB dan membawanya ke Pelabuhan Tanjung Mas, Semarang," ujar Adil.

Lima nelayan yang harus bertahan di tengah gempuran ombak dan menipisnya logistik itu ialah Teguh (54), Trenggono (57), Kusharjo (48), Turlihwan (35), dan Tejo (50). Usai dievakuasi, mereka diperiksa kesehatannya di KN SAR 231 Sadewa.

Teguh menyebutkan bahwa hal utama yang harus dilakukan jika terjadi mesin mati adalah tidak perlu panik, tapi mengusahakan segera mencari bantuan dari siapa pun.

Kerusakan noozle memang jarang terjadi. Namun sebaiknya, para nelayan yang hendak melaut menyediakan cadangan.

"Jadi noozle itu penyalur bahan bakar ke injector mesin. Jika rusak otomatis, mesin enggak mau nyala. Jangan segan lapor Basarnas, gratis kok," kata Teguh.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat