uefau17.com

Beda Pendapat Dinas Pariwisata dan Kemenparekraf Tanggapi Tudingan Overtourism di Bali - Lifestyle

, Jakarta - Bali kembali disorot karena dinilai mengalami overtourism. Media asing, termasuk Chanel News Asia, bahkan membuat ulasan khusus tentang kondisi pariwisata di Pulau Dewata dengan menerbitkan artikel berjudul 'Not quite the Bali it used to be? This is what overtourism is doing to the island', beberapa waktu lalu. 

Menanggapi hal itu, Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali Tjok Bagus Pemayun berkilah kesan overtourism yang terjadi di Bali kemungkinan adalah karena tidak meratanya penyebaran wisatawan mancanegara. Ia mengaku timnya telah menyusun travel pattern bagi wisatawan yang hendak berkunjung ke pulau tetangga Jawa itu. 

"Mungkin karena ada konsentrasi wisman (wisatawan mancanegara) di selatan Bali," sebutnya dalam acara The Weekly Brief with Sandi Uno, Senin, 29 April 2024, secara hybrid. Daerah Bali selatan, seperti Denpasar, Tabanan, dan Badung, selama ini menjadi pusat wisata bagi wisman karena punya pantai-pantai populer dan berbagai atraksi khas.

Tjok mengatakan bahwa selain soal travel pattern, Dinas Pariwisata Bali juga sedang merevitalisasi dan membangun infrastruktur ke beberapa kawasan wisata di wilayah utara, barat, dan timur Bali. Infrastruktur penunjang pariwisata, seperti jalan, juga tengah diupayakan olehnya.

"Kami di Pura Besakih sudah ada pembenahan destinasi dan akses. Kami juga sudah kerja sama dengan Paramount di Bali barat, di Jembrana khususnya," tutur Tjok.

Selain di Jembrana, beberapa daerah lain juga dibenahi dan ditambah aksesnya. Contohnya, pembangunan tower Suryapada di Bali Utara, akses jalan pintas ke Singaraja yang mulai rampung, dan jalan tol dari Bali barat ke Mengwi yang sedang dibangun.

"Mudah-mudahan dengan atraksi wisata yang dibuat dan pembenahan, overtourism ini bisa kita minimalisir," sebut Tjok.

 

* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Kemenparekraf Beda Pendapat

Meski begitu, Adyatama Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif Ahli Utama Nia Niscaya punya pendapat berbeda. Ia menilai bahwa agak tidak mungkin jika Bali mengalami overtourism karena terlalu banyaknya kunjungan.

"Kita lihat jumlah kunjungan wisman ke Indonesia pada 2019, itu ada 16,11 juta sedangkan pada 2023 ada 11,68 juta yang artinya kita secara nasional belum kembali ke masa pra-pandemi," jelasnya.

Nia juga menjelaskan data kunjungan wisatawan ke Bali yang belum bisa melampaui angka pada 2019. Pada 2023, jumlah kunjungan wisman ke Bali baru 5,2 juta, masih kurang 1,1 juta dari capaian pada 2019.

Hal ini juga dibuktikan dari data terbaru yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS) di mana dalam jangka waktu dua bulan, dari Januari hingga Februari 2024, ada sekitar 860 ribu wisman berwisata ke Bali. Angka ini pun masih kalah dengan jumlah dua bulan kunjungan pada awal 2019, yaitu di angka 883 ribu wisman.

"Jadi, kalau dirasa overtourism, dari sisi statistik belum sampai ke situ," tutur Nia.

Namun, ia tak menampik kalau misal ada faktor lain yang menyebabkan Bali jadi overtourism. "Mungkin ada faktor penyebaran yang konsentrasinya di Selatan," ucapnya.

 

3 dari 4 halaman

Apa itu Overtourism?

Akhir-akhir ini, ramai diperbincangkan soal wisata di dunia yang dianggap overtourism. Salah satu yang masuk dalam daftar tersebut adalah Bali.

Dikutip dari laman responsibletravel.com, overtourism terjadi ketika terlalu banyak pengunjung ke suatu destinasi tertentu. Walau frasa 'terlalu banyak' merupakan istilah yang subjektif, namun istilah ini didefinisikan di setiap destinasi oleh penduduk lokal, tuan rumah, pemilik bisnis, dan wisatawan.

Secara konkret dapat dilihat pada jumlah homestay yang disewakan meningkat karena banyaknya wisatawan, jalanan yang sempit dipenuhi oleh turis, kepunahan satwa liar, atraksi wisata yang sampai-sampai tidak bisa dilihat saking penuhnya, hingga degradasi lingkungan akibatnya banyaknya orang. Itu semua merupakan tanda-tanda dari overtourism.

Industri travel, sama seperti industri yang lain, mestinya punya rencana berkelanjutan bagi alam dan masyarakat yang tinggal di area wisata. Kenyataannya, kedatangan banyak turis ke suatu destinasi wisata tidak bisa hanya dipandang dari sisi positif saja, ada dampak negatif di baliknya yang mulai dirasakan.

 

 

4 dari 4 halaman

Komodo Travel Mart ke-5 Hadir Kembali di Labuan Bajo

Komo Travel Mart yang kelima akan kembali dilaksanakan tahun ini pada 6--9 Juni 2024 di Golo Mori Convention Centre, Labuan Bajo. Acara yang akan dihadiri berbagai buyers dari negara-negara di dunia diharap bisa membawa efek lonjakan pariwisata dan ekonomi bagi Provinsi Nusa Tenggara Timur, terutama Kabupaten Manggarai Barat.

"Ini destinasi prioritas bahkan premium yang mengusung nilai-nilai keberlanjutan. Ini jadi sangat penting untuk kita komunikasikan kepada publik, kepada wisatawan, dan calon pengunjung," tutur Fransiskus Xaverius Teguh, Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Utama (Dirut) Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF), dalam acara yang sama.

Frans mengatakan bahwa terwujudnya program ini adalah dari kolaborasi semua stakeholder di Flores dan NTT secara keseluruhan. Sampai saat ini, Komodo Travel Mart ditargetkan akan membawa 150 buyers dari berbagai negara di seluruh dunia.

"Dan kita berharap dengan potensi stok resources yang luar biasa, ada budaya, ada adventure, wild life, dan taman nasional. Dengan adanya Komodo Travel Mart yang kelima kita ingin menghadirkan satu event yang berstandar internasional," sebut Frans.

 

 

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat