uefau17.com

Kasus Pengutilan Melonjak di Seluruh Dunia Saat Konsumen Kembali Berbelanja ke Toko - Lifestyle

, Jakarta - Kasus pengutilan telah meroket di banyak negara di seluruh dunia. Kembalinya kebiasaan belanja offline, inflasi yang merajalela, dan tren mesin swalayan disebut memicu epidemi mengutil.

Melansir SCMP, Kamis, 8 Juni 2023, angka dari Kantor Statistik Nasional Inggris menunjukkan bahwa kasus pengutilan naik 22 persen dari tahun ke tahun selama setahun hingga September 2022. 10 persen orang Amerika, lebih dari 30 juta orang, mengutil dengan tingkat keteraturan tertentu, menurut Shulman Center, yang melacak pencurian kompulsif, pengeluaran, dan penimbunan.

Di Singapura, sekitar 3.200 kasus pengutilan tercatat pada 2022, 600 lebih banyak dari tahun 2021. Hong Kong melaporkan 1.207 kasus pengutilan, meningkat 35 persen, dalam dua bulan pertama tahun ini. "Tidak seperti sebelumnya, mencuri dianggap tidak apa-apa karena tidak ada lagi hukuman atau stigma sosial yang melekat pada pencuri,” kata pakar keamanan Chris McGoey.

Sebagian dari ini bermuara pada wacana online. Platform media sosial Tumblr memiliki komunitas mengutil aktif yang menggunakan tag dan teks untuk berbagi taktik mengutil. Pengutil sering kali tidak dituntut di Amerika Serikat karena membuat toko rentan terhadap litigasi.

Survei 2022 oleh National Retail Federation yang berbasis di AS menemukan bahwa 37,9 persen pengecer yang berpartisipasi bahkan tidak mengizinkan karyawan mana pun menangkap pengutil. Pada November 2022, tiga siswi Australia dibebaskan dengan peringatan bersyarat selama 12 bulan setelah ditangkap karena mengutil di Orchard Road Singapura.

Mereka mencuri pakaian dalam dari toko Victoria's Secret dan sepasang sepatu Crocs. Pengecer Amerika bahkan meminimalkan jejak fisik mereka karena masalah tersebut. Walmart telah menutup empat toko di Chicago, sementara department store Macy's dan Target menutup gerai karena jutaan kerugian akibat "pencurian yang merajalela."

 

* Follow Official WhatsApp Channel untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Apa Barang yang Paling Banyak Dicuri?

San Francisco telah melihat beberapa penutupan toko, termasuk Nordstrom, Saks Off 5th, dan T-Mobile. Seorang juru bicara dari Unibail-Rodamco-Westfield, pemilik mal pusat kota Westfield tempat Nordstrom tutup, baru-baru ini menyalahkan "kondisi tidak aman" dan "kurangnya penegakan terhadap aktivitas kriminal yang merajalela."

Di AS, barang yang paling banyak dicuri adalah alkohol, makeup dan kosmetik, pakaian dan aksesori mode, elektronik, serta makanan dan bahan makanan. Hanya sekitar satu dari 48 kasus mengutil yang berujung pada penangkapan.

Beberapa negara telah mengidentifikasi mengutil barang-barang berharga murah sebagai kejahatan. Di Inggris, ada aturan yang berbeda untuk menuntut apa yang disebut "pengutilan bernilai rendah" di bawah Undang-Undang Perilaku Anti-Sosial, Kejahatan, dan Pemolisian 2014.

Dalam satu dekade terakhir, hampir setengah dari seluruh negara bagian AS telah meningkatkan ambang batas untuk kasus mengutil. 38 negara bagian sekarang tidak menganggap mengutil sebagai kejahatan, kecuali barang dagangan senilai seribu dolar AS (sekitar hampir Rp15 juta) atau lebih dicuri.

Pengecer menggunakan perangkat teknologi dan keamanan, seperti RFID, identifikasi frekuensi radio, dan tag untuk mencoba membendung arus kasus mengutil. RFID, misalnya, yang memberi label dan melacak item menggunakan kode QR.

3 dari 4 halaman

Pemanfaatan Teknologi

Survei National Retail Federation pada 2022 melaporkan 52,4 persen pengecer meningkatkan anggaran khusus untuk modal dan peralatan untuk melawan pengutilan. "Di Eropa, dan sebagian besar dunia, mengutil sering dikaitkan dengan krisis 'biaya hidup,' yang juga menyaksikan munculnya 'pengutil biasa,'" kata Saulius Kaukenas, salah satu pendiri ScanWatch, produsen perangkat lunak ditujukan untuk membantu pengecer mengurangi kerugian dan meningkatkan pengalaman pembelanja di kasir.

"Sementara banyak pengutil sehari-hari dapat dikaitkan dengan geng terorganisir dan pengutil profesional, pengecer di seluruh Eropa sekarang berhadapan dengan orang biasa, tanpa catatan kriminal atau niat kriminal besar, yang mencuri barang-barang rumah tangga dan makanan dari toko," kata Kaukenas, menambahkan bahwa pengutil pertama kali cenderung menargetkan toko dengan pembayaran mandiri terlebih dahulu.

Kelompok Perawatan Kecanduan Inggris mengatakan telah melihat peningkatan "astronomis" pada orang yang mencari bantuan untuk kecanduan mengutil. Pusat rehabilitasi dan pemulihan rata-rata menerima sekitar 30 panggilan seminggu tahun ini dibandingkan dengan hanya 10 panggilan sebulan pada 2022.

Dicatat bahwa orang-orang terpikat pada "sensasi menegangkan" saat mengutil dan tidak dapat menghentikan diri mereka. "Sejak COVID-19, kami telah melihat peningkatan yang signifikan dalam pencurian biasa di banyak wilayah geografis," kata Daren Ng, wakil presiden dan manajer umum Sensormatic Solutions Asia-Pasifik, sebuah perusahaan yang membantu pengecer melawan kejahatan ritel. 

4 dari 4 halaman

Tidak Selalu Diterima dengan Tangan Terbuka

Kemajuan dalam kecerdasan buatan (AI) memungkinkan pengecer menemukan pola pengutilan, tambah Ng. Ia menyebut, "Tim juga dapat menggunakan alat ini untuk melihat produk apa yang diambil dan apakah mereka meninggalkan toko sendiri atau sebagai bagian dari peristiwa kerugian massal untuk mengidentifikasi tren dan item berisiko."

Namun, teknologi yang digunakan toko tidak selalu disambut dengan tangan terbuka. Pengecer Inggris Sports Direct menimbulkan kontroversi baru-baru ini dengan memperkenalkan kamera pengenal wajah yang dirancang untuk mengidentifikasi pengutil dan pelaku potensial di tokonya.

Para kritikus menamakannya "pengawasan Orwellian," diambil dari nama penulis novel fiksi ilmiah dystopian 1984. Sementara itu, Inditex, pemilik pengecer pakaian Zara, memperkenalkan sistem keamanan baru di dalam toko dengan menjahit chip komputer ke dalam pakaian.

Dalam beberapa tahun terakhir, teknologi RFID telah meningkat secara signifikan dan perangkat keras mengalami penurunan biaya. Tapi, apakah itu akan cocok mengatasi kasus mengutil yang semakin populer masih harus dilihat.

"Tertangkap mengutil dulunya merupakan tanda hitam dalam catatan hidup Anda dan jadi insiden yang memalukan jika teman Anda mengetahuinya," kata McGoey. "Sekarang, mengutil tampaknya merupakan ritual bagi remaja, bukan lagi tindakan yang memalukan."

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat