, Semarang - Azan subuh baru selesai dikumandangkan, 3 sosok laki-laki dengan pakaian cukup rapat berjalan beriringan. Mereka menuju ke rawa-rawa sekitar Pantai Sayung, Demak. 3 Sosok laki-laki itu membawa tali, karung, dan juga jaring.
Jangan salah, mereka tak hendak mencari ikan. Namun mereka berburu burung belibis (dendrocygna). Bulan November merupakan bulan di mana banyak burung belibis melintas, dan biasanya rehat di rawai-rawa serta pantai sepanjang pantai utara (Pantura) Jawa Tengah.
Ya, burung yang mereka buru, bukanlah sembarang burung. Burung-burung yang mereka tangkap adalah burung yang bermigrasi menghindari cuaca dingin di tempat asalnya, Jepang, Korea, China, Rusia, Kanada, bahkan Amerika. Burung-burung itu mengungsi agar bisa bertahan hidup.
Rahayu Budi, salah satu dari mereka mengaku, kegiatannya hanya musiman. Mulai bulan Oktober, burung-burung migran itu sudah berangkat dari habitatnya. Dan biasanya awal November sudah mulai tiba di Indonesia.
"Kami sekedar mencari rezeki untuk keluarga. Tidak ada sedikit pun di pikiran kami mereka akan punah," kata Budi Rahayu kepada .
Budi dan kedua temannya sangat sulit diajak berdiskusi tentang nasib burung-burung migran itu. Mereka tidak tahu bahwa burung-burung itu sengaja mencari udara lebih panas karena ancaman udara dingin yang mematikan di tempat asalnya.
"Setahu saya, mereka datang pada bulan-bulan itu dan berakhir sekitar Maret. Mungkin karena menetasnya lama. Saya nggak tahu itu burung darimana. Lagipula, apa sih perlunya tahu? Yang penting keluarga bisa makan," ujar dia.
Advertisement
Memang burung-burung migran itu dalam perjalanannya sangat rentan keselamatannya. Selain mati karena ganasnya alam, banyak burung migran berakhir di piring menjadi santapan manusia. Beberapa penjual daging burung di Semarang bahkan mengaku masakan unggas ini banyak penggemarnya. Mereka rata-rata mengaku tidak tahu burung yang dijajakannya adalah burung dilindungi.
"Sejak 2000 saya berjualan, tidak ada yang melarang atau memperingatkan. Penjual iwak manuk atau lauk burung seperti saya justru semakin banyak dan laris," kata salah satu penjual burung liar goreng yang tak ingin namanya dikenal di warungnya.
Para pelanggannya juga tetap lahap menyantap daging burung goreng pesanan mereka, tanpa tahu kalau yang mereka santap bisa jadi sudah terbang ribuan kilometer dari Jepang atau Kanada atau negara lainnya yang belum pernah mereka kunjungi.
Berdasarkan monitoring Bird Watching Indonesia Semarang, memang burung-burung itu mulai bermigrasi bulan Oktober dan kembali ke daerah asal sekitar bulan Maret. Mereka bermigrasi bertahap. Karena beberapa jenis burung tidak mampu terbang jauh, mereka singgah di beberapa daerah untuk makan.
Baskoro Karyadi, koordinator Bird Watching Indonesia Semarang menyebutkan, Kota Semarang dan beberapa pesisir Jawa Tengah adalah salah satu tempat favorit persinggahan burung-burung pelintas benua itu. Kebanyakan burung singgah untuk mencari makan saja, bukan daerah tujuan.
"Burung-burung itu terbang melintasi benua, menyeberangi lautan secara naluriah saja. Setiap tahun mereka melakukan hal yang sama. Dan celakanya, manusia menjadikan mereka sebagai incaran perburuan. Rusaknya lingkungan yang menyebabkan burung enggan mampir juga menjadi ancaman tersendiri," kata Baskoro.
Baskoro melanjutkan, dulu beberapa burung terlihat mampir di Semarang dan gampang dilihat. Namun sejak 4 tahun terakhir, sudah sangat jarang dijumpai burung migran di kota itu.
"Bagaimana mereka mau mampir di Semarang? Laut dan sungainya sudah tercemar. Tidak ada persediaan ikan. Sawah dan hutan semakin sedikit, membuat burung hanya melewati Semarang menuju tempat lain," kata Baskoro.
Tahun ini komunitas pengamat burung Semarang kembali mengamati dan mendata burung-burung migran itu. Bukan hanya burung air saja, namun juga burung-burung predator karena masih ada singgah di Semarang. Burung-burung itu berasal dari Jepang, Australia, Rusia, dan China.
"Biasanya para pengamat menangkap mereka lalu mengenakan cincin dan melepasnya kembali. Warna cincin yang melingkar di kaki burung menunjukkan asal burung itu. Seandainya tidak ada ancaman, mereka bisa berpopulasi di sini dan menguntungkan kita karena banyak burung langka ikut bermigrasi," kata Baskoro.
Tahun 2015 ini, jumlah burung-burung migran yang melintas di Indonesia berkurang jauh. Baskoro menduga, faktor kebakaran hutan menjadi salah satu penyebab.
"Sebenarnya jumlah burung air yang melintas itu lebih banyak dibanding predator seperti elang. Secara alamiah, itu sudah seimbang sesuai rantai makanan. Burung-burung predator memburu hanya satu dua ekor saja, saat lapar. Justru yang berbahaya adalah perburuan manusia," kata Baskoro.
Menurut dia, Indonesia sudah meratifikasi aturan yang memberi konservasi kawasan. Apalagi Indonesia adalah salah satu negara yang menjadi tempat transit para penerbang lintas benua itu.
"Isi konvensi tersebut adalah memberikan perlindungan terhadap kawasan yang dilintasi burung migran. Artinya, menjadi kewajiban pemerintah untuk mengawasi dan melindunginya. Tapi di lapangan, semua tidak berdaya," kata Baskoro.
Ironis memang. Saat burung-burung itu mencoba survive dengan bermigrasi mencari udara yang lebih hangat, ternyata ancaman tak berhenti. Dan ancaman terbesar justru dari manusia. Karena memangsa bukan karena lapar, melainkan karena serakah.
Lihat saja di warung-warung yang menjual daging burung liar ini, biasa disebut warung iwak manuk. Meski warungnya sederhana, yang menyantap atau pembelinya didominasi kaum bermobil bagus. Bahkan jejeran mobil premium sekelas Mercedes, Mini Cooper, Porsche, BMW, Lexus juga menjadi pemandangan biasa.
"Beda mas. Saya nggak tahu apa sebabnya. Tapi iwak manuk lebih gurih. Mungkin karena hidup di alam liar ya," kata Adi yang datang ke Warung Iwak Manuk Randugarut bersama istrinya dengan mengendarai Mini Cooper merah maron.
Hal luar biasa akhirnya mudah dimaklumi jika penyantap burung-burung migran itu adalah kaum berduit. Untuk seporsi belibis goreng, tercantum harga antara Rp 60 ribu-Rp 75 ribu. Belum lagi burung jenis bebek alaska. Untuk menu ini, harganya lebih murah karena burung migran ini sudah bisa diternakkan. Demikian juga dengan itik Kamboja.
Tengah hari, biasanya menjadi puncak kepadatan warung-warung iwak manuk itu. Sementara Budi Rahayu sang pemburu belibis, juga sudah mengakhiri perburuannya, untuk kemudian mengulang di senja hari.
"Sekarang susah cari belibis. Tiap tahun jumlahnya terus turun," kata Budi.
Hari ini, Sabtu (7/11/2015), Budi mendapatkan 23 ekor buruan. Menurutnya itu menurun jauh. Namun ia optimis, sore harinya akan mendapat buruan lebih banyak. "Seadanya mas. Nggak harus belibis. Yang penting dapat uang dan keluarga bisa makan," ujar Budi. (Ron/Sun)
Terkini Lainnya
Semarang
Burung Laut
Burung Migran
Copa America 2024
Bermain Imbang Lawan Meksiko, Ekuador Lolos ke Perempat Final Copa America 2024
Hasil Copa America 2024: Drama VAR, Ekuador Lolos ke Perempat Final Singkirkan Meksiko, Venezuela Hajar Jamaika
Jadwal Lengkap Copa America 2024, Hasil, Klasemen Grup A, B, C, D Cek di Sini
Hasil Copa America 2024 Argentina vs Peru dan Kanada vs Cile: La Albiceleste Juara Grup, Les Rouges Dampingi ke Perempat Final
Link Live Streaming Copa America 2024 Argentina vs Peru, Sebentar Lagi Mulai di Vidio
Link Live Streaming Copa America 2024 Argentina vs Peru, Minggu 30 Juni di Indosiar dan Vidio
Timnas Indonesia U-16
Prediksi Piala AFF U-16 2024 Indonesia vs Australia: Garuda Nusantara Dilarang Takut
Jadwal Lengkap, Hasil, dan Klasemen Piala AFF U-16 2024: Timnas Indonesia Bidik Gelar Ketiga
Lupakan Euforia, Nova Arianto Minta Skuad Timnas U-16 Fokus di Semifinal Piala AFF U-16
Hasil Piala AFF U-16 2024 Indonesia vs Laos: Pesta Gol, Garuda Nusantara Lolos ke Semifinal
Hasil Piala AFF U-16 2024 Indonesia vs Laos: Sempat Tertinggal, Garuda Nusantara Unggul 4-1 di Babak Pertama
Dapatkan Link Live Streaming Piala AFF U-16 2024 Indonesia vs Laos, Sesaat Lagi Tayang di Indosiar dan Vidio
Judi Online
Heru Budi Telusuri Oknum ASN Pemprov Jakarta Terlibat Judi Online
Judi Online di Minahasa Selatan, 2 Wanita Ditangkap
Catatan IPW untuk Polri di HUT ke-78 Bhayangkara
Kominfo: Telegram Sudah Respons Penghapusan Judi Online Usai Diberi Surat Peringatan
Judi Online Berdampak Buruk bagi Keluarga, Bisa Menghancurkan Moral Lintas Generasi
Pilkada 2024
Sandiaga Tunggu Penugasan PPP untuk Maju Pilkada 2024
Heru Budi Respons Peluang Maju Pilkada Jakarta 2024: Saya ASN, Tidak Pengalaman di Bidang Politik
Tiga Menteri Jokowi Disiapkan PDIP Maju Pilkada 2024, Ini Daftarnya
Jokowi Effect Disebut Masih Ada di Pilkada 2024, PDIP Andalkan Ini
Pilkada 2024, PDIP Buka Peluang Kerja Sama dengan Gerindra sampai PKB
Bukan di Jakarta, Golkar Pastikan Ridwan Kamil Menang di Pilkada Jawa Barat
TOPIK POPULER
Populer
Upacara HUT ke-78 Bhayangkara, Kodam XIV Hasanuddin 'Demo' di Mapolda Sulsel
Dukung UMKM, Interflour Luncurkan Kemasan 1 Kilogram 'Kawan Baru'
Mantan Mahasiswi UIN Lampung Kembali Viral, Dilabrak Istri Sah saat Berduaan dengan Suami Orang di Dalam Mobil
Daftar Lengkap Harga BBM Pertamina Terbaru per 1 Juli 2024
Gesit Berprestasi dan Jejak Dianita Rohmatin Bangun Literasi di Mojokerto
Aktivitas Lempeng Indo-Australia Jadi Pemicu Gempa M5,1 di Pangandaran
Jangan Ragu, Begini Cara Menghadapi Rasa Minder
Bagaimana Bisa Jantung Terserang Rematik? 4 Faktor Ini Diduga Menjadi Penyebabnya
Tari Kain, Tari Tradisi Kabupaten Pesisir Selatan yang Berawal dari Silek
Euro 2024
Prediksi Euro 2024 Prancis vs Belgia: Les Bleus Jadi Ancaman Serius De Rode Duivels
Persiapan Portugal Jelang Hadapi Slovenia di Babak 16 Besar Euro 2024
Prediksi Euro 2024 Portugal vs Slovenia: Andalkan Pilar Utama
Prancis Bersiap Hadapi Belgia di 16 Besar Euro 2024
Laga Dramatis, Inggris Berhasil Redam Slovakia 2-1
Berita Terkini
Cerita Wartawan Senior TVRI Liputan Pasca Gempa Palu, Beri Motivasi Peserta UKW Jogja
Taspen Tunjuk Konsorsium BUMN China dan Jepang Garap Gedung Pencakar Langit di Jakarta
Cara Buat SKCK Online di Website Polri, Persiapkan Persyaratan dan Biayanya
Wakil Ketua KPK Alexander Marwata: Saya Gagal Berantas Korupsi
6 Potret Nagita Slavina Berhijab Usai Berhaji yang Disorot, Didoakan Segera Istikamah
Dugaan Kebocoran Data Polri, Siapa Hacker yang Bertanggung Jawab?
PLN Setor Abu Sisa PLTU untuk Bangun Jalan dan Gereja di Jayapura
Sholat Belum Khusyuk Tidak Dapat Pahala? Begini Kata Buya Yahya
Coldplay Ajak Fans Kirim Cinta ke Israel dan Palestina Saat Tampil di Glastonbury 2024
Meutya Hafid: Pilihan Prabowo Jalani Operasi di RSPPN Soedirman Bukti Tenaga Medis Indonesia Berkualitas
PDIP Siap Bentuk Poros Bareng PKB di Jakarta, Usung Andika Perkasa?
Sandiaga Tunggu Penugasan PPP untuk Maju Pilkada 2024
Sri Mulyani Minta Restu Pakai Dana Cadangan Buat Suntik PT KAI hingga Bank Tanah